1. Cara menalar
Seperti telah
dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran
induktif merupakan cara menalar dengan
menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran
deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara
kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Ada tiga
jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme
alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik
simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara
langsung ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik
dari dua premis.
Contoh:
· Akuntan publik adalah akuntan yang kegiatannya memberikan
jasa untuk kepentingan perusahaan dengan sejumlah pembayaran tertentu, atau
disebut juga akuntan ekstern.
· Akuntan pemerintah adalah akuntan
yang bekerja sebagai pemeriksa atau auditor untuk pemerintah atau negara.
· Akuntan pendidik adalah akuntan yang
bekerja sebagai pengajar atau dosen di perguruan tinggi.
· Akuntan Intern atau Akuntan
Perusahaan adalah akuntan yang bekerja dalam perusahaan dan bertugas khusus di
bidang akuntansi intern untuk membantu pengelola perusahaan.
· Simpulan
Akuntan publik, Akuntan pemerintah,
Akuntan pendidik, Akuntan Intern merupakan jabatan-jabatan dalam lapangan
akuntansi pada berbagai lingkup kegiatan dan bidang garapannya.
2. Analogi dalam Pembelajaran
Selama
proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali menemukan fenomena yang
bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta
didik adakalanya menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran
dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai
kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat
penting dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial, karena hal itu akan mempertajam
daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua
jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi
induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala.
Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa
yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau
gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu “metode menalar” yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang
diperbandingkan
Contoh:
Hakekat Pergerakan Nasional bagi peserta didik adalah jiwa nasionalisme dan
ketekunan dalam belajar. Peserta didik adalah generasi muda yang harus memiliki
jiwa nasionalisme dan harus giat belajar.
Analogi
deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena
ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila
dihubungkan dengan hal-hal yang sudah diketahui secara nyata dan dipercayai.
Contoh:
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dilaksanakan karena adanya
sinergitas, saling menghargai, sikap pantang menyerah antara golongan muda dan
golongan tua. Begitu pula tercapainya suatu prestasi disekolah tidak terlepas
dari sinergitas, saling menghargai, sikap pantang menyerah dari dewan guru,
peserta didik, dan seluruh stake holder sekolah.
3. Hubungan Antarfenomena
Seperti
halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya
nalar peserta didik. Disinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut
mampu memaknai hubungan
antarfenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu
atau beberapa fakta yang satu dengan satu
atau beberapa fakta yang lain. Suatu
simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau
beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran
induktif, yang disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran
induktif sebab akibat terdiri dari tiga jenis.
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal
yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang
berupa akibat.
Contoh:
·
Sehubungan adanya pembuatan jalan oleh Belanda yang
melewati makam leluhur Diponegoro, maka pecahlah perang Diponegoro melawan
Belanda 1825 – 1830 (mapel Sejarah).
· Nilai suatu barang ditentukan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang itu kembali
(biaya reproduksi). Oleh karena untuk menentukan nilai suatu
barang tidak berasal pada biaya produksi yang pertama
kali, tetapi pada biaya produksi yang dikeluarkan sekarang
(mapel Ekonomi).
Hubungan
akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang menjadi akibat
dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang merupakan
penyebabnya.
Contoh (Mata
pelajaran Sejarah):
· Perang Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda,
sampai-sampai Belanda mengalami kerugian besar, dan nyaris dikalahkan,
disebabkan Belanda membuat jalan yang melewati makam leluhur Diponegoro.
· Perjuang bangsa Indonesia melalui Pergerakan
Nasional, mengakibatkan diproklasikan kemerdekaan. Akibat proklamasi
kemerdekaan datanglah Sekutu yaitu Inggris dan Belanda datang ke Indonesia .
Kedatangan Sekutu yang berkeinginan menjaga status quo, tentu tidak diharapkan
oleh pemuda Indonesia, terjadilah perang.
Contoh (Mata pelajaranEkonomi)
· Nilai suatu
barang ditentukan oleh jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh
produsen untuk membuat barang tersebut. Semakin tinggi nilai pakai suatu
barang, nilai tukarnya akan semakin tinggi.
· Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil,
hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses
untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan keluarga yang
akut. Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan anak-anak mereka tidak
berkesempatan menempuh pendidikan yang baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak
mungkin terjadi kemiskinan yang terus berlangsung secara siklikal.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab-akibat
1 –akibat 2, suatu penyebab dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab, sehingga
menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat
ketiga, dan seterusnya.
0 Response to "HUBUNGAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PENALARAN ILMIAH UNTUK MATA PELAJARAN IPS"
Posting Komentar