loading...

IMPLEMENTASI KURIKULUM SMK PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA

Hasil implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana yang dilaporkan ini merupakan hasil wawancara dengan guru yang mengajar pada program keahlian Tata Busana dan hasil observasi pada pembelajaran “Menjahit dengan mesin”.
1. Hasil Wawancara
            Laporan ini merupakan deskripsi dari hasil wawancara dengan guru “Menjahit dengan mesin” (2 orang guru sebagai tim teaching), yang sudah berpengalaman sebagai guru senior di salah satu SMK Program Keahlian Tata Busana di Kota Bandung.
a. Profil sumber data
            Guru 1; sebagai sumber data dalam implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana pada mata diklat “Menjahit dengan mesin”, menjadi guru SMK dengan bekal pendidikan Program D3 dari P3GK Rawamangun IKIP Jakarta. Pengalaman mengajar (guru 1) di SMK sudah 38 tahun. Selama menjadi guru di sekolah ini, beliau telah mengikuti pelatihan Busana Industri dan Busana Tailoring. Pelatihan ini dalam upaya mengembangkan keahlian guru di bidang pembuatan busana, khususnya untuk keahlian pembuatan busana tailoring yang dapat diaplikasikan pada mata diklat yang dibinanya.
            Guru 2; sebagai sumber data dalam implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana pada mata diklat “Menjahit dengan mesin”, menjadi guru SMK dengan bekal pendidikan Program D3 Jurusan PKK IKIP Jakarta. Pengalaman mengajar (guru 2) di SMK sudah 21 tahun. Selama menjadi guru di sekolah ini, beliau telah mengikuti berbagai pelatihan, diantaranya : Busana Tailoring, Garment, Keahlian Pola dan Kreativitas guru SMK. Pelatihan ini dalam upaya mengembangkan keahlian guru di bidang pembuatan busana tailoring dan teknik pembuatan busana sistem garment, dengan harapan dapat diaplikasikan pada mata diklat yang dibinanya, dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sebagai bekal dalam kegiatan praktek kerja industri.

b. Pemahaman guru tentang implementasi kurikulum di SMK
            Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana, penulis melakukan wawancara dengan dua orang guru “Menjahit dengan mesin” sebagai sumber data. Hasil wawancara tersebut ditampilkan dalam bentuk paparan sebagai berikut.
Penulis : Bagaimana pemahaman ibu tentang implementasi kurikulum di SMK, khususnya pada program keahlian Tata Busana ?
Guru    : Sepengetahuan saya kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini belum secara penuh menggunakan KTSP, karena untuk KTSP baru pada kelompok normatif dan adaptif. Sedangkan untuk kelompok produktif masih menggunakan kurikulum 2004.
Penulis : Kalau masih menggunakan kurikulum 2004 untuk program produktif, apakah ibu ditugaskan untuk menyusun silabus untuk mata diklat “Menjahit dengan mesin” ?
Guru  : Sebetulnya kami di SMK ini, semua guru sudah ditugaskan untuk menyusunan silabus sesuai dengan mata diklat binaannya. Yang saya ketahui, silabus yang sudah selesai dibuat itu baru untuk mata pelajaran pada kelompok normatif dan adaptif. Sedangkan untuk kelompok produktif belum selesai dibuat, khususnya saya sebagai guru mata diklat “Menjahit dengan mesin”, karena masih menggunakan kurikulum 2004.
Penulis : Kalau silabus belum dibuat, lalu rencana pengajaran apa yang ibu siapkan untuk pendidikan dan pelatihan “Menjahit dengan mesin” ?
Guru      :  Untuk perencanaan pengajaran, kami masih menggunakan modul yang baru rampung pada tahun 2006, karena pada waktu diimplementasikan kurikulum 2004 pada tahun 2005 kami diwajibkan membuat modul.
Penulis : Dalam kegiatan pembelajaran di kelas untuk diklat “Menjahit dengan mesin”, pendekatan pembelajaran apa yang ibu gunakan ?
Guru     : Saya menggunakan pendekatan CBT, pelatihan berbasis kompetensi
Penulis  : Menurut pemahaman ibu, mengapa harus CBT ?
Guru    : Menurut saya dalam belajar menjahit perlu dengan pendekatan CBT, karena menurut saya CBT merupakan sistem pembelajaran tuntas. Peserta didik harus menyelesaikan kompetensi yang harus dikuasai pada program produktif harus sesuai SKN. Kami dalam pelaksanaan pembelajaran menjahit, menggunakan modul. Kami memberikan penjelasan terlebih dahulu secara lisan, kemudian para siswa dapat mempelajari materi pelajaran secara tertulis yang ada dalam modul.
Penulis : Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang ibu lakukan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam menjahit yang sesuai dengan SKN ?
Guru     : Dalam menilai kemampuan peserta didik, saya melakukan penilaian pada proses kerja dan produk yang dihasilkan. Dilihat dari kerapihan, ketepatan teknik jahit, kecepatan, kebersihan, kesesuaian dengan desain dan tampilan busana secara keseluruhan.
Penulis : Menurut ibu, apakah fsilitas praktikum yang ada di SMK ini sudah memadai ?
Guru      : Menurut saya belum, karena untuk piranti menjahit dan mesin jahit masih digunakan secara bergantian, karena jumlahnya tidak mencukupi, masih terbatas.

2. Hasil observasi
            Pembelajaran “Menjahit dengan mesin” dilaksanakan 6 jam/minggu pada satu hari kerja dari jam 07.00 sampai dengan jam 15.00 yang dikondisikan ruang praktek busana sebagai tempat bekerja atau usaha busana. Hasil pengamatan terhadap proses kegiatan belajar mengajar “Menjahit dengan mesin” yang dilaksanakan oleh 2 orang guru (Guru 1 dan Guru 2) di kelas X Busana akan dideskripsikan sebagai berikut.
            Penyajian materi pembelajaran teori disajikan oleh satu orang guru secara bergantian sesuai dengan pokok bahasan yang telah disepakati, sedangkan untuk praktikum dilaksanakan oleh dua orang guru (team teaching). Penyajian materi diawali dengan menuliskan pokok bahasan di papan tulis, kemudian menjelaskan materi pelajaran secara sistematis sesuai dengan rencana pengajaran dalam modul. Materi pelajaran teori yang dijelaskan mencakup : 1) Persiapan mesin jahit sesuai prosedur, 2) Mengoperasikan mesin jahit sesuai prosedur, 3) Langkah menjahit bagian-bagian busana, 4) Teknik menjahit busana dan 5) Sikap kerja. Materi praktikum mencakup : penjelujuran yang kemudian dilanjutkan pada tahap penjahitan dengan mesin.
            Penyajian materi pembelajaran teori dan praktek pembuatan busana wanita disajikan dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, Tanya jawab, pemberian tugas dan latihan. Pendekatan klasikal dilakukan dalam menjelaskan materi teori dan penjelasan praktikum secara umum, sedangkan untuk pendekatan individual dilakukan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam menjahit bagian-bagian busana.
            Pada akhir kegiatan pembelajaran teori mengenai pengetahuan menjahit dengan mesin, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Guru menjawab pertanyaan yang diajukan peserta didik dengan cara menjawab untuk seluruh kelas agar seluruh peserta didik memperhatikan dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam teknik penjahitan bagian-bagian busana pada pembuatan busana wanita sesuai dengan kesempatan.
            Sebelum pelaksanaan praktek secara individual guru membagikan bahan untuk pembuatan busana wanita sesuai dengan kesempatan, yang terdiri dari : kain untuk bahan utama, kain furing dan bahan pelengkap dalam pembuatan busana wanita sesuai dengan kesempatan. Guru terlebih dahulu mendemonstrasikan langkah kerja dalam pembuatan busana kerja. Di samping penjelasan dari guru, peserta didik diberi panduan dalam melakukan praktikum berupa modul. Dalam penyajian materi pembelajaran “Menjahit dengan mesin”, guru 1 dan guru 2 menggunakan media pembelajaran berupa : 1) Contoh model desain busana wanita untuk berbagai kesempatan, 2) Pragmen bagian-bagian busana yang harus dijahit dan 3) Contoh beberapa model busana jadi berupa busana kerja dan busana pesta.
            Selama praktek berlangsung kedua guru mengawasi dan membimbing peserta didik secara individual dengan cara berkeliling. Saat ditemui peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menjahit bagian-bagian busana, guru mengarahkan dan membimbing peserta didik sampai dapat menyelesaikan jahitan bagian busana. Apabila yang mengalami kesulitan tersebut lebih dari dua orang, maka guru menjelaskan kembali kepada seluruh kelas dengan harapan seluruh peserta didik dapat menyelesaikan jahitannya dengan tepat dan cepat. Beberapa menit sebelum berakhir jam praktek, guru menginstruksikan kepada seluruh peserta didik agar menghentikan kegiatannya dan memberikan kesempatan untuk bertanya bila masih ada kesulitan. Guru memberikan tugas kepada seluruh peserta didik untuk melanjutkan jahitannya di rumah agar pekerjaannya segera dapat diselesaikan.
            Penilaian yang dilakukan oleh guru, yaitu saat kegiatan praktek berlangsung, karena pekerjaannya belum selesai secara keseluruhan. Penilaian pada saat berlangsung praktek dilihat dari langkah-langkah kerja pada setiap bagian busana yang harus diselesaikan, tetapi pada saat melakukan penilaian guru tidak menggunakan alat penilaian yang baku. Sedangkan untuk penilaian produk busana, guru sudah menggunakan alat penilaian yang memuat aspek-aspek yang harus dinilai, yaitu : kecepatan, ketepatan, teknik jahit, kerapihan, kebersihan, dan tampilan busana keselruhan.

Pembahasan terhadap Implementasi Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana pada Mata Diklat Menjahit dengan Mesin

            Kurikulum yang saat ini diberlakukan di SMK program keahlian Tata Busana adalah kurikulum tahun 2004 (khusus untuk program produktif) dan model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 (untuk program normatif dan adaptif). Di samping kurikulum, pada SMK program keahlian Tata Busana adanya kebijakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan Standar Kompetensi Nasional (SKN) bidang keahlian Tata Busana.
            Dalam dokumen kurikulum tahun 2004, untuk program produktif diungkapkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran harus mengandung prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning), karena keberhasilan belajar peserta didik ditetapkan oleh tingkat penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja (dunia usaha dan dunia industri). Upaya yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan di atas, keberadaan kurikulum dalam pengertian kurikulum sebagai dokumen tertulis, kurikulum sebagai kegiatan, dan kurikulum sebagai gambaran keberhasilan belajar; sangat tergantung kepada kemampuan guru di dalam memahami kurikulum tersebut.
1. Analisis terhadap hasil wawancara dengan guru
            Dari hasil wawancara dengan guru (team teaching) mata diklat “Menjahit dengan mesin”, teramati bahwa guru belum sepenuhnya memiliki pemahaman dalam kurikulum yang diimplementasikan di sekolah, karena guru baru pada tingkat mengetahui apa yang harus dilaksanakan. Guru belum memiliki pemahaman tentang KTSP, teramati dari lambatnya penyusunan salah satu perangkat kurikulum khususnya pada penyusunan silabus untuk mata diklat yang dibinanya. Seharusnya guru di samping menggunakan modul yang sudah ada, harus secara kreatif dilengkapi dengan silabus yang baru sesuai dengan tuntutan KTSP SMK dan Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian.  

2. Analisis terhadap hasil observasi pada pendidikan dan pelatihan “Menjahit dengan Mesin”
           
Kajian implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana pada mata diklat “Menjahit dengan mesin” dapat dilakukan terhadap dokumen tertulis dan kegiatan pembelajaran sebagai hasil pengamatan lasung. Kajian dilakukan dengan mengevaluasi empat komponen kurikulum, yaitu : tujuan, isi kurikulum (materi pelajaran), strategi pengajaran, dan evaluasi.

a. Tujuan
            Tujuan yang dirumuskan untuk mata diklat “Menjahit dengan mesin” dalam rencana pembelajaran belum jelas dan sulit untuk diukur. Khusunya rumusan tujun pada aspek pengetahuan, masih belum operasional sehingga sulit untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam penguasaan pengetahuan tentang menjahit dengan mesin. Tujuan pembelajaran seharusnya dirancang sampai pada tingkat operasional, sehingga tujuan tersebut dapat terukur sampai tingkat keberhasilannya. Pengkajian terhadap rumusan tujuan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
MATA
TUJUAN
DIKLAT
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
Menjahit dengan mesin
·   Menyiapkan alat jahit dengan cermat dan teliti
·   Mesin jahit dipersiapkan dengan teliti dan benar
·   Teliti dan berhati-hati dalam mengoperasikan mesin jahit
·   Teliti dalam memeriksa kelengkapan bagian-bagian busana
·   Mengikuti prosedur dan teknik menjahit dalam menjahit bagian-bagian busana
·   Mengikuti prosedur keselamatan kerja dalam menjahit busana
·   Memahami fungsi alat jahit pokok dan alat bantunya
·   Memahami langkah kerja menyiapkan mesin jahit
·   Memahami prosedur pengoperasian mesin jahit
·   Memahami cara mengatur setikan mesin jahit sesuai jenis bahan
·   Memahami bagian-bagian busana
·   Memahami prosedur menjahit bagian-bagian busana
·   Memahami teknik menjahit busana
·   Memahami kesehatan dan keselamatan kerja dalam menjahit
·   Menyiapkan alat jahit sesuai kebuuthan
·   Mengisi kumparan, mengatur tegangan benang, mengatur jarak setikan mesin jahit, memasang jarum, memasang kumparan dan skoci, memasang benang
·   Mengoperasikan mesin jahit pada garis lurus, lengkung, sudut dan lain-lain
·   Mengatur setikan mesin jahit sesuai dengan jenis bahan
·   Memeriksa kelengkapan bagian-bagian busana
·   Menjahit bagian-bagian busana sesuai prosedur
·   Menyelesaikan busana sesuai dengan teknik menjahit busana
·   Menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja dalam menjahit

b. Isi kurikulum/materi pembelajaran
            Materi pembelajaran yang disajikan meliputi materi teori dan praktek. Materi sudah sesuai denga tuntutan dari kurikulum dan Standar Kompetensi Nasional. Materi pembelajaran disajikan secara berkesinambungan dari mulai tugas praktek yang paling sederhana hingga materi praktek lanjutan. Materi pembelajaran dikemas dalam bentuk modul yang menjadi sumber belajar bagi peserta didik di dalam melakukan praktek menjahit dengan mesin. Materi dalam modul dituangkan secara sistemtis, sehingga mudah dipahami dan diikuti oleh peserta didik di dalam mengerjakan tugas sesuai prosedur.

c. Strategi pengajaran
            Dalam kegiatan pembelajaran “Menjahit dengan Mesin”, guru baru menerapkan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi (Competency Based Training). Seharusnya di samping menerapkan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi, dalam pembelajaran “Menjahit dengan Mesin” perlu diterapkan pendekatan pelatihan berbasis produksi (Production Based Training) melalui kerja sama dengan unit produksi sekolah. Dengan pelatihan berbasis produksi ini, dalam upaya memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di samping membuat produk, harus pula mengalami belajar bagaiman mengelola suatu usaha busana (sanggar busana, modiste, atelier atau butik).

d. Evaluasi
            Penilaian hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru pada program produktif khususnya pada mata diklat menjahit dengan mesin, teramati bahwa guru belum siap untuk melaksanakan penilaian secara komprehensif pada keberhasilan belajar peserta didik, yang meliputi : proses kerja, prestasi kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan penilaian produk kerja. Guru dalam melakukan penilaian proses kerja atau kegiatan praktikum cenderung mengandalkan pengamatan langsung tanpa menggunakan alat penilaian, sedangkan untuk penilaian produk kerja telah menggunakan alat penilaian berupa skala penilaian yang memuat aspek-aspek yang harus dinilai sesuai dengan Standar Kompetensi Nasional (SKN). Seharusnya guru di dalam melakukan penilaian baik untuk penilaian proses ataupun penilaian produk hendaknya menggunakan alat penilaian yang baku, sehingga penilaian dapat diberikan secara objktif. Sebagaimana dikemukakan oleh Gronlund (1977) mengemukakan bahwa jenis tes yang paling sesuai untuk mengukur keterampilan praktek adalah dengan menggunakan tes perbuatan, meliputi : 1) paper and pencil performance, 2) identification test, 3) simulated performance dan 4) work sample.
            Faktor yang turut mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran program keahlian Tata Busana, di samping pengetahuan guru dalam keahlian Tata Busana dan strategi pembelajaran; diantaranya dipengaruhi pula oleh dukungan fasilitas belajar. Fasilitas belajar yang dimiliki sekolah belum sepenuhnya menunjang terhadap pendidikan dan pelatihan menjahit dengan mesin, karena jumlah peralatan yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang melaksanakan praktium.
Kendala utama adalah keterbatasan fasilitas praktikum yang tersedia di laboratorium Tata Busana. Piranti menjahit dan mesin jahit yang tersedia di laboratorium berjumlah 2 buah, mesin obras, mesin lubang kancing dan mesin juki terbatas sekali yaitu hanya ada 1 buah untuk setiap laboratorium, sedangkan jumlah peserta didik yang harus melaksanakan praktikum untuk setiap kelas rata-rata 35 orang. Piranti atau alat menjahit kecil seharusnya satu alat digunakan untuk satu orang peserta didik. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi keterbatasan tersebut, melalui pembentukan kelompok kecil, dengan pengaturan satu mesin jahit digunakan untuk dua orang peserta didik secara bergantian.

0 Response to "IMPLEMENTASI KURIKULUM SMK PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA "

Posting Komentar