Manusia merupakan
makhluk yang tidak dapat ditebak dalam pemikirannya, sehingga mampu menjelajah
angkasa luar tetapi angkasa dalamnya masih belum cukup diketahui. Sehubungan
dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan pandangan itu berawal
dari perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia itu sendiri. Terdapat
perbedaan penekanan didalam suatu teori kepribadian tertentu tentang faktor
manakah yang paling berpengaruh dalam perkembangan kepribadian. Perkembangan
kepribadian itu bisa dipengaruhi oleh lingkungan karena dalam lingkungan
sehari-hari dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, bila dalam lingkungan
memberi contoh tidak baik maka kepribadian seorang tersebut juga tidak akan
baik, seperti keluarga yang harus memberikan contoh kepada keturunannya agar
mereka lebih baik dan dapat menjadi contoh di lingkungan dimana mereka tinggal.
Teori-teori dari
strategi behavioral dan strategi phenologis menekankan faktor belajar. Kedua
strategi ini menekankan faktorbelajar. Tetapi mengemukakan pandangan yang
berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi, akibat perbedaan pandangan
tentang hakikat manusia. Strategis behavioral tergantung pada lingkungannya
sedang strategi fenomenalogis memandang manusia sebagai makhluk aktif yang
mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri.
Perbedaan
pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi
dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari
yang paling pesimis sampai aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu
faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran dalam
pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk
mengembangkan manusia.
1. Aliran
Empirisme
Menurut aliran
ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak
membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada pendidikan
dan lingkungan. Pendidik memegang peranan penting dengan menyediakan lingkungan
pendidikan yang akan diterima oleh anak sebagai pengalaman guru dan orang tua
paling menentukan hasil pendidikan. Pendidikan dibentuk oleh pengalaman, bukan
tergantung dari dasar diri anak. Locke menyarankan bahwa guru dan orang tua
berperan sebagai model, menunjukkan kualitas tingakh laku yang baik. Anak-anak
harus ditunjukkan tentang dunia sebagaimana adanya, termasuk kejelekan dan
bahaya sehingga akan menyadari apa yang harus dihindari dan apa yang harus
dicapai. Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat
penting sebab pendidikan kepada anak menyediakan lingkungan pendidikan kepada
anak dna akan diterima oelh anak sebagai pengalaman. Pengalaman itu tentunya
yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Aliran empirisme
dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak
lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat tersendiri, meskipun
lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini disebabkan oleh adanya
kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan,
anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau
kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini
masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang
pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu
tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun dengan
behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai
sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai
hasil belajar semata-mata.
Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral
ini juga masih bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama
dalam proses belajar itu sebagai berikut:
a. Pandangan yang
menekankan peranan pengamatan dan imitasi.
b. Pandangan yang
menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari sesuatu perilaku.
c. Pandangan yang
menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap perilaku.
Seperti yang akan
dikemukakan pada butir atau aliran konvergensi pada bagian ini, beberapa
pendapat dalam pandangan behavioral tersebut tidak lagi sepenuhnya ala ”Tabula
Rasa” dari J. Locke, karena telah mulai diperhatikan pula faktor-faktor
internal dari manusia.
2. Aliran
Natifisme
Aliran ini
ditokohi Schopen Hauwer (Jerman : 1788-1860) berpendapat bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan
dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak, yang baik akan
menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat
sekalipun diperlukan pendidikan, pendidikan tersebut hanya bertujuan untuk
memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir. Hasil
perkembangan anak tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran.
Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan
anak. Oleh karena itu hasih akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang
sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak didik itu
sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai
dengan bakat dan perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari asal kata
Native yang berarti terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada
artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan
anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan
jahat maka dia akan menjadi jahat. Sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan
baik maka ia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat
diubah dari kekuatan luar.
Meskipun dalam
sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak
juga mewarisi bakat dan sifat dari orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah
merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor
yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Pandangan konvergensi akan memberikan penjelasan tentang pentingnya kedua
faktor yaitu pembawaan atau hereditas dan lingkungan dalam perkembangan anak.
Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni
bahwa dalam diri individu terdapat suatu ’inti’ pribadi yang mendorong manusia
untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan
sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai
kemauan bebas.
Meskipun
pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar. Itu
ataupun penerimaan dan persepsi seorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi
makna kepada apa yang dialaminya itu. Pendekatan ini sangat mementingkan
pandangan holistik (menyeluruh, gestait) serta pemahaman perilaku orang dari
sudut pandang si empunya perilaku itu.
Terdapat variasi pendapat dari
pendekatan phenomenologi/humanistik tersebut sebagai berikut :
1. Pendekatan
aktualisasi diri atau non direktif.
2. Betapa
pentingnya memahami hubungan ”transaksi” antara manusia dan lingkungannya
sebagai bekal awal memahami perilakunya.
3. Pendekatan
”gestait” baik yang klasik maupun pengembangan selanjutnya.
4. Pendekatan
”search for meaning” dengan aplikasinya sebagai logotherapy dari viktor franki
yang mengungkapkan betapa pentingnya semangat (human spirit) untuk mengatasi
berbagai tantangan masala yang dihadapi.
3. Aliran
Naturalisme
tokoh aliran ini
adalah JJ. Rousseau (Perancis : 1712-1778). Menurut aliran ini manusia itu pada
waktu lahir mempunyai pembawaan baik karena pada dasarnya manusia baik karena
pada dasarnya biarkan berkembang baik di alamnya. Hukum
yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tindakan belajar mengajak.
Tokoh aliran ini
William Sterm (Jerman 1871-1939) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir
membawa potensi-potensi namun dalam perkembangan selanjutnya tergantung
pendidikan dan lingkunganya. Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan
pendidikan dan aturan lingkungan. Sebaliknya pendidikan atau lingkungan tidak
akan berhasil dengan baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang
mendukungnya. Seorang anak memang mempunyai potensi-potensi yang berbeda-beda
pada dirinya, jika potensi tersebut tidak dikembangkan tidak akan dapat
ditunjukkan oleh seseorang tersebut. Lingkungan juga dapat mempengaruhi
perkembangan dalam potensi-potensi anak. J.J Rousseau ingin menjauhkan anak
dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificia) sehingga
kebaikan anak-anak yang memperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu
dapat tampak secara spontan dan bebas.
4. Aliran Konvergensi
perintis aliran
ini adalah William Sterm (1871-1938) seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang
berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia ini sudah disertai pembawaan
baik maupun pembawaan buruk. Itu semua tergantung pada lingkungan dan perkembangan
potensi anak dalam belajar menyikapi perilakunya agar dapat menjadi lebih baik.
Tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang
dalam diri anak tidak dapat menghasilkan perkembangan anakyang optimal kalau
memang diri anak tidak terdapat bakat yang mengembangkan itu. Kemampuan dua
orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungna yang sama) untuk mempelajari
bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas
pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, biarpun lingkungnan kedua anak
tersebut menggunakan bahasa sama.
5. Pengaruh
aliran klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.
Aliran-aliran
pendidikan yang klasik mulai dikenal di indonesia melalui upaya-upaya
pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan disusul
kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa
penjajahan seperti diketahui, sistem persekolahan diperkenalkan oleh pemerintah
kolonial Belanda di Indonesia, sebelum masa itu pendidikan di seluruh
masyarakat, keluarga belum dikenal.
0 Response to "ALIRAN-ALIRAN KLASIK DALAM PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN DI INDONESIA."
Posting Komentar