loading...

CARA MENENTUKAN TATA URUTAN (SEKUENS) MATERI AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh
Selamat malam sobat pengunjung yang setia, semoga sehat selalu dimanapun anda berada. Kembali malam ini Admin berbagi dan bertukar pikiran melalui sebuah artikel yang sederhana. Adapun judul tulisan yang akan dibahas adalah yang berkaitan dengan tugas guru di dalam mengajar. Banyak hal yang sangat mempengaruhi kesuksesan seorang guru di dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, salah satunya adalah bagaimana kelihaian seorang guru dalam merancang pembelajaran dan menyusun tata urutan materi yang akan disampaikan agar bisa diterima dengan baik oleh peserta didik. okey kalau begitu kita langsung saja ke pembahasan, yuk simak dan cermati.

Bahan ajar diperlukan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub-subtopik tertentu. Tiap topik atau subtopik mengandung ide yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik-topik atau subtopik tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk suatu tata urutan bahan ajar.

Sekuens atau urutan yaitu susunan bahan pelajaran atau pengalaman belajar menurut aturan tertentu secara berurutan (M. Ali:1992). Ukuran ini disusun sedemikian rupa sehingga bahan yang disajikan untuk kelas 2 berbeda dengan kelas 3 dan seterusnya. Lebih jelas lagi bahwa setiap bahan disusun secara sistematis mempunyai horizontal antar bidang studi satu dengan yang lainnya, sedangkan secara vertikal hubungan itu menunjukkan itu bahwa yang ada kelanjutannya untuk lebih didalami ditingkat berikutnya. Bahkan pengalaman-pengalaman belajar yang disusun itu harus memberi jenjang kemudahan pada anak-anak untuk dianalisis selama proses belajar berlangsung.

Urutan penyajian (sekuens) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi menyimpulkan isi bacaan. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari materi tersebut apabila siswa belum bisa membaca dengan lancar. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan prosedural, dan hierarkis.

  1. Pendekatan prosedural: urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.
  1. Pendekatan hierarkis:urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Beberapa pendekatan yang telah disebutkan diatas dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan sekuens bahan ajar yang tepat. Secara lebih mendalam Nana Syaodih S. (2005: 105-107) mengungkapkan ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar diantaranya adalah sebagai berikut.

Sekuens Kronologis
Untuk meyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunakan sekuens kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens kronologis.

Sekuens Kausal
Masih berhubungan erat dengan sekuens kronologis adalah sekuens kausal. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari sesuatu peristiwa atau situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu para siswa akan menemukan akibatnya. Menurut Rowntree (1974: 75) “ sekuens kausal cocok unutk menyusun bahan ajar dalam bidang meteorologi dan geomorfologi”.

Sekuens Struktural
Bagian-bagian ajar suatu bidang studi telah mempunyai struktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu mengajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya, dan pemantulan dan pembiasan cahaya tidak mungkin diajarkan tanpa mengajarkan masalah cahaya. Masalah cahaya, pemantulan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural.

Sekuens Logis dan Psikologis
Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan urutan logis. Rowntree (1974: 77) melihat perbedaan antara sekuens logis dengan psikologis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang komplek kepada yang sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajar disusun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah mengapa.

Sekuens Spiral
Dikembangkan oleh Bruner (1990). Bahan ajar dipusatkan pada topic atau pokok bahan tertentu. Dari topic atau bahan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang popular dan sederhana, tapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.

Sekuens Rangkaian ke Belakang
Dikembangkan oleh Thomas Gilbert (1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke belakang. Contoh, proses pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah yaitu: (a) pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data; (d) pengetesan hipotesis; (e) interpretasi hasil teks. Dalam mengajarnya mulai dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari langkah (a) sampai (d), dan siswa diminta untuk membuat interpretasi hasilnya (e). pada kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c) dan siswa diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.

Sekuens berdasarkan Hierarki Belajar
Model ini dikembangkan oleh Gagne (1965), dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan khusus utama pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai siswa, berturut-turut sampai dengan perilaku terakhir. Untuk bidang studi tertentu dan pokok-pokok bahasan tertentu hierarki juga dapa mengikuti hierarki tipe-tipe belajar dari Gagne. Gagne mengemukakan 8 tipe belajar yang tersusun secara hierarkhis mulai dari yang paling sederhana: signal learning, stimulus-respons learning, motor-chain learning, verbal association, multiple discrimination, concept learning, principle learning, dan problem-solving learning. (Gagne, 1970:63-64).
Sekian dan semoga bermanfaat...

0 Response to "CARA MENENTUKAN TATA URUTAN (SEKUENS) MATERI AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR"

Posting Komentar