Kegiatan pelatihan bagi guru pada dasarnya merupakan suatu
bagian yang integral dari manajemen dalam bidang ketenagaan di sekolah dan
merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga
pada gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan
dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Dengan kata lain, mereka dapat
bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya.
Adapun manfaat yang bisa diperoleh bagi guru dari kegiatan
pelatihan tersebut diantaranya : (1) membantu para guru membuat keputusan
dengan lebih baik; (2) meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan berbagai
masalah yang dihadapinya; (3) terjadinya internalisasi dan operasionalisasi
faktor-faktor motivasional; (4) timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus
meningkatkan kemampuan kerjanya; (5) peningkatan kemampuan guru untuk mengatasi
stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada
diri sendiri; (6) tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat
dimanfaatkan oleh para guru dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara
teknikal dan intelektual; (7) meningkatkan kepuasan kerja; (8) semakin besarnya
pengakuan atas kemampuan seseorang; (9) makin besarnya tekad guru untuk lebih
mandiri; dan (10) mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa
depan.
Langkah-Langkah Pelatihan
Agar kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu
sekolah benar-benar dapat memberikan manfaat bagi kemajuan guru maupun bagi
organisasi itu sendiri, maka perlu ditempuh beberapa langkah dalam suatu
kegiatan pelatihan.
Alan Cowling & Phillips James (1996:110) mengemukakan
tentang pendekatan yang sistematis dalam pelatihan meliputi empat tahap, yang
mencakup : tahap I: mengenali kebutuhan-kebutuhaan, tahap II: merencanakan
untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan itu, tahap III: Pelaksanaan dan Tahap IV:
evaluasi.
Sementara itu, Sondang Siagian (1997:185-203) memaparkan
tujuh langkah dalam kegiatan pelatihan, yaitu : (1) Penentuan kebutuhan; (2)
Penentuan sasaran; Penetapan Program; (3) Identifikasi isi program; (4)
Identifikasi prinsip-prinsip belajar; (5) Pelaksanaan program; (6) Identifikasi
manfaat; dan (7) Penilaian pelaksanaan program.
Dengan mengacu kepada kedua pemikiran di atas, berikut ini
akan diuraikan tentang tahapan-tahapan dalam kegiatan pelatihan, yang mencakup:
(1) penentuan kebutuhan; (2) penentuan sasaran; (3) penentuan program; (4)
penerapan prinsip-prinsip belajar; dan (5) penilaian kegiatan
1.Penentuan Kebutuhan
Penentuan kebutuhan merupakan langkah awal yang amat penting
untuk dilakukan . Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kebutuhan secara
cermat. Dengan melalui analisis kebutuhan yang cermat dapat diyakinkan bahwa
kegiatan pelatihan memang benar-benar perlu dilakukan, jadi tidak hanya sekedar
proyek yang sifatnya diada-adakan, tanpa hasil dan tujuan yang jelas. Dalam
mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan, terdapat tiga pihak yang perlu
dilibatkan, yaitu :
- satuan
organisasi (sekolah atau dinas pendidikan) yang mengelola sumber daya
manusia yang bertugas mengidentifikasi kebutuhan organisasi secara
keseluruhan, baik untuk kepentingan sekarang maupun dalam kerangka
mempersiapkan organisasi menghadapi tantangan masa depan;
- para
kepala sekolah; karena bagaimanapun mereka merupakan orang-orang yang
paling bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan satuan-satuan
kerja yang dipimpinnya. Dengan demikian, mereka dianggap sebagai orang
yang paling mengetahui jenis kebutuhan pelatihan yang diperlukan.
- guru
yang bersangkutan; banyak sekolah yang memberikan kesempatan kepada para
gurunya untuk mencalonkan diri sendiri mengikuti program pelatihan
tertentu. Titik tolak pemberian kesempatan ini ialah bahwa para guru yang
sudah matang secara intelektual memiliki kecenderungan untuk menyadari
kelemahan-kelemahan yang masih terdapat dalam dirinya, sehingga
membutuhkan adanya usaha pembelajaran.
Bagaimanapun kegiatan pelatihan merupakan beban anggaran
tersendiri yang harus dipikul oleh sekolah. Oleh karena itu, jika kegiatan
pelatihan dilakukan tanpa adanya analisis kebutuhan secara cermat, pada
akhirnya dikhawatirkan tidak akan memberikan manfaat apa pun bagi guru atau pun
bagi sekolah. Dengan sendirinya, yang semula pelatihan dimaksudkan untuk
kepentingan efektifvitas dan efisiensi, malah terbalik menjadi kegiatan yang
hanya pemborosan saja.
2.Penentuan Sasaran
Berdasarkan analisis kebutuhan selanjutnya dapat ditetapkan
berbagai sasaran yang ingin dicapai dari suatu kegiatan pelatihan, baik yang
bersifat teknikal maupun behavioral. Bagi penyelenggara,
penentuan sasaran ini memiliki arti penting sebagai: (1) tolok ukur kelak untuk
menentukan berhasil tidaknya program pelatihan; (2) bahan dalam usaha
menentukan langkah selanjutnya, seperti menentukan isi program dan metode pelatihan
yang sesuai.
Sedangkan bagi peserta penentuan sasaran bermanfaat dalam
persiapan dan usaha apa yang seyogyanya mereka lakukan agar dapat memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan pelatihan yang diikutinya.
3.Penentuan Program
Setelah dilakukan analisis kebutuhan dan ditetapkan sasaran
yang ingin dicapai, selanjutnya dapat ditetapkan program pelatihan. Dalam
penentuan program terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yakni
berkenaan dengan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut:
- Kemampuan
apa yang hendak dicapai?
- Materi
apa yang perlu disiapkan?
- Kapan
waktu yang terbaik untuk dilaksanakan pelatihan?
- Dimana
tempat yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan pelatihan?
- Berapa
biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pelatihan?
- Siapa
yang paling tepat untuk ditunjuk sebagai instruktur?, dan
- Bagaimana
pelatihan itu sebaiknya dilaksanakan?
Jawaban pertanyaan-pertanyan ini pada intinya merujuk kepada
efektivias dan efisiensi kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan.
4.Penerapan Prinsip-Prinsip Belajar
Agar pelatihan ini dapat mencapai sasaran atau tujuan yang
diharapkan, maka kegiatan pelatihan berlangsung seyogyanya dapat memperhatikan
dan menerapkan sejumlah prinsip belajar. Karena peserta pelatihan adalah orang
dewasa maka penerapan prinsip-prinsip belajar orang dewasa penting
diperhatikan.
Sementara itu, Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan
tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
- Agar-agar
seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan.
- Tujuan
itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan
karena dipaksakan oleh orang lain.
- Orang
itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan
tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
- Belajar
itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
- Selain
tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
Misalnya tidak hanya bertambah keterampilan pekerjaannya saja, tetapi juga
memperoleh minat yang lebih besar dalam bidang yang ditekuninya.
- Belajar
lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
- Seseorang
belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk
pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
- Seseorang
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
- Untuk
belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar
dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
- Disamping
mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
tujuan-tujuan lain. Misalnya, disamping memperoleh keterampilan dari apa
yang diberikan dalam pelatihan. Juga, seseorang memiliki tujuan lain,
seperti promosi jabatan, kepercayaan dari atasan dan sebagainya.
- Belajar
lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
- Ulangan
dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
- Belajar
hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
5.Penilaian Pelaksanaan Program
Pelaksanaan suatu program dapat dikatakan berhasil jika
dalam diri peserta tersebut terjadi suatu proses transformasi. Proses
transformasi dapat dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi paling
sedikit dua hal, yaitu :
- peningkatan
kemampuan dalam melaksanakan tugas
- perubahan
perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin, dan etos kerja.
Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut
dilakukan penilaian, baik yang berkenaan dengan aspek teknis maupun behavioral. Dengan
demikian, bahwa penilaian harus diselenggarakan secara sistematis,
dengan-langkah sebagai berikut:
- penentuan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebelum program pelatihan
diselengggarakan
- penyelenggaraan
pre-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
para guru sekarang, guna memperoleh informasi tentang program pelatihan
apa yang tepat diselenggarakan.
- pelaksanaan
ujian pasca pelatihan untuk melihat apakah memang terjadi transformasi
yang diharapkan atau tidak dan apakah transformasi tersebut tercermin
dalam pelaksanaan pekerjaan masing-masing guru.
- tindak
lanjut yang berkesinambungan. Salah satu ukuran tolok ukur penting dalam
menilai berhasil tidaknya suatu program pelatihan ialah apabila
transformasi yang diharapkan memang terjadi untuk kurun waktu yang cukup
panjang di masa depan, tidak hanya segera setelah program tersebut selesai
diselenggarakan
0 Response to "TAHAPAN-TAHAPAN KEGIATAN PELATIHAN DALAM MENGEMBANGKAN PENGETHUAN DAN KETERAMPILAN GURU"
Posting Komentar