Pengaruh Ujian Nasional
Selama diberlakukan UN/UAN terjadi perubahan-perubahan peraturan yang semakin
lama semakin memberatkan siswa dan menambah ketegangan dan sikap prustasi di
kalangan siswa. Mulai dari batas nilai minimal kelulusan (passing-grade) dan
rata-rata nilai kelulusan yang semakin tinggi, penambahan mata pelajaran yang
diujikan dalam UN dan proses serta mekanisme perbaikan serta ujian persamaan
yang harus ditempuh oleh siswa yang tidak lulus UN. Adapun pengaruh ujian
nasional yakni.
1) Positif
Sikap positif dan pro-aktif dari semua pihak, baik siswa, guru (dengan seluruh unsur di sekolah) demikian pula orang tua. Pihak siswa mempersiapkan dirinya dengan berupaya meningkatkan penguasaan materi pelajaran yang akan diujikan. Demikian juga pihak guru dan pihak sekolah, yaitu dengan mengadakan berbagai kegiatan yang memberikan kemungkinan bagi peningkatan penguasaan siswa terhadap matapelajaran yang akan diujikan dalam UN, baik dalam bentuk pemadatan maupun Test Uji Coba (TUC).
Sikap positif dan pro-aktif dari semua pihak, baik siswa, guru (dengan seluruh unsur di sekolah) demikian pula orang tua. Pihak siswa mempersiapkan dirinya dengan berupaya meningkatkan penguasaan materi pelajaran yang akan diujikan. Demikian juga pihak guru dan pihak sekolah, yaitu dengan mengadakan berbagai kegiatan yang memberikan kemungkinan bagi peningkatan penguasaan siswa terhadap matapelajaran yang akan diujikan dalam UN, baik dalam bentuk pemadatan maupun Test Uji Coba (TUC).
Sedangkan para orang tua berupaya membimbing anak-anak mereka di rumah serta memberikan dorongan dan dukungan dengan berbagai cara. Ketegangan-ketegangan yang terlahir dari kekhawatiran yang memuncak yang dikarenakan adanya kenyataan serta berpijak pada informasi media yang memberitakan kegagalan-kegagalan siswa dalam menempuh UN di berbagai sekolah di seluruh pelosok Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan, bahkan termasuk di dalamnya dari kelompok siswa yang berprestasi serta sekolah-sekolah paporit.
Ketegangan yang dialami para guru di setiap sekolah, khususnya guru pengajar matapelajaran yang diujikan dalam UN, disebabkan ada anggapan dalam pemikiran setiap guru bahwa kemampuan dan keberhasilan mereka mengajar sedang diuji dengan indikasi keberhasilan siswanya dalam menempuh UN. Ketegangan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan dari Dinas Pendidikan di setiap wilayah yang mentargetkan persentase tertentu dalam kelulusan pada masing-masing sekolah di wilayahnya. Dan tentunya Dinas Pendidikan di wilayah pun tidak luput dari tekanan dan tuntutan dari instansi Pendidikan di atasnya. Mekanisme saling menekan yang sistematis yang secara sistematis pula telah melahirkan UN-pobia di kalangan siswa, para guru dan para pejabat instansi bidang pendidikan di tingkat daerah.
Untuk mengantisipasi ketegangan-ketegangan tersebut, juga sekaligus dalam mempersiapkan dalam menghadapi ujian nasional, pada umumnya dilakukan berbagai persiapan. Dimulai dari pemadatan-pemadatan dalam berbagai matapelajaran yang diujikan dalam UN, yang tidak jarang menyita perhatian pihak sekolah dan siswa sehingga ada kesan menelantarkan atau mengabaikan matapelajaran lainnya. Selain pemadatan, diadakan pula bimbingan belajar (bimbel) dan try-out dalam bentuk TUC (Test Uji Coba) baik yang dilakukan oleh sekolah-sekolah (gabungan beberapa sekolah di setiap wilayah), maupun TUC Dinas Pendidikan di setiap wilayah.
2) Negatif
Standar nilai yang terus meningkat membuat siswa maupun pihak sekolah berusaha keras agar sukses menempuh Ujian Nasional. Bahkan sampai melakukan hal yang tidak jujur sekalipun. Skenario kecurangan yang ditemui adalah intervensi dan intimidasi terhadap pengawas UN. Padahal pengawas sudah ditetapkan dengan sistem silang murni.
Standar nilai yang terus meningkat membuat siswa maupun pihak sekolah berusaha keras agar sukses menempuh Ujian Nasional. Bahkan sampai melakukan hal yang tidak jujur sekalipun. Skenario kecurangan yang ditemui adalah intervensi dan intimidasi terhadap pengawas UN. Padahal pengawas sudah ditetapkan dengan sistem silang murni.
Ternyata terjadi kesepakatan/konsensus antara Kepala Sekolah. Kepala Sekolah yang mengutus guru menjadi pengawas memberi arahan agar tidak ketat dalam pengawasan. Selama peserta UN menjawab soal, kami para pengawas tidak boleh menghampiri. Peserta UN dibiarkan saja, walaupun mereka ngerpek, nyontek saling berbagi jawaban. Pengawas baru boleh menegur jika mereka menimbulkan ribut kegaduhan, ketahuan membawa HP atau kalkulator. Seandainya ada pengawas yang melanggar konsensus ini, Kepala Sekolah akan melaporkannya pada Kepala Sekolah asal pengawas. Beberapa orang rekan pengawas bahkan ditarik oleh Kepala Sekolahnya dan diganti dengan guru yang lain karena tidak sanggup mematuhi konsensus ini.
Mengapa terjadi kesepakatan ini? Selama tiga tahun siswa dididik di sekolah agar menjadi siswa yang baik dan jujur. Tapi, di akhir masa studi mereka diperbolehkan atau dianjurkan untuk berbuat curang. Jika saat sekolah sudah terbiasa curang, maka wajar saja kalau menjadi pejabat nantinya melakukan kecurangan yang lebih besar (korupsi misalnya) tidak canggung lagi. Seorang rekan guru bertanya, dimana budi pekerti yang sebelumnya kita tanamkan pada mereka? Kepala Sekolah beralasan meminta pengawas membiarkan saja peserta UN agar mereka tidak tertekan. Pernah terjadi menurut beliau, seorang peserta UN yang sebenarnya rangking 1 gugup dan tertekan psikologisnya lalu tidak mampu menjawab soal dengan baik dan akhirnya tidak lulus. Atau peserta UN pingsan. Mengapa pengawas yang disalahkan?
Semua siswa pasti berharap lulus, begitu juga orang tua, para guru dan Kepala Sekolah. Namun, semuanya tentunya didapatkan dengan jalan yang seharusnya, bukan dengan jalan curang. Tak hanya sekedar tanggung jawab moral. Bukankah setiap perbuatan kita pasti akan dipertanggungjawabkan di hari akhir? Bukankah keimanan dan ketaqwaan mengharuskan kita untuk meyakini dan menyadari hal ini?
Apa yang salah dalam Pendidikan kita? Kita tentunya tidak ingin melahirkan lulusan yang hanya cerdas secara intelektual semata. Too much science, too little faith (terlalu banyak ilmu, terlalu sedikit iman).
Langkah-langkah dalam Mengoptimalkan pelaksanaan Ujian
Nasional
1) Memahami makna kelulusan
Sekarang ini makna kelulusan bagi seorang siswa adalah yang terpenting dapat memenuhi standar nilai yang dibakukan dan mendapat predikat lulus dari sekolah. Sebenarnya makna kelulusan bagi seorang siswa merupakan sesuatu yang mutlak dicapai untuk menentukan langkah berikutnya, namun hal ini harus dilakukan secara jujur dan bersaing secara sehat/sportif. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang siswa dalam memaknai sebuah arti kelulusan.
2) Transparansi ujian nasional
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan ujian nasional, hendaknya dilaksanakan dengan jujur dan transparan agar tidak menimbulkan keresahan-keresahan di tengah masyarakat. Di dalam negeri kondisi ini diperparah oleh keinginan sebagian masyarakat kita yang muncul dengan kondisi kurang memahami akan makna “iklim kompetitif” di dalam prespektif psikologi perkembangan bagi pembelajar. Transparansi tersebut harus dilakukan agar tidaka terjadi kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional tersebut.
3) Tidak tergelincir pada negosiasi politis
Sekarang ini penyelenggara Ujian Nasional tergelincir dengan negosiasi politis yang telah menetapkan adanya Ujian Nasional Ulang, bagi mereka yang tidak lulus Ujian Nasional (utama maupun susulan). Hal ini akan menjadi sebuah pemikiran yang salah dari siswa karena tergoda dengan adanya ujian nasional ulang.
4) Melaksanakan uji coba
Dalam menghadapi ujian nasional, di setiap-setiap sekolah telah memikirkan solusi dan kiat-kiat agar dapat melaksanakan ujian nasional dengan baik. Berbagai persiapan yang dilakukan kepada para siswa misalnya mengadakan try out, remedial dan pemberian pelajaran tambahan agar siswa dapat menguasai materi-materi yang akan diujikan.
5) Psikologi peserta didik
Dalam pelaksanaan ujian nasional seorang guru sangat berperan penting dalam mempersiapkan mental peserta didik dalam menghadapi soal-soal yang diujikan. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran, guru juga harus memberikan sebuah dorongan dan rangsangan kepada peserta didik untuk percaya diri agar bisa melalui ujian nasional dengan tenang.
6) Mengaktifkan peran orang tua
Selain guru mempunyai peran bagi peserta didik, orang tua juga mempunyai andil yang sangat besar dalam membimbing anaknya untuk menghadapi ujian nasional. Kita sebagai orang tua haruslah bijak dalam menyikapi setiap tingkah laku dan respon anak dalam menghadapi ujian nasional. kita tidak boleh memberikan sebuah tekanan-tekanan dan paksaan yang berat apalagi anak dikaitkan dalam masalah yang dihadapi di rumah.
0 Response to "LANGKAH – LANGKAH DALAM MENGOPTIMALKAN HASIL DARI PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL"
Posting Komentar