1. Asas
Motivasi
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat
diartikan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Ada tiga elemen
atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi ini mengawali terjadinya
perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling dan
rangsangan karena adanya tujuan. Motivasi sebagai motor penggerak segala
aktivitas, sehingga jika motornya tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi.
Jika motornya lemah, aktivitas yang terjadi pun akan lemah pula.
Motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang
sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau
bermanfaat bagi dirinya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat.
Motivasi belajar ini ada yang timbul dari dalam diri siswa sendiri (motivasi
intrinsik). Motivasi intrinsik disebut juga motivasi murni, karena muncul dari
diri siswa sendiri. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin harus berusaha untuk
memunculkan motivasi intrinsik di kalangan siswa pada saat mereka belajar,
umpamanya dengan caramenjelaskan kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan
atau kebutuhansiswa. Sedangkan untuk memunculkan motivasi ekstrinsikdapat
dilakukan antara lain dengan cara memberi pujian, hadiah, menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan, memberi nasihat, atau upaya-upaya lain yang dapat
membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Motivasi selalu berkait dengan soal kebutuhan. Ada
beberapa jenis kebutuhan misalnya : kebutuhan untuk menyenangkan orang lain,
kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Sehubungan
dengan itu, timbullah beberapa motivasi yang berpangkal pada kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis seperti
lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya
b. Kebutuhan akan keamanan yakni rasa
aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih
sayang yakni rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga,
sekolah, dan masyarakat)
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri
yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,
sosial, pembentukan pribadi
Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu peranan. Adapun
peranan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mendorong
manusia untuk berbuat. Menjadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energy
b. Menentukan arah
perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai
c. Menyeleksi
perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan
perbuatan-perbutan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang
betul-betul bertekad menang dalam pertan dingan, tak akan menghabiskan waktunya
bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan hasrat,
keinginan, maksud, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita,
keharusan, kesediaan, dan sebagainya.
2. Asas
Aktivitas
Pada waktu mengajar guru harus memberikan kesempatan kepada
murid-murid untuk mengambil bagian yang aktif baik rohani maupun jasmani
terhadap pengajaran yang diberikan, secara perorangan maupun kelompok.
Yang dimaksud keaktipan jasmani adalah berbagai kegiatan
yang dilakukan murid seperti kesibukan melakukan penelitian, percobaan, membuat
konstruksi model, bercocok tanam dan sebagainya.
Sedangkan keaktifan rohani ialah bekerjanya unsur-unsur
kejiwaan murid dalam pengajaran yang tampak jelas pada ketekunan mengikuti
pelajaran, mengamati secara cermat, mengingat, berfikir untuk memecahkan
persoalan dan mengambil kesimpulan. Terdorong oleh perasaan dan kemauan yang
kuat unsur-unsur kejiwaan itu akan berfungsi dengan baik untuk mendapatkan
hasil pelajaransebanyak mungkin.
Menurut Piaget (psycholog kelahiran Swiss), seseorang anak
berfikir sepanjang dia berbuat. Tanpa perbuatan anak tak berfikir, agar anak
berfiir sendiri, harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Tanpa aktivitas belajar, pengajaran tidak akan member hasil
yang baik. Usaha-usaha guru membangkitkan keaktifan jasmani murid, antara lain
:
a. Dengan
menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan yang bersifat keterampilan
perbengkelan, pertukangan, pertanian, perikanan, kerajinan, penelitian di
laboratorium dan sebagainya.
b. Mengadakan pecan
olahraga dan seni, pameran, karya wisata dan sebagainya
c. Membimbing serta
mendorong anak-anak dalam berdiskusi
d. Memberikan tugas
kepada anak-anak untuk memecahkan suatu masalah
e. Mengadakan
berbagai penelitian dan percobaan, menganalisis data, membuat kesimpulan,
menyusun laporan dan sebagainya
3. Asas
Peragaan
Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah adalah verbalisme.
Bahaya verbalisme terdapat dalam tiap situasi belajar, yakni
apabila anak-anak diberi kata-kata tanpa memahami artinya.
Penyakit verbalisme biasanya tidak terdapat
dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum mereka bersekolah. Oleh
sebab itu,pembendaharaan bahasanya diperolehnya dengan pengalaman
langsung, dengan melihat, mendengar, mengecap, meraba, serta menggunakan alat
indra lainnya. Hasil pelajaran serupa itu dapat dianggap permanen dan tak akan
dilupakannya. Hal ini juga disebabkan karena kata-kata itu sederhana dan
selalu atau sering digunakan secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari.
Kata-kata itu benar-benar mereka kenal, karena mereka mempelajarinya melalui
pengalaman yang konkrit.
Akan tetapi segera anak itu masuk ke sekolah dia
menerima cara belajar yang baru yakni dengan perantara kata-kata tertulis. Ia
disuruh menghafal kata-kata yang tidak dipahaminya benar, karena diperolehnya
tidak melalui pengalaman yang konkrit melainkan berdasarkan bacaan. Karena ia
pandai membaca ia dapat pula mengucapkan sejumlah besar kata-kata yang tidak
dipahami artinya. Jelas kiranya bahwa belajar dengan jalan menghafal bukan saja
memudahkan timbulnya verbalisme, tetapi juga kurang menarik, kurang
menyenangkan dan segera membosankan.
Suatu kekurangan dalam pendidikan adalah jika kita
mengajarkan kata-kata yang tidak mempunyai isi dan arti yang jelas.
Kekurangannya nyata apabila anak harus mempelajari buku dengan membacanya.
Sebenarnya membaca itu
bukanlah mengambil makna dari tulisan itu. Dalam atau
dangkalnya makna itu bergantung pada pengalaman atau latar belakang si pembaca.
Dalam peragaan ada maksud dan tujuan yang hendak dicapai
yakni, memberikan variasi dalam cara-cara kita mengajar, memberikan lebih
banyak realitas dalam mengajar itu, sehingga lebih berwujud, lebih terarah
untuk mencapai tujuan pelajaran.
Alat-alat peraga sebagai alat pembantu dalam mengajar agar
efektif, dalam garis besarnya memiliki faedah atau nilai berikut :
a. Menambah
kegiatan belajar murid
b. Menghemat waktu
belajar (ekonomis)
c. Menyebabkan agar
hasil belajar lebih permanen atau mantap
d. Membantu anak-anak
yang ketinggalan dalam pelajarannya
e. Memberikan alas
an yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan
aktivitas pada murid
f. Memberikan
pemahaman yang lebih tepat dan jelas
Jenis kegiatan dalam pembelajaran yang menerapkan asas
peragaan dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan yaitu :
a. Pengalaman
lansung
Anak diminta untuk mengalami, berbuat sendiri, dan mengelola
serta merenungkan apa yang dikerjakan
b. Pengalaman yang diatur
Jika realitas terlalu besar atau kecil atau tidak ada
ditempat maka realitas itu dapat diperagakan dengan model
c. Dramatisasi
Misalnya : Sandiwara, permainan peran, pantonim, dan
sandiwara boneka
d. Demontrasi
Biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat pembantu
seperti papan tulis, papan plannel, OHP, dan lain-lain. Banyak topik yang
diangkat dalam pembelajaran di sekolah dan dapat diajarkan dengan peragaan
demontrasi.
e. Karyawisata
Kegiatan ini sebenarnya sangat baik untuk menjadikan
proses pembelajaran yang disenangi siswa. Kegiatan yang diprogramkan dengan
melibatkan penerapan konsep budaya dalam kesenian, mengukur tinggi secara
langsung, mengukur lebar sungai, mendata kecenderungan kejadian dan realitas
yang ada pada lingkungan merupakan kegitan yang sangat menarik dan bermakna
pada siswa.
f. Pameran
Berbagai bentuk pameran ternyata dapat menyedot anak dan
berusaha untuk mencobanya
g. Televisi
Program pembelajaran yang disiarkan melalui televisi juga
merupakan alternativ pembelajaran secara umum
4. Asas
Individualitas
Tak ada dua anak yang sama disebabkan oleh perbedaan
pembawaan lingkungan. Salah satu perbedaan ialah taraf intelegensianak-anak,
yang dinyatakan dengan IQ. Faktor lain yang turut menyebabkan perbedaan adalah
keadaan rumah, lingkungan sekitar rumah, pendidikan, kesehatan anak, makanan,
usia, keadaan sosial ekonomi orang tua, dan lain-lain.
Pada umumnya prinsip individualitas ini masih kurang
mendapat perhatian di sekolah kita. Cara mengajar terutama brbentuk ceramah
yang menyamaratakan semua murid. Kelas yang besar dan kekurangan-kekurangan
alat-alat juga merupakan halangan untuk mewujudkan Undang-undang Dasar kita
yang menyatakan bahwa setiap anak berhak berkembang sesuai dengan bakat
masing-masing.
5. Lingkungan
Sekolah tak lepas dari masyarakat. Sekolah didirikan
masyarakat untuk mendidik anak menjadi warga negara yang berguna dalam
masyarakat. Tetapi disamping itu masyarakat atau lingkungan dapat pula
merupakan laboratorium dan sumber yang penuh kemungkinan untuk memperkaya
pengajaran. Itu sebab itu, setiap guru harus mengenal masyarakat
serta lingkungannya dan menggunakannya secara fungsional dalam pelajarannya.
Ada bermacam-macam cara untuk menggunakan sumber-sumber
dalam lingkungan untuk kepentingan pelajaran. Pada umumnya kita dapat
membaginya dalam dua golongan :
a. Membawa anak ke
dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran. Contohnya adalah
karyawisata. Karyawisata mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
1. Memberikan
pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala macam
alat indra
2. Memberi motivasi
kepada murid untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu
b. Membawa sumber-sumber
dari masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran. Contohnya adalah
benda-benda seperti pameran atau koleksi.
Selama karyawisata dan survey anak-anak mendapat
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai-bagai benda. Anak dapat
mengumpulkan hasil industri dan pertanian dari lingkungan sekolah itu seperti
obat-obatan, kue, macam-macam tekstil dan sebagainya. Mereka dapat pula
mengumpulkan benda-benda dan binatang dari alam sekitarnya sepertijenis-jenis
batu, pasir, tanah, bunga, serangga, dan lain sebagainya. Dapat pula mereka
meminta agar seorang murid memperlihatkan koleksi batu-batu, perangko, boneka,
dan lain sebagainya. Benda-benda itu hendaknya dipamerkan di sekolah
6. Kerjasama
(Kooperasi)
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial .
Pendidikan mengantarkan siswa agar menjadi manusia seutuhnya maupun menjadi
makhluk yang secara individu bertanggung jawab pada didrinya, keluarga, dan
bangsanya dengan memiliki pengetahuan, ketrampilan, moral ketaqwaan dan
mempunyai komitmen pada bangsa dan negara, sekaligus jadi makluk sosial yang
demokratis, toleran dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pada pembelajaran yang menggunakan kerja kelompok perlu
menerapkan prisip-prinsip sebagai berikut :
a. Siswa harus
mempunyai kejelasan tujuan
b. Setiap anggota harus
mempunyai konstribusi untuk menyelesaikan tugas
c. Anggota harus
bertanggung jawab pada kelompok
d. Pemecahan masalah
harus demokratis
e. Pimpinan
kelompok harus menciptakan suasana yang dinamis
f. Setiap anggota
harus bertanggung jawab pada kelompok
g. Perlu digunakan
penilaian terhadap kemajuan kelompok
h. Mampu menimbulkan
perubahan yang konstruktif
i. Setiap
anggota merasa puas dan aman dalam belajar
0 Response to "ASAS-ASAS DIDAKTIK YANG HARUS DIKUASAI SEORANG PENDIDIK ATAU PENGAJAR SESUAI DENGAN PRINSIP MENGAJAR"
Posting Komentar