loading...

DEFINISI MENURUT PARA AHLI, DASAR DAN TUJUAN SERTA IMPLIKASI PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan merupakan suatu upaya sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum, pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandung unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan, dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama, dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan.

Beberapa pendapat pakar tentang pendidikan:
1.  Crow and crow, mengartikan pendidikan sebagai proses di mana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
2.  John Dewey (pandangan pakar pendidikan dari Amerika), berpandangan bahwa pendidikan ialah suatu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia.
3.  Prof. Horne (tokoh pendidik di Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akaliah, kebebasan, dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akaliah, perasaan, dan kemahuan manusia.
4.  Herbert Spencer (ahli falsafah Inggris (820-903M)), mengatakan bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
5.  Johan Amos Comenius (1592-1671), mencetuskan konsep pendidikan bahwa pendidikan adalah untuk membuat persiapan yang lebih berguna di akhirat nanti.

Pada hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat di dalam suatu masyarakat dan individu di dalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja, tetapi lebih bersifat menyeluruh, yaitu adanya pendidikan informal dan nonformal yang sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak. Semua ini karena pada dasarnya pendidikan formal, informal, dan nonformal merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus-menerus dengan situasi baru.

Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain:
1.      Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapatdorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan.

2.      Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.

Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena, manusia perlu menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang baik, sebab pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49):
1.  Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat.
2.  Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah.
3.   Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level.
4.   Menyambut baik perubahan.
5.   Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.
Pendidikan sepanjang hayat juga mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1.   Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
2.   Pendidikan sepanjang hayat mampu  menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan.
3.   Pendidikan sepanjang hayat  lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode dari pada isi pendidikan.
4.   Pendidikan sepanjang hayat mampu  menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam proses pendidikan.

Dasar, Tujuan, dan Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
1.  Dasar-Dasar Pendidikan Sepanjang Hayat
Prinsip pendidikan manusia seutuhnya berlangsung seumur hidup didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi:
a.       Dasar-dasar filosofis
Filosofis hakikat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi:
1.      Manusia sebagai makhluk pribadi (individualbeing).
class="MsoNormal"> 2.      Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing).
3.      Manusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
Ketiga esensial ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral yang dimiliki oleh setiap manusia serta menentukan martabat dan kepribadian seseorang. Yang artinya bahwa individu itu merealisaikan potensi-potensi tersebut secara optimal dan berkeseimbangan itulah wujud kejadiannya.

b.      Dasar-dasar psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara:
1.  Potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
2.  Potensi-potensi dan kesadaran jasmaniah yang sehat dengan pancaindra yang normal secara fisiologis bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan.
3.  Potensi-potensi psikofisis berada di dalam suatu lingkungan hidupnya, baik alamiah maupun sosial budaya.

c.       Dasar-dasar sosio-budaya
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan namun manusia terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri. Inilah segi-segi budaya bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan. Dasar-dasar segi sosio-budaya bangsa mencakup:
1.      Tata nilai warisan budaya bangsa seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong-royong dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat.
2.      Nilai-nilai filsafat Negara yakni pancasila.
3.      Nilai-nilai budaya nasional, adat istiadat, dan lain-lain.
4.      Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik bersifat formal maupun nonformal.

2.  Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah:
a.       Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
b.      Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani).
Dengan adanya keseimbangan yang wajar antara potensi jasmani dan rohani, berarti kita mengembangkan keduanya secara utuh sesuai dengan kodrat kebutuhannya, akan dapat terwujud manusia seutuhnya.

3.  Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Sebagai satu kebijakan yang mendasar dalam memandang hakikat pendidikan manusia dapat kita jelaskan segi implikasinya sebagai berikut:
a.   Pengertian implikasi ialah akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
b.  Segi-segi implikasi dari konsepsi pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
     1.      manusia seutuhnya sebagai subyek didik atau sasaran didik,
     2.      proses berlangsungnya pendidikan, yakni waktunya seumur hidup manusia.
c.  Materi pendidikannya
Dengan mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu (meliputi tujuh potensi), maka dapat dikembangkan wujud manusia seutuhnya itu dengan membina dan mengembangkan sikap hidup:
1.      Potensi jasmani dan pancaindera, dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memelihara gizi makanan, olah raga yang teratur, istirahat yang cukup, dan lingkungan hidup bersih.
2.      Potensi pikir (rasional), dengan mengembangkan kecerdasan, suka membaca, belajar ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang kritis, dan obyektif.
3.      Potensi perasaan, dengan mengembangkan perasaan etika dengan menghayati tata nilai Ketuhanan/keagamaan, kemanusiaan, sosial budaya, filsafat, dan perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra, dan budaya.
4.      Potensi karsa atau kemauan yang keras, dengan mengembangkan sikap rajin belajar/bekerja, ulet, tabah menghadapi segala tantangan, berjiwa perintis (kepeloporan), suka berprakarsa, termasuk hemat, dan hidup sederhana.
5.      Potensi cipta, dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi baik dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun seni-budaya (sastra, puisi, lukisan, desain, dan model).
6.      Potensi karya, konsepsi, dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi, semuanya diharapkan dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau yang nyata. Misalnya gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan, kita berkewajiban merintis penerapannya.
7.      Potensi budi nurani, kesadaran Ketuhanan, dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil, ataupun manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-masing.
Dengan mengembangkan ketujuh potensi itu melalui sikap positif dan mendasar maka akan mencapai kesinambungan.

d.      Wadah pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan sepanjang hayat adalah lembagapendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu:
1.      Pendidikan sekolah
2.      Pendidikan luar sekolah
3.      Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah, atau media massa seperti media cetak atau elektronik ataupun sajian dalam internet.

Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga pendidikan yang ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa yang diperlukan oleh individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah yang di awal Indonesia merdeka hanya kursus mengetik, steno, dan memegang buku (administrasi keuangan) kini sudah banyak sekali ragamnya dan kursus steno semakin surut jumlahnya karna hadirnya teknologi baru.

Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara informal orang dapat belajar melalui televisi, radio, atau komputer. Orang dapat belajar di tempat, di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada tetapi dapat pula belajar dari jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk belajar yang tedadi saat ini.

Related Posts :

0 Response to "DEFINISI MENURUT PARA AHLI, DASAR DAN TUJUAN SERTA IMPLIKASI PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT"

Posting Komentar