Kurikulum 2013 merupakan respon terhadap perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang pesat yang disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan, di samping itu kurikulum 2013 berorientasi pada pengembangan sikap dan tingkah laku sesuai dengan nilai-moral pancasila.
Dalam penerapan kurikulum 2013
yang paling penting adalah implementasi kurikulum. Implementasi kurikulum
adalah suatu proses penerapan konsep dan kebijakan kurikulum dalam suatu
aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat komponen
tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan secara nyata dalam
kehidupan. Model pengembangan kurikulum di Indonesia dapat menggunakan gabungan
dari 4 model pengembangan kurikulum, yaitu model subjek akademik, humanistis,
rekonstruksi sosial dan teknologis. hal ini sesuai dengan keadaan negara Indonesia
dimana masyarakatnya majemuk yang membutuhkan suatu pendidikan yang lebih
mengacu kepada siswa secara subjektif sesuai dengan karakteristik dan latar
belakang sosial budaya siswa tersebut sehingga pendidikan yang diterapkan mampu
memberikan proses pembelajaran yang humanistik sebagai proses mendidik manusia
sebagai manusia yang berlandaskan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia
dan sesuai nilai-moral Pancasila yang mampu mencetak output peserta didik yang
berbudi pekerti luhur serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Selain hal tersebut, kurikulum di Indonesia juga sesuai dengan model
rekonstruksi sosial dan teknologis, dimana setiap proses pendidikan yang
dilaksanakan di Indonesia selalu mengkaitkan dengan sejarah kehidupan di masa lalu
dengan kehidupan padan saat ini yang meliputi semua aspek kehidupan serta
berbagai macam teknologi yang telah dikembangkan oleh manusia dalam menjalani
proses kehidupan.
Namun dalam penerapannya,
kurikulum 2013 juga memiliki kendala dan hambatan yang cukup serius.
Hambatan-hambatan dalam penerapan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1.
Rendahnya Kesadaran Guru sebagai Pendidik
Rendahnya kesadaran guru meliputi
rendahnya kualitas guru, kurangnya kesiapan guru mengajar, kepekaan guru dalam
menanggapi hal-hal baru termasuk implementasi proses pembelajaran yang sering
terabaikan oleh guru, karena pada realitanya banyak guru yang mengajar hanya sekedar
mengajar tidak ada timbal balik apa-apa antara pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku serta kreativitas peserta didik terkait pelajaran yang sedang
dipelajari. Pada dasarnya guru belum siap melaksanakan kurikulum 2013.
Seorang guru seharusnya menjadi
promotor untuk mengembangkan pemikiran, kreativitas, keterampilan dan yang
paling penting adalah potensi dari peserta didik. Persoalan guru dirasakan
krusial karena apabila guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka
kurikulum sebaik apa pun tidak akan membawa perubahan apa pun pada dunia
pendidikan nasional
2. Pengadaan
buku mata pelajaran yang masih kurang
Buku itu vital karena menjadi
pegangan murid untuk belajar. Bagaimana mungkin murid dapat mempelajari apa
yang dimaui oleh kurikulum baru bila tidak tersedia buku pelajaran? Apalagi
para pejabat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri selalu menyatakan
bahwa dalam rangka pelaksanaan kurikulum baru, Pemerintah menyiapkan buku babon
sehingga masyarakat tidak perlu dibebani biaya pembelian buku baru, seperti
yang dikeluhkan selama ini bahwa ganti kurikulum ganti buku baru.
Pengadaan buku memerlukan proses
panjang: dari penulisan draf naskah, pembacaan oleh reviewer, koreksi oleh editor bahasa, finalisasi naskah, layout, cetak, hingga distribusi.
Semuanya itu memerlukan waktu minimal dua bulan.
3.
Banyaknya Pro Dan Kontra Di Masyarakat
Sampai saat ini masih sangat
banyak pendapat pro dan kontra terkait penerapan kurikulum 2013. Hal ini harus
mampu dimanfaatkan dengan baik untuk terus mengevaluasi kurkulum 2013, mana yang
perlu direvisi dan mana yang sudah padu, sehingga pelaksnaannya tidak terkesan
dadakan dan dipaksakan.
Pro dan kontra adalah salah satu
hambatan yang perlu menjadi perhatian, karena dari sinilah tergerak pemikiran
solusi untuk memecahkan permasalahan terkait penerapan kurikulum 2013.
4.
Penambahan Jam Pembelajaran
penambahan jam pelajaran ini
dikhawatirkan akan mengesampingkan kebutuhan siswa untuk mendapatkan pendidikan
di lingkungan keluarga dan sosial sekitarnya. Pertimbangan ini mengingat siswa
harus didorong mengembangkan banyak ragam kecerdasan, mulai dari kecerdasan
kognitif, emosional, sosial, hingga spiritual.
5.
Belum Adanya Evaluasi dari Kurikulum Sebelumnya
Perubahan Kurikulum 2013 juga
tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya (KTSP)
2006 sehingga dapat membingungkan guru dan pemangku pendidikan dalam
pelaksanaannya.
6.
Guru Dipandang Memiliki Kemampuan Sama
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) tidak pernah secara langsung melibatkan guru dalam
merumuskan kurikulum 2013. Kemendikbud seolah melihat semua guru dan peserta
didik memiliki kemampuan yang sama.
Dalam pelaksanaannya, kurikulum
mempunyai banyak kendala. Salah satu faktornya ialah bisa dari guru, masyarakat,
biaya, kepala sekolah dan birokrasi. Dan daripada itu maka langkah solusinya
ialah ; mengetahui tujuan perbaikan, mengenal situasi sekolah, mengetahui
kebutuhan siswa dan guru, mengenal masalah yang dihadapi sekolah, mengenal
kompetensi guru, mengetahui gejala sosial dan mengetahui perkembangan/ aliran
dalam kurikulum.
0 Response to "MASALAH UTAMA YANG MENJADI KENDALA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013"
Posting Komentar