PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA SEJAK DINI
Sejak kecil harusnya seorang anak tidak dibiarkan
berkeliaran di luar kontrol orang tuanya. Orang tua terkadang sibuk mencari
nafkah, dengan dalih demi kelangsungan hidup keluarga. Mereka lupa, hakekatnya
pendidikan akhlak dan kasih sayang kepada anak adalah lebih penting dari
sekedar menimbun uang.
Orang tua, terutama ibu, memiliki peranan terbesar dalam
pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi seringkali mereka tidak mengetahui dari
mana mereka harus mulai menanamkan akidah Islam pada buah hatinya, bagaimana
mengajarkannya dan bagaimana menancapkannya pada hati mereka.
Ada enam hal pokok penting dalam menanamkan pendidikan Agama
sejak dini terhadap anak yaitu :
1. Membiasakan anak
mengucapkan dan mendengarkan kalimat tauhid dan memahamkan maknanya jika ia
telah besar
Wajib atas orang tua untuk menumbuhkan tauhid terhadap Allah
azza wajalla pada anak-anaknya sedari dini. Oleh karena itu, ajarkan dan
pahamkan anak bahwa Rabb mereka adalah Allah azza wajalla, Dialah yang
menciptakan, yang memberi rejeki, yang menghidupkan dan makna-makna rububiyyah
Allah azza wajalla lainnya. Setelah mengenal keagungan Allah azza wajalla dalam
rububbiyah-Nya, iringilah dengan mengajarkan bahwa Allah-lah yang berhak untuk
disembah, diibadahi, disyukuri, diharapkan dan hanya kepada-Nya pula ditujukan
segala jenis ibadah. Tak kalah pentingnya memperingatkan mereka dari syirik dan
menjelaskan bahayanya kepada mereka.
2. Menanamkan
kecintaan anak terhadap Allah azza wajalla
Dalamnya kecintaan kepada Allah azza wajalla dan tertanamnya
keimanan terhadap takdir-Nya membawa seorang anak untuk bisa menghadapi
hidupnya dengan optimis dan tawakkal. Benih cinta kepada Allah yang tertanam
akan menumbuhkan keberanian, karena dia akan menyadari bahwa tidak ada yang
pantas ditakuti kecuali kemurkaan-Nya.
Gambaran keberanian yang menakjubkan ini terlukis pada diri
seorang anak kecil, hasil didikan generasi mulia, Abdullah bin Az-Zubair. Suatu
saat Abdullah dan anak-anak sebayanya berkumpul dan bermain-main di suatu
jalan. Ketika melihat Umar bin Khattab radhiyallahuanhu lewat jalan tersebut,
semua anak berlarian kecuali Abdullah bin Az-Zubair. Menyaksikan peristiwa itu,
Umar merasa takjub sehingga bertanya kepada anak kecil itu, apa sebabnya ia
tidak lari seperti anak-anak lainnya. Abdullah kecil pun menjawab, “Aku tidak
bersalah sehingga aku harus lari, dan aku tidak takut pada Anda, sehingga aku
harus meluaskan jalan bagi Anda.”
Inilah sosok mungil Abdullah bin Az-Zubair, tidak ada yang
ditakutkannya kecuali kemurkaan Rabbnya karena melanggar larangan atau
meninggalkan perintah-Nya.
3. Menanamkan
kecintaan anak pada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihiwasallam
Dari Umar bin Khattab radhiyallahuanhu, Rasulullah
shalallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih
dia cintai daripada ayahnya, anaknya dan seluruh manusia.” (H.R. Bukhari).
Betapa pentingnya kecintaan terhadap Nabi shalallahu
‘alaihiwasallam sampai-sampai tidak akan sempurna iman seseorang tanpanya.
Membaca sirah (sejarah) Rasululullah shalallahu
‘alaihiwasallam dan mengenalkan mereka akan sifat-sifat beliau yang mulia
merupakan upaya terbaik untuk menambahkan kecintaan mereka kepada beliau.
4. Mengajarkan pada
anak Al Qur’an
Sepantasnya bagi orang tua untuk memulai pelajaran bagi
putra-putrinya dengan Al Qur’an sejak dini. Yang demikian itu untuk menanamkan
pada mereka bahwa Allah azza wajalla adalah Rabb mereka dan Al Qur’an adalah
firman-Nya. Menancapkan ruh Al Qur’an pada hati-hati mereka dan cahaya Al
Qur’an pada pikiran-pikiran mereka, sehingga mereka tumbuh di atas kecintaan
kepada Al Qur’an. Hati mereka menjadi terikat padanya sehingga mereka siap
untuk mengikuti perintahnya dan berhentidari larangan-larangan yang ada
padanya, berakhlak dengan akhlak Al Qur’an dan berjalan di atas manhajnya.
Imam As-Suyuthi mengatakan bahwa mengajarkan Al Qur’an pada
anak merupakan salah satu pokok Islam agar mereka tumbuh di atas fitrahnya, dan
cahaya hikmah itu lebih dahulu menancap di hati mereka sebelum menetapnya hawa
nafsu, kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan. Para salafus shaleh biasa
mengajari anak-anak mereka Al Qur’an sebelum mencapai usia 3 tahun, sehingga
kita akan dapati pada usia yang masih belia, mereka telah menghapal Al Qur’an.
Sebut saja Imam Syafi’i, beliau telah hapal Al Qur’an pada usia 10 tahun,
demikian pula Imam Nawawi rahimahumallah.
5. Mendidik anak
untuk berakhlak yang baik
Islam sebagai agama yang sempurna dan relevan di setiap
tempat dan zaman sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak. Nabi diutus tidak
lain untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabdanya,
“Aku diutus oleh Allah tidak lain untuk menyempurnakan
akhlak yang sholeh” (H.R. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani).
Akhlak merupakan tolak ukur iman seseorang. Sebagaimana
Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling sempurna akhlaknya.” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al
Albani).
Dalam riwayat lain, Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam
pernah ditanya tentang penyebab yang paling banyak orang masuk surga. Beliau
menjawab,
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi
dan Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani)
“Tidak ada sesuatu yang paling berat dalam timbangan
melebihi akhlak yang baik.” (H.R. Ahmad dan Abu dawud).
Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa akhlak yang baik
memiliki keutamaan dan ketinggian derajat. Sudah sepantasnya apabila kita
berusaha untuk memilikinya. Tetapi perlu diingat bahwa ukuran baik buruknya
akhlak seseorang tidaklah didasari oleh selera individu masing-masing, atau
menurut adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Semuanya harus berpedoman
menurut norma Islam.
6. Memilih
sekolah/lembaga pendidikan yang baik bagi anak
Adanya generasi yang buruk, bukan karena kesalahan mereka
semata, namun ada faktor lain yang turut menentukan hal tersebut.
Selain keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak,
pendidikan formal pun memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian
seorang anak. Akan tetapi, pendidikan formal saat ini, pada umumnya tidak mampu
mendidik anak didiknya dengan baik. Contoh, sekolah/lembaga pendidikan hanya
sekedar mentransfer ilmu, sedangkan pembinaan kepribadian jarang dilakukan.
Belum lagi kurikulum yang diterapkan sebagian besar adalah ilmu umum, sedangkan
ilmu agama sangat sedikit sekali, menyebabkan anak didik berperilaku kurang
baik.
Inilah setidak-tidaknya enam hal yang harus diperhatikan
oleh orang tua, agar apa yang mereka harapkan dan dambakan bagi anak-anak
mereka bisa tercapai. Tumbuh sebagai anak-anak dan generasi yang shaleh yang
beriman dan bertakwa kepada Allah, dan berguna bagi orang tua dan masyarakat.
Wallahu a’lam.... sekian dan terima kasih
0 Response to "PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA SEJAK DINI"
Posting Komentar