8 CARA BICARA AGAR ANAK MAU MENDENGAR
Entah dia keras kepala atau pura-pura tak punya
telinga. Kok sulit sekali membuat si prasekolah mau mendengarkan kita ya.
“Sayang, Mama kan sudah bilang,
kalau habis minum, gelasnya langsung ditaruh di dapur dong. Biar bisa dicuci
Mbak,” ujar Karina pada Riani. Namun, si 4 tahun itu bergeming dan tetap
asyik dengan teddy bear pink-nya. Karina yang berusaha memahami
putrinya mencoba bersabar lalu dengan iseng ibu 2 putri itu berkata, “Riani
ikut Mama belanja yuk! Serta merta anaknya yang duduk di TK A itu melempar
bonekanya dan langsung menggandeng lengan sang bunda. “Yuk, Ma! Sekarang,
ya!” ujar Riani dengan riang.
Nah, kena deh! Ternyata telinga Riani pilih-pilih
saat mau mendengarkan. Kalau hal-hal yang menyenangkan, responsnya langsung
positif. Tapi uh, jangan harap deh kalau dia dimintai tolong ini-itu apalagi
kalau disuruh dengerin nasihat yang panjang lebar. Kalaupun mau mendengar,
biasanya sih masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Anak prasekolah umumnya memang sudah bisa memahami
perkataan orang lain dengan baik. Tapi kalau dia berlaku seperti Riani
(merespons hanya untuk hal-hal yang menguntungkan dirinya saja) lantaran
karena mereka masih memiliki sifat egosentris. Ini menjawab mengapa anak 3-5
tahun tak melulu mau mendengar perkataan orangtua.
Lihat situasi dan kondisi
Jadi bagaimana dong biar si prasekolah mau
mendengarkan kita? Berhubung anak hanya mau mendengar hal yang menurutnya
menyenangkan, cara kita menyampaikan isi pesan perlu diubah sehingga tak
terkesan memerintah, menyuruh, menegur, ataupun melarang. Coba saja pada anak
yang sedang asyik nonton teve, mana mau dia mendengarkan permintaan
kita untuk mematikan teve, karena itu mengganggu kesenangannya.
Jadi? Yuk kita bersama-sama belajar bagaimana
berbicara dengan si prasekolah. Berikut kiat-kiatnya :
* Ketahui kemampuan
pemahamannya
Misal, orangtua bertanya, “Kenapa kamu melakukan
itu?” Barangkali akan lebih enak bila mengatakan, “Ibu ingin tahu apa yang
baru kamu lakukan itu.” Kalimat yang bernada menghakimi, mengancam, atau
bahkan menuduh, membuat anak terpojok. Ketimbang bilang, “Kamu harus tidur
siang,” coba katakan, “Kamu, kan, sejak pagi capek main. Sepertinya, sih,
sekarang enakan tidur siang deh.” Hindari berkata, “Kamu harus membereskan
mainan,” gantilah dengan, “Yuk, ibu bantu kamu untuk membereskan mainanmu.”
Jangan ucapkan kalimat bertanya yang mendorong anak
berkata tidak. Misal, “Mau enggak kamu membereskan mainanmu?” Tapi cukup
katakan, “Sayang deh kalau mainanmu berantakan di mana-mana. Kita bereskan yuk!”
Ingat, anak tak mau diperintah. Daripada mengatakan, “Awas, makan jangan
sampai berantakan, ya. Habis makan, taruh piring di tempat cucian,” lebih
baik ucapkan, “Sayang, coba di mana sebaiknya kamu menyimpan piring ini?”
Dengan begitu, anak juga belajar untuk berpikir mencari solusi.
Berbicaralah dengan kalimat-kalimat yang tak sekadar
menjurus pada jawaban ya atau tidak. Contoh, “Senang di sekolah tadi?”
alternatif yang lebih bijak adalah, “Tadi main apa yang seru di sekolah?”
Setelah itu, bicarakan topik-topik yang menarik bagi si prasekolah.
* Gunakan kalimat pendek
Kata-kata yang diucapkan sebaiknya pendek atau
sederhana. Tidak terlalu berpanjang-panjang apalagi berbelit-belit. Sesekali
perhatikan bagaimana si prasekolah berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Cermatilah caranya. Bila anak memperlihatkan gejala bahwa dirinya tak
berminat diajak ngobrol, boleh jadi itu karena ucapan kita tak
dipahaminya entah karena bertele-tele, atau karena berupa kalimat-kalimat
perintah dan melarang. Semakin kita bertele-tele, maka anak akan semakin
menutup telinganya.
* Momen yang tepat
Tunggu momen yang tepat. Perhatikan, apakah anak
sedang asyik dengan kegiatannya? Kalau ya, mungkin percuma saja mengajaknya
bicara. Lebih bijak kalau kita tunggu dulu sejenak, sampai setidaknya ia tak
sibuk-sibuk amat atau sudah menyelesaikan aktivitasnya. Kadang, sulit
mengalihkan perhatian anak dari hal yang sedang ditekuninya. Kalau dia sedang
asyik main mobil-mobilan, jangan langsung diinterupsi. Mulailah dengan
pendekatan dulu agar anak tak merasa kegiatannya diganggu atau tak dipaksa
menimpali omongan kita. Apalagi kalau yang dikatakan orangtua berupa perintah
atau larangan. Beri waktu beberapa menit sebelum meminta anak melakukan
sesuatu. Contoh, “Nak, kalau jarum jam yang pendek menunjuk angka 12, kamu
makan ya. Setelah makan, kamu boleh main lagi.” Dengan begitu si prasekolah
relatif tak merasa aktivitasnya terganggu. Lagi pula, dengan cara itu anak
memiliki persiapan ketika harus menghentikan kegiatannya.
* Minta Tolong
Berbicaralah kepada anak dengan cara seperti yang
kita harapkan jika orang lain berbicara kepada kita. Jika hendak minta
bantuan, yang pertama kali harus diucapkan adalah “tolong”, bukan? Niscaya
anak tak merasa dipaksa saat diperintah. Sekaligus orangtua juga mengajari
anak untuk bersikap santun.
* Beri contoh
Ajarkan bagaimana pentingnya mendengarkan. Jika anak
merasa dirinya didengar, maka ia pun akan belajar mendengarkan kita. Berilah
contoh atau teladan yang baik dengan memberi perhatian yang tulus saat si
prasekolah berbicara. Dengan contoh konkret, anak akan menyerap dan meniru
bagaimana menjadi pendengar yang baik.
* Lakukan bersama
Saat melihat mainan si prasekolah begitu berantakan,
takkan efektif bila kita hanya menyuruhnya membereskan semua. Alangkah bijak
bila kita mengajaknya “Kak, ayo kita beresin mainannya.” Dengan
begitu, unsur perintah lebih tersamar. Sekali lagi, anak membutuhkan contoh
konkret dari orangtua. Bukan tidak mungkin, di kemudian hari, anak akan mau
melakukan yang kita harapkan tanpa menunggu disuruh. Langkah ini juga memupuk
sikap mandirinya, sekaligus mengajarkan bagaimana menjalin kerja sama. Dengan
bahu-membahu, maka pekerjaan akan lebih cepat selesai.
* Sesekali bersikap tegas
Bersikap selalu lembut sebenarnya kurang baik juga
bagi perkembangan si prasekolah. Agar anak bisa taat aturan, sikap tegas juga
perlu ditunjukkan. Misalnya saat anak melakukan ketidakdisiplinan, tak ada
salahnya ditegur. “Kakak, ini sudah waktunya mandi. Ayo matikan tevenya.”
Sikap tegas berarti mengatakan apa yang perlu/harus dilakukan dengan nada
bicara yang datar namun jelas. Dengan bersikap tegas, anak akan merasa segan
pada orangtua sehingga tak mau lagi melanggar aturan.
* Kenali karakter
Satu hal yang tak kalah penting, kenali karakter si
prasekolah untuk menemukan gaya berkomunikasi yang pas dengannya. Anak yang
cenderung pemalu atau pasif memang biasanya lebih cuek ketimbang anak
yang terbuka atau aktif. Orangtua yang sehari-hari berhadapan dengan anaknya
diharapkan mau lebih jeli mencoba gaya bicara yang paling efektif untuk
masing-masing karakter. Sesekali mungkin Anda lepas kontrol, kembali ke gaya
lama atau cenderung emosional menghadapi anak yang cuek. Tidak
mengapa, tapi ubahlah segera gaya bicara Anda sebelum anak menutup telinganya
rapat-rapat. Selamat mencoba!
|
0 Response to "8 CARA BICARA AGAR ANAK MAU MENDENGAR"
Posting Komentar