loading...

KEUTAMAAN SHOLAT MAGRIB



KEUTAMAAN SHOLAT MAGRIB

Ketika matahari meninggalkan kita dan terang berganti dengan gelap, pikiran dan badan kita terasa semakin berat dan lelah setelah seharian bergelut dengan atmosfer keduniaan yang bertautan di antara debu-debu hawa nafsu dan jejaring syahwat yang menganga menunggu mangsa.
Ada satu harapan yang terbersit dalam benak anak manusia saat itu, yaitu keinginan merehatkan diri dan berjumpa dengan sanak keluarga atau handai taulan yang seharian ditinggalkan untuk sekadar mengais rezeki demi sebuah kebahagiaan yang dirajut untuk menyelimuti dan menutupi diri dari dahsyatnya terpaan angin dunia.
Itulah salah satu babak dalam episode perjalanan kehidupan yang hampir setiap hari dijalani saat menjelang terbenamnya matahari tiba.
Pada saat inilah sebuah kewajiban agung yang penuh makna diperintahkan, yaitu shalat yang dinamakan dengan Shalat maghrib yang dimulai sejak terbenamnya matahari dan hal ini sudah menjadi ijma` (kesepakatan) para ulama. Yaitu sejak hilangnya semua bulatan matahari di telan bumi. Dan berakhir hingga hilangnya syafaq (mega merah). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Dari Abdullah bin Amar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Waktu Maghrib sampai hilangnya syafaq (mega).” (HR. Muslim).
Syafaq menurut para ulama seperti Al-Hanabilah dan As-Syafi`iyah adalah mega yang berwarna kemerahan setelah terbenamnya matahari di ufuk barat. Sedangkan Abu Hanifah berpendapt bahwa syafaq adalah warna keputihan yang berada di ufuk barat dan masih ada meski mega yang berwarna merah telah hilang. Dalil beliau adalah:
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dan akhir waktu Maghrib adalah hingga langit menjadi hitam.” (HR. Tirmidzi)
Sebagaimana terdapat dalam amaliah-amaliah lain, dalam pelaksanaan shalat maghribpun ternyata memiliki hikmat at-tasyri yang begitu mendalam bagi manusia.
Dalam Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, diungkapkan bahwa waktu shalat Maghrib ditandai dengan perubahan suasana dari terang menjadi gelap, pada waktu Maghrib hormon kortison juga semakin sedikit. Hal ini menyebabkan aktivitas tubuh manusia menjadi berkurang. Kondisi yang terjadi pada waktu shalat Maghrib merupakan kebalikan dari kondisi yang terjadi pada waktu shalat Shubuh.
Pada waktu Maghrib, zat melatonin berfungsi menenangkan akan semakin banyak keluar sehingga tubuh seseorang terdorong untuk beristirahat dan tidur. Keadaan ini membuat tubuh merasa malas. Jadi shalat Maghrib ini bisa dikatakan sebagai masa transisi atau perubahan.
Dalam kondisi seperti ini seseorang seseorang membutuhkan relaksasi yang optimal setelah seharian menguras energi baik pikiran maupun fisik. Pantas saja dalam suasana shalat maghrib ini Rasulullah SAW berdiri shalat dengan bacaan surat ath-Thur, sebagaimana diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im RA berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam membaca surat Ath-Thur dalam shalat Maghrib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Selain itu Rasulullah SAW pun menganjurkan kepada umatnya untuk melaksanakan shalat sunnah setelah shalat maghrib. Diriwayatkan saat Rasulullah saw, mendatangi bani Abdul Asy-hal disana beliau bershalat Magrib dan terus pula bershalat sunnat sesudah Magrib itu. Kemudian beliau bersabda: “Kerjakanlah kedua rakaat sesudah Magrib ini dirumahmu masing masing” (HR Ahmad, Abu Daud, Tarmizi dan An-Nasai)
Amalan shalat sunnah ini merupakan rutinitas yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana diriwaytkan dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar RA dia berkata, “Aku Shalat bersama Rasulullah saw dua rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Jum’at, dua rakaat sesudah Maghrib, dan dua rakaat sesudah Isya’.” (Muttafaq ‘alaih).
Shalat maghrib merupakan transisi, walaupun masih banyak orang yang tidak begitu peduli saat mereka di perjalanan atau sedang belanja di Mall atau Pusat Perbelanjaan. Bahkan tidak sedikit para karyawan yang hanya terdiam ketika masuk waktu shalat maghrib yang hanya mempunyai durasi waktu sebentar.
Sejatinya apa yang menjadi perbuatan Rasulullah SAW ditiru dengan baik. Apalagi dalam shalat terdapat hikmah yang kadang kita tidak bisa mencernanya dengan hanya akal fikiran saja. Pantas saja Oliver Lodge pernah mengatakan… dan kalau shalat merupakan pendidikan kejiwaan, maka mengapa yang menentangnya menduga bahwa pendidikan tersebut tidak merupakan sebab untuk terjadinya kejadian-kejadian lain sebagai akibat setiap bentuk pendidikan. Wallahu a’lam.
Mari kita tunaikan kewajiban kita sebagai umat muslim dengan menjalankan sholat fardhu lima waktu serta sholat-sholat sunnah lainnya yang telah di lakukanlah oleh junjungan kita Nabi Muhammad saw.  Utamakan sholat di awal waktu untuk mendapatkan pahala yang lebih besar dari Allah SWT, serta lawan segala godaan terutama di waktu Magrib agar kita tidak malas merai keutaaman sholat magrib.
Selamat menunaikan ibadah sholat magrib bagi yang menjalankan...

0 Response to "KEUTAMAAN SHOLAT MAGRIB"

Posting Komentar