loading...

RINGKASAN MATERI KEWIRAUSAHAAN SMA KELAS XI TENTANG PRODUKSI

1. Pengertian
a. Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau faedah baru (faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat).
b. Produk adalah hasil dari kegiatan produksi yang berupa barang dan jasa.
c. Produsen adalah orang, badan atau lembaga-lembaga yang menghasilkan produk.
d. Produktifitas adalah suatu perbandingan dari kegiatan yang seharusnya.

2. Seluk Beluk Proses Produksi
Proses produksi adalah rangkaian kegiatan pembentukan, mengubah dan menciptakan untuk meningkatkan nilai suatu barang. Proses produksi merupakan kegiatan yang dominan dilakukan oleh perusahaan industri. Proses ini diawali dengan penyediaan bahan baku. Bahan baku yang telah dipersiapkan, kemudian diolah dengan menggunakan tenaga manusia serta mesin dan ditambah bahan-bahan pembantu. Kegiatan ini berlanjut sampai akhirnya terbentuk barang jadi yang siap dipasarkan.
Dalam melakukan proses produksi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut :
a. Sifat proses produksi
1) Proses produksi yang terputus-putus :
Proses produksi yang dilakukan atas dasar jumlah pesanan yang diterima oleh perusahaan. Di sini proses produksi tidak dilakukan berdasarkan pada ramalan penjualan dan jumlah produk yang dibuat perusahaan, biasanya sedikit tergantung pada pesanan yang masuk ke perusahaan.
2) Proses produksi yang terus-menerus
Proses produksi yang dilakukan berdasarkan pada ramalan penjualan dan bukan berdasarkan jumlah pesanan yang masuk. Proses produksi yang terus-menerus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar, sehingga jumlah produk yang dibuat pada umumnya banyak.
b. Jenis dan mutu produk yang akan diproduksi :
Untuk menentukan jenis dan mutu produk, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1) Produk termasuk produk tahan lama atau tidak,
2) Bagaimana mutu produk,
3) Bagaimana sifat permintaan konsumen terhadap produk yang akan dibuat,
4) Produk yang akan diproduksi termasuk consumers goods atau produciens goods.
c. Jenis produk (baru atau lama)
Seorang wirausahawan perlu mempertimbangkan dan memperhatikan jenis produk. yang disertai pencertian tentang:
1) lokasi, apakah perusahaan perlu berdekatan dengan sumber bahan baku atau dekat dengan pasar.
2) Berapa jumlah produk yang akan diproduksi,
3) Bagaimana sifat permintaan terhadap produk, apakah musiman atau sepanjang masa.
d. Pengendalian proses produksi
Pengendalian proses produksi menyangkut beberapa masalah tentang perencanaan dan pengawasan proses produksi di dalam perusahaan.
Wirausahawan harus menetapkan produk apa dan berapa jumlah yang akan diproduksi pada suatu periode yang akan datang, bagaimana penyelesaian proses produksi, kapan proses produksi akan dimulai dan kapan akan selesai. Untuk kelancaran proses produksi. hendaknya semua itu direncanakan, dikoordinir dan dikendalikan dengan baik oleh wirausahawan.
Adapun tahapan-tahapan yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1) Routing
Menetapkan dan menentukan urutan-urutan proses produksi, dari bahan mentah sampai menjadi akhir, termasuk di dalamnya mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan.
2) Schedulling
Menetapkan dan menentukan jadwal kegiatan proses produksi yang disinergikan sebagai suatu kesatuan. Dari schedulling akan diketahui penggunaan waktu pada setiap pemrosesan produksi.
3) Dispatching
Menetapkan dan menentukan proses pemberian perintah untuk melaksanakan operasi proses produksi yang sudah direncanakan dalam routing dan sehedulling.
4) Follow up
Menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan mendorong terkoordinasinya seluruh perencanaan proses produksi.

3. Jenis dan Kualitas Produk/Jasa
a. Jenis produk/Jasa
Pada umumnya, setiap perusahaan menghasilkan dan memasarkan bermacam-macam jenis produk, sehingga setiap perusahaan sebelum memulai usahanya sudah mengambil keputusan berkaitan dengan penentuan macam dan jenis produk apa saja yang akan diproduksi.
Pertimbangan perusahaan sebelum menentukan produk yang dihasilkan itu dikarenakan meningkatnya perkembangan teknologi dan pengetahuan konsumen. Suatu jenis produk tertentu biasanya mempunyai ciri-ciri spesifik ukuran, harga, dan atribut lainnya. Penentuan macam dan jenis produk yang akan diproduksi didasarkan atas pertimbangan pengaruh adanya kombinasi produk terhadap keuntungan, penguasaan pasar, posisi pasar, selera, dan keinginan konsumen terhadap jenis produk. Tanpa melihat itu, bisa dipastikan produk kita menjadi produk yang tersisih di pasar.
Demikian juga bagi perusahaan yang menghasilkan produk berupa jasa. Perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan yang didapat dari jasa yang diberikan, selera dan keinginan, serta permintaan konsumen terhadap jasa yang kita tawarkan. Untuk itu, perusahaan penghasil produk jasa harus selalu berusaha melakukan inovasi terhadap jenis jasa yang benar-benar dibutuhkan konsumen.
1) Jenis produk, berupa barang dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Jenis produk barang yang diperdagangkan
b) Barang-barang consumers goods.
c) Barang-barang industri goods.
2) Jenis produk berdasarkan tujuan pemakainya terdiri atas berikut ini :
a) Shopping goods
Barang yang memerlukan pertimbangan kualitas, harga, gaya kemasan, dan jenis, contohnya TV, jam tangan, kulkas, permata, dan sebagainya.
b) Conviniencegoods
Barang konsumsi yang sifatnya mudah dicari bila diperlukan setiap saat dan tersedia di toko/warung terdekat, contohnya es krim, rokok, sabun, gula, permen, dan sebagainya.
c) Specialitygoods
Barang kebutuhan konsumen, tetapi memerlukan pelayanan khusus dan terdapat di toko/tempat tertentu, contohnya mobil mewah, jam tangan mewah, permata, dan sebagainya.
d) Unsought goods
Barang yang tidak dicari dan pemasarannya dengan mendatangi konsumen, misalnya ensilopedia.
3) Kualitas produk/jasa
Setiap produk yang dihasilkan tentu tidak bisa dipisahkan dengan manfaatnya sebagai pemenuh kebutuhan konsumen. Manfaat suatu produk umumnya diukur dengan kegunaan optimal dan keputusan konsumen, yang merupakan refleksi kualitas dari produk tersebut.

4. Merancang Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu cara, metode maupun teknik penciptaan faedah baru dari suatu produk. Seorang wirausahawan di dalam melaksanakan proses produksi sebelumnya harus menentukan dengan jelas ciri-ciri, syarat-syarat dan faktor perencanaan operasi produksi. Hal ini sangat penting agar proses produksi bisa berjalan dengan lancar dan tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba pun berhasil.
a. Ciri-ciri perencanaan proses produksi
1) Perencanaan proses produksi harus mengarah pada kegiatan pada masa-masa mendatang.
2) Perencanaan proses produksi harus mempunyai jangka waktu tertentu.
3) Perencanaan proses produksi harus mempersiapkan tenaga kerja, mesin-mesin, bahan baku, metode pengerjaan, modal, dan sebagainya.
4) Perencanaan proses produksi harus dapat mengkoordinir kegiatan produksi dengan kegiatan bagian lain.
5) Perencanaan proses produksi harus dapat menentukan jumlah produk, jenis produk, kualitas produk, warna produk, ukuran produk, bentuk produk, dan sebagainya.
b. Syarat-syarat perencanaan proses produksi
1) Perencanaan proses produksi harus disesuaikan dengan tujuan perusahaan.
2) Perencanaan proses produksi harus sederhana, mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan.
3) Perencanaan proses produksi harus memberikan analisis dan klasifikasi kegiatan.
c. Persiapan perencanaan proses produksi
Adapun persiapan perencanaan operasi produksi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Prosedur persiapan
Sebelum wirausahawan menentukan produk apa yang akan dibuat, terlebih dahulu wirausahawan perlu menimba gagasan dari para konsumen dan mengajak karyawan untuk berpartisipasi memikirkan produk yang akan diproduksi.
2) Penyaringan gagasan
Setelah banyak menemukan gagasan yang bagus dari konsumen ditambah sumbangan pikiran dari para karyawan, maka wirausahawan harus menyaring dan memilih gagasan yang baik.
3) Analisis gagasan
Selanjutnya, wirausahawan mengadakan analisis terhadap gagasan proses produksi dari berbagai macam usaha. Analisis gagasan itu dilakukan untuk mengetahui
a) potensi permintaan terhadap produk,
b) jumlah omset penjualan,
c) kemampuan produk yang mendatangkan laba.
4) Percobaan produk
Tahap selanjutnya adalah, wirausahawan mewujudkan gagasan ke dalam tindakan kongkret, yaitu menciptakan produk sesuai gagasan. Produk itu harus bisa dipertanggung jawabkan, baik secara teknis maupun komersial.
5) Uji coba produk
Produk yang telah dibuat, kemudian diteliti dan diuji mengenai kelemahan produk, kesalahan dalam pembuatan (bila ada), cacat tidaknya dan bermanfaat tidaknya produk yang dibuat. Setelah diuji, diharapkan produk benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kepada konsurnen.
6) Komersialisasi
Merupakan tahap memperkenalkan produk yang telah diproduksi kepada para konsumen. Di dalam tahap ini, wirausahawan berusaha agar produknya benar-benar bisa diterima oleh konsumen, diantaranya dengan cara melaksanakan pemberian merek produk, membuat kemasan produk semenarik mungkin, menentukan harga sebijaksana mungkin, melakukan promosi dan pendistribusian. Agar kegiatan proses produksi dapat dilaksanakan dengan baik, maka dalam proeses produksi perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian.

5. Pengelolaan Persediaan
Kelancaran bisnis perlu ditunjang dengan adanya persediaan barang dagangan. Untuk menjaga tingkat persediaan barang, dapat ditempuh oleh setiap perusahaan dengan cara pengelolaan dan pengendalian persediaan sesuai dengan jumlah yang direncanakan. Jadi, pengelolaan persediaan adalah suatu tindakan seorang pengusaha untuk menjaga agar persediaan tetap stabil sesuai rencana.
Adapun tujuan dikelolanya persediaan barang adalah :
a. untuk menjaga jangan sampai persediaan habis,
b. untuk menjaga jangan sampai mengecewakan konsumen,
c. untuk menjaga agar jangan sampai jumlah persediaan barang dagangan berlebihan.
Dalam melakukan pengelolaan persediaan barang dagangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. sistem pencatatan yang paling tepat,
b. metode pencatatan yang tepat untuk menentukan persediaan,
c. menghitung persediaan barang dagangan,
d. menyusun laporan persediaan.
Mengenai sistem pencatatan, ada dua sistem yang bisa dikemukakan di sini.
a. Pencatatan secara terus-menerus (perpectual system)
Cara pencatatan yang dilakukan secara terus menerus. Dasar dari sistem ini adalah mencatat semua penambahan dan pengurangan dengan cara yang sama seperti pencatatan kas, yaitu masing-masing jenis barang dibuat perkiraan sendiri-sendiri dan untuk transaksi yang berkaitan dengan pengembalian dan pengurangan harga dibukukan dalam buku pembantu (subsidiary ledger).
b. Pencatatan secara periodik (periodiec system)
Cara pencatatan yang dilakukan pada waktu atau periode tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau semester.
Mengenai metode pencatatan persediaan barang dapat digunakan cara berikut :
a. First-in, First-out (FIFO)
Barang yang pertama masuk, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan.
b. Last-in, First-out (LIFO)
Barang yang paling akhir, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan.
c. Average Cost (AC)
Barang-barang yang dikeluarkan dicatat berdasarkan harga rata-ratanya.
Dengan mengetahui dan memahami sistem pencatatan dan metode pencatatan, akan dapat dihitung persediaan barang dagangan dengan tepat sehingga dapat mengatur pengadaan persediaan barang dagangan dengan tingkat persediaan yang menguntungkan.
Setelah menghitung dan mencatat persediaan barang, selanjutnya perlu disusun laporan persediaan barang dagangan. Penyusunan laporan persediaan perlu dibuat dalam rangka pelaksanaan administrasi. Laporan persediaan barang dagangan dibuat secara periodik. Data yang diperlukan untuk menyusun laporan ini diperoleh dari :
a. buku pembelian (tunai/kredit),
b. buku penjualan (tunai/kredit),
c. kartu persediaan gudang,
d. kartu persediaan di toko,
e. kartu retur pembelian, dan
f. kartu retur penjualan.
Buku pembelian, buku penjualan serta kartu retur pembelian dan penjualan digunakan sebagai alat penguji kebenaran keluar masuk barang di gudang sesuai dengan salinan surat kiriman barang, surat penerimaan, faktir penjualan, dan sebagainya. Sedangkan kartu persediaan barang digudang dan di toko digunakan untuk melihat kenyataan barang yang tersedia dan meneliti antara catatan di kartu persediaan dengan jumlah barang sebenarnya secara fisik.
Setelah penyusunan laporan persediaan selesai, selanjutnya laporan tersebut disampaikan ke bagian keuangan, yang kemudian akan dijadikan sebagai data untuk menyusun laporan keuangan, yaitu laporan rugi laba dan neraca.
Laporan persediaan harus akurat, karena penetapan nilai persediaan dagangan sangat mempengaruhi keseimbangan antara biaya-biaya yang dikeluarka dengan pendapatan di dalam satu periode. Ketidakakuratan dari suatu laporan persediaan memungkinkan timbulnya kesalahan penetapan nilai persediaan akhir, yang kemudian mengakibatkan kesalahan dalam penetapan laba kotor maupun laba bersih, sehingga akhirnya akan mengakihatkan terjadinya kesalahan dalam pelaporan aktiva/harta dan modal di dalam neraca.
Oleh karena akhir suatu periode merupakan persediaan awal untuk periode berikunya, maka jika persediaan akhir ditetapkan salah, akan mengakibatkan berlanjutnya kesalahan yang tidak dapat dihindarkan.

6. Menghitung Kebutuhan dan Persediaan Bahan Baku
a. Pengertian bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan dari produk jadi dan merupakan biaya utama dalam proses pembuatan produk.
Bahan baku merupakan dasar yang sangat penting bagi perusahaan. Bisa dibayangkan, jika dalam perusahaan tidak tersedia bahan baku, bisa dipastikan kegiatan proses produksi akan terhenti. Sebaliknya, jika persediaan bahan baku terlalu banyak, bukan berarti akan menguntungkan bagi perusahaan, sebab akan semakin menambah biaya-biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan.
Untuk menghindari kelebihan atau kekurangan bahan baku, perusahaan perlu melakukan pengendalian bahan baku, sehingga setiap saat perusahaan mengetahui berapa persediaan bahan baku yang ada, berapa harus membeli bahan baku, dan berapa bahan baku yang siap untuk diproses.
b. Penghitungan biaya bahan baku
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi pada dasarnya adalah basil kuantitas dengan harga satuan bahan baku. Penentuan kuantitas bahan baku bergantung pada sistem pencatatannya, sedangkan penentuan harga satuannya bergantung pada metode penilaian persediaan yang digunakan.
Ada beberapa metode penilaian persediaan yang digunakan dalam penghitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi, yaitu seperti berikut ini.
1) Metode FIFO (first-in First-out)
Bahan baku yang masuk pertama dianggap bahan baku yang lebih dulu dipakai dalam proses produksi.
Contoh : data mengenai bahan baku PT. Sinar Surya selama dua minggu pertama bulan Mei 2004 adalah :
01 Mei, persediaan 8.000 kg @ Rp. 1.000,00
09 Mei, pembelian 12.000 kg @ Rp. 1.200,00
17 Mei, masuk proses produksi 15.000 kg
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi pada tanggal 17 Mei sebanyak 15.000 kg. Dihitung sebagai berikut :
8.000 kg @ Rp. 1.000,00 : Rp. 8.000.000,00
7.000 kg @ Rp. 1.200,00 : Rp. 8.400.000,00
15.000 kg : Rp. 16.400.000,00
Berdasarkan perhitungan di atas, bahan baku yang dipakai dalam proses produksi yang harus dicatat sebesar Rp. 16.400.000,00
2) Metode LIFO (Last-in First-out)
Bahan baku yang terakhir masuk dianggap yang lebih dahulu dipakai dalam proses produksi. Contoh :
12.000 kg @ Rp. 1.200,00 :Rp. 14.400.000,00
3.000 kg @ Rp. 1.000.00 : Rp. 3.000.000,00
15.000 kg : Rp. 17.400.000,00
Dengan demikian, menurut metode LIFO, bahan baku yang harus dicatat sebesar Rp. 17.400.000,00
3) Metode Rata-rata Tertimbang (Average Cost Method)
Biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi adalah hasil kuantitas bahan baku yang dipakai dan harga pokok rata-rata per satuan. Contoh :
8.000 kg @ Rp. 1.000,00 : Rp. 8.000.000,00
12.000 kg @ Rp. 1.200,00 : Rp. 14.400.000.00
20.000 kg : Rp. 22.400.000,00
Harga pokok rata-rata tiap kg : Rp 22.400.000,00 : 20.000,00 = Rp. 1. 120,00
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi (15.000 kg) = 15.000 x Rp 1.120,00 = Rp 16.800.000,00
Dengan demikian, bahan baku yang harus dicatat adalah Rp 16.800.000,00
c. Pencatatan bahan baku
Pencatatan bahan baku pada dasarnya meliputi pencatatan pembelian dan pemakaian bahan baku dalam proses produksi. Sistem pencatatan bahan baku menggunakan cara-cara berikut ini.
1) Pencatatan sistem fisik (periodik)
Dalam sistem ini, harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung dan dicatat pada setiap akhir periode, setelah lebih dahulu dihitung harga pokok persediaan bahan baku pada akhir periode. Dengan demikian, selama periode berjalan, tidak ada pencatatan mengenai harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi.
2) Pencatatan sistem perpectual
Dalam sistem ini, harga pokok bahan baku yang dibeli dan harga pokok bahan baku yang diproses dalam produksi dicatat dalam perkiraan persediaan bahan baku. Harga pokok bahan baku yang diproses, dicatat debet perkiraan barangdalam proses dan kredit pada perkiraan persediaan bahan baku. Dengan demikian, metode penilaian persediaan diterapkan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang keluar (diproses).

Related Posts :

0 Response to "RINGKASAN MATERI KEWIRAUSAHAAN SMA KELAS XI TENTANG PRODUKSI"

Posting Komentar