Pengetahuan psikologi pendidikan
merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dipahami oleh
seorang guru agar dapat menjalankan tugas sebagai guru dengan cara yang
sebaik-baiknya. Jadi seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang diberikan
tetapi perlu juga memahami mereka yang dipimpinnya dalam prosses pendidikan.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak lainnya, relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar-individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki – kalau tidak menguasai – pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar-mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antara psikologi khusus dengan pendidikan, seerat metodik dengan kegiatan pengajaran.
Para dosen di perguruan tinggi pun, bahkan para orangtua dan mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan formal seperti para kiai di pesantren, para pendeta dan pastur di gereja, dan para instruktur di lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan, pada prinsipnya juga memerlukan pengetahuan psikologi pendidikan.
Karena psikologi pendidikan mendasarkan uraiannya pada metode-metode ilmiah untuk mendapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan di dalam bidang pendidikan, maka psikologi pendidikan disebut ilmu terapan atau applied science.
Crow and Crow pun menyatakan bahwa “psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha menjelaskan masalah-masalah belajar yang dialami individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut, terutama yang menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar.
Di bagian lain Crow and Crow menjelaskan hubungan antara psikologi, pendidikan, dan psikologi pendidikan, dengan satu kalimat pendek tetapi jelas.
Apa pun yang disimpulkan para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Sebelum ilmu jiwa memasuki lapangan pendidikan guru mementingkan pencapaian penguasaan bahan pelajaran pada anak. Anak dianggap sebagai benda mati yang dapat diperlakukan menurut kehendak guru. Hal ini berakibat kurang adanya efesiensi pengajaran pada tiap-tiap anak. Keadaan semacam ini mulai berubah pada abad ke-10 dan makin berkembang perubahan itu pada abad ke-20. Dengan tokoh-tokohnya antara lain: Wilhelm Preyer, Stanley Hall, William Stern, Edward L. Thorndike, Ovide Decroly dan lain sebagainya.
Guna ilmu jiwa pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, bakat atau pembawaan anak, cara belajar dan membimbingnya serta bagaimana cara mengawasi hasil belajarnya yang tepat. Kesemuannya itu dapat menambah hasil guna dan tepat guna, karena terdapat keserasian anatara pengajaran yang diberikan dengan subjek yang diberi pelajaran.
Ada beberapa hal penting mengenai kajian psikologi pendidikan antara lain:
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah pendekatan ilmiah (scientific approach). Karenanya di samping sebagai
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak lainnya, relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar-individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki – kalau tidak menguasai – pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar-mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antara psikologi khusus dengan pendidikan, seerat metodik dengan kegiatan pengajaran.
Para dosen di perguruan tinggi pun, bahkan para orangtua dan mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan formal seperti para kiai di pesantren, para pendeta dan pastur di gereja, dan para instruktur di lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan, pada prinsipnya juga memerlukan pengetahuan psikologi pendidikan.
Karena psikologi pendidikan mendasarkan uraiannya pada metode-metode ilmiah untuk mendapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan di dalam bidang pendidikan, maka psikologi pendidikan disebut ilmu terapan atau applied science.
Crow and Crow pun menyatakan bahwa “psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha menjelaskan masalah-masalah belajar yang dialami individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut, terutama yang menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar.
Di bagian lain Crow and Crow menjelaskan hubungan antara psikologi, pendidikan, dan psikologi pendidikan, dengan satu kalimat pendek tetapi jelas.
Apa pun yang disimpulkan para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Sebelum ilmu jiwa memasuki lapangan pendidikan guru mementingkan pencapaian penguasaan bahan pelajaran pada anak. Anak dianggap sebagai benda mati yang dapat diperlakukan menurut kehendak guru. Hal ini berakibat kurang adanya efesiensi pengajaran pada tiap-tiap anak. Keadaan semacam ini mulai berubah pada abad ke-10 dan makin berkembang perubahan itu pada abad ke-20. Dengan tokoh-tokohnya antara lain: Wilhelm Preyer, Stanley Hall, William Stern, Edward L. Thorndike, Ovide Decroly dan lain sebagainya.
Guna ilmu jiwa pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, bakat atau pembawaan anak, cara belajar dan membimbingnya serta bagaimana cara mengawasi hasil belajarnya yang tepat. Kesemuannya itu dapat menambah hasil guna dan tepat guna, karena terdapat keserasian anatara pengajaran yang diberikan dengan subjek yang diberi pelajaran.
Ada beberapa hal penting mengenai kajian psikologi pendidikan antara lain:
1. Psikologi
pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil
temuan riset psikologis.
2.
Hasil-hasil
temuan riset, psikologis tersebut kemudian dirumuskan sedemikian rupa hingga
menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi
yang utuh.
3.
Konsep,
teori, metode, dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan sedemikian
rupa hingga menjadi repertoire of resources, yakni rangkaian sumber yang berisi
pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktek-praktek kependidikan
khususnya dalam hal belajar-mengajar.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah pendekatan ilmiah (scientific approach). Karenanya di samping sebagai
psikologi praktis, psikologi pendidikan juga
bersifat teoretis.
Unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan dimana pun adalah proses belajar-mengajar. Ditengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat pendidikan formal atau informal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar-mengajar tersebut adalah psikologip praktis dan psikologi pendidikan.
Menurut Lindgren sebagaimana yang dikutip Surya (1982), manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
Chaplin (1972) menitik beratkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tercermin dalam ungkapannya: ……. The aplication of formalized methods for solving these problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologi yang timbul itu dari pihak guru, siswa, atau situasi belajar-mengajar yang dihadapi guru dan siswa yang bersangkutan.
Dari dua macam pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidika yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karna prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelolah proses belajar-mengajar. Sedang proses tersebut, sebagaimana yang telah penyusun singgung sebelumnya, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yakni:
Dalam menerapkan prinsip-prinsip psikologis tersebut, diperlukan adanya figur-figur guru yang kompeten. Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Ada pun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar-mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis.
Unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan dimana pun adalah proses belajar-mengajar. Ditengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat pendidikan formal atau informal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar-mengajar tersebut adalah psikologip praktis dan psikologi pendidikan.
Menurut Lindgren sebagaimana yang dikutip Surya (1982), manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
Chaplin (1972) menitik beratkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tercermin dalam ungkapannya: ……. The aplication of formalized methods for solving these problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologi yang timbul itu dari pihak guru, siswa, atau situasi belajar-mengajar yang dihadapi guru dan siswa yang bersangkutan.
Dari dua macam pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidika yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karna prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelolah proses belajar-mengajar. Sedang proses tersebut, sebagaimana yang telah penyusun singgung sebelumnya, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yakni:
1.
Seleksi
penerimaan siswa baru;
2.
Perencanaan
pendidikan;
3.
Penyusun
kurikulum;
4.
Penelitian
kependidikan;
5.
Administrasi
kependidikan;
6.
Pemilihan
materi pengajar;
7.
Interaksi
belejar-mengajar;
8.
Pelayanan
bimbingan dan penyuluhan;
9.
Metodologi
mengajar;
10.
Pengukuran
dan evaluasi.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip psikologis tersebut, diperlukan adanya figur-figur guru yang kompeten. Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Ada pun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar-mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis.
0 Response to "PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN BAGI TENAGA PENGAJAR DAN PENDIDIK DALAM DUNIA PENDIDIKAN"
Posting Komentar