A.
Latar
Belakang
Dalam
proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satu nya terdapat
pendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin di capai pada proses
pembelajaran tertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal
pendidik harus menganalisis peserta didiknya terlebih dahulu yang meliputi
karakteristik umum, karakteristik akademik, maupun karakteristik uniknya yang
dapat mempengaruhi kemampuan, intelektual, dan proses belajarnya.
Dengan
memahami karakteristik umum peserta didik, pendidik akan dapat merancang
pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang
kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
Dalam
pembahasan ini kita membahas tentang karakteristik umum peserta didik yang
mencakup usia, gender dan latar belakang peserta didik.
B.
Tujuan
1. Dapat
memahami karakteristik umum peserta didik dari segi usia
2. Dapat
memahami karakteristik umum peserta didik dari segi gender
3. Dapat
memahami karakteristik umum peserta didik dari segi latar belakang
4. Dan
dapat mengetahui implikasinya dalam proses pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakteristik Peserta Didik
Menurut Piuas Partanto, Dahlan
(1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak,
pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.
Menurut
Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya
hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga
tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.
Menurut
Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan
sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Menurut
Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya
belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Siswa
atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik adalah unsur penting
dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua
aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Menurut
kelompok kami karakteristik umum peserta didik ialah karakter/gaya hidup
individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender, latar belakang) yang
telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk menantukan
kualitas hidupnya.
B. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi
Usia
Fase- Fase Perkembangan Manusia
1.
Permulaan kehidupan (konsepsi)
2.
Fase prenatal (dalam kandungan)
3.
Proses kelahiran (± 0-9 bulan)
4.
Masa bayi/anak balita (± 0-1 tahun)
5.
Masa kanak-kanak (± 1-5 tahun)
6.
Masa anak-anak (± 5-12 tahun)
7.
Masa remaja (± 12-18
tahun)
8.
Masa dewasa awal (± 18-25 tahun)
9.
Masa dewasa (± 25-45)
10. Masa
dewasa akhir (± 45- 55)
11. Masa
akhir kehidupan (± 55
tagu ke atas)
Pada pembahasan ini, kami hanya membahas materi sejak
masa kanak-kanak hingga masa dewasa awal saja sesuai usia pendidikan.
Ada beberapa aspek yang
dipengaruhi oleh usia :
1.
Aspek
Fisik
·
Secara Anatomis
-
Perubahan kuantitatif struktur tulang
-
Indeks tinggi dan berat badan
-
Proporsi antar bagian
·
Secara Fisiologi
-
Pada masa bayi (± 0-1 tahun) tulangnya masih lentur dan berpori,
persambungannya masih longgar) dengan BB : 2-4 kg, TB : 50-60 cm
-
Masa kanak-kanak, BB : 12-15 kg TB : 90-120 cm
-
Masa remaja awal, BB : 30-40 kg TB : 140-160 cm
Selanjutnya keceptan berangsur menurun
bahkan menjadi mapan. Proporsi tinggi kepala, badan bayi dan anak sekita 1:4
menjelang dewasa menjadi 1:8 atau 0.
2.
Aspek
Intelektual
Menurut
John dan Conrad :
-
Laju perkembangan intelegensi berlangsung sangat
pesat sampai masa remaja awal, setelah itu kepesatannya langsung menurun.
-
Puncak perkembangan pada umumnya dicapai
dipenghujung masa remaja akhir (sekitar usia 20-an), selanjutnya
perubahan-perubahan masa tipis berlangsung sampai dengan usia 50 tahun. Setelah
itu terjadi plateau (mapan)sampai usia 60 tahun untuk selanjutnya
berangsur-angsur turun (deklinasi).
-
Terdapat variasi dalam waktu dan laju kecepatan
deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan tertentu.
3.
Aspek
Sosial
-
Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun) : subjektif
-
Masa krisis (3-4 tahun) : trotz alter
-
Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun) : subjektif
menuju objktif
-
Masa anak sekolah (6-12 tahun) : objektif
-
Masa kritis II (12-13 tahun) : pre-puber (anak
tanggung)
4.
Aspek
Psikososial
Menurut
Eric Erikson :
-
Anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah
yang adaptif
-
Ego berfungsi untuk memahami realitas dunia
sosial
-
Secara mendasar manusia adalah makhluk yang
rasional, pikiran, perasaan, dan tindakannya sebagian besar dikontrol ole ego
-
Prinsip epigenetik
Delapan tahap perkembangan psikososial :
-
Basic trust Vs Mistrust (± sejak lahir – 1
tahun)
-
Autonomy Vs Shame Doubt (± 2-3 tahun)
-
Initiative Vs Guilt (± 4-5 tahun)
-
Industry Vs Inferiority (± 6 tahun – pubertas)
-
Identity & Repudiation Vs Identity Diffusion
(masa remaja)
-
Intimacy % Solidarity Vs Isolation (masa muda)
-
Generativity Vs Stagnation & Self Absorption
(masa dewasa)
-
Integrity Vs Despair (masa tua)
5.
Aspek
Perspektif Kognitif
Menurut Jean Piaget :
-
Suatu fungsi kehidupan yang mendasar yang
membantu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
-
Tujuan aktivitas intelektual adalah untuk
mencapai keseimbangan.
-
Lingkungan adalah suatu tempat yang menarik 7
penuh dengan berbagai rangsangan baru yang tidak segera dapat dipahami anak
yang aktif dengan penuh rasa ingin tahu.
-
Sutu atribut yang sangat majemuk, yang terdiri
dari 3 komponen yang saling berhubungan yaitu isi intelegensi, struktur
kognitif, dan fungsi intelektual.
Tingkat perkembangan Kognitif :
-
Periode sensori motor (± sejak lahir – 2 tahun)
level1 lfo15; tab-stops: 35.45pt; text-indent: -18.0pt;">
-
Periode praoperasional (± 2-7 tahun)
-
Periode operasional konkret (± 7-11 tahun)
-
Periode operasional formal (± 11-15 tahun)
Menurut Kurnia (2007) :
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang
secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak
samapai masa puber.
·
Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6
tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia
2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti
pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan
sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada
masa ini, anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan
menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan
sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para
pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar
dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa
diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan
sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
·
Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12
tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode
masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan
memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau
pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada
masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh
orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak
bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik
memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12
tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan
memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk
keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
·
Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 –
14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode
tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi
atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber
bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber
terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan
seksual semakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih
dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4
tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok
dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman
pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada
menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep
diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang
dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang
menaik diri, emosional, perilaku negative dan lain-lain, serta membantunya agar
anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau
masyarakat di sekitarnya.
C. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi
Gender
Bebrapa para ahli mengatakan bahwa perbedaan gender dalam
kaitannya dengan kognisi dan prestasi mungkin bersifat situasional. Perbedaan
itu bervariasi menurut waktu dan tempat (Biklen &Pollard, 2001) dan mungkin
berinteraksi dengan ras dan kelas sosial (Pollard, 1998). Penulis Boys and
Girls Learn Differently mengatakan bahwa perbedaan antara anak laki-laki dan
anak perempuan memang ada akibat perbedaan dalam otak mereka.
·
Perbedaan Anak Perempuan dengan Anak Laki-Laki
Menurut Diane (1995, 1996), ada
beberapa perbedaan anak perempuan dan anak laki-laki, anak perempuan
menunjukkan kinerja yang lebih baik di bidang seni bahasa, pemahaman bacaan,
dan komunikasi tertulis dan lisan. Sedangkan anak laki-laki terlihat sedikit
unggul di bidang matematika dan penalaran matematis.
Menurut
Ormrod (2000) :
Fitur
|
Anak Perempuan
|
Anak Laki-Laki
|
Implikasi untuk Pendidikan
|
Kemampuan Kognitif
|
Lebih baik dalam tugas-tugas
verbal
|
Lebih baik dalam keterampilan
visual-spasial
|
Berharap anak laki-laki dan
perempuan memiliki kemampuan kognitif yang sama
|
Fisik
|
Sebelum pubertas
kapabilitasnya sama
|
Setelah pubertas, lebih
unggul dalam hal tinggi badan dan kekuatan otot
|
Mengasusmsikan kedua gender
memiliki potendi untuk mengembangkan berbagai keterampilan fisik dan motorik
|
Motivasi
|
Peduli pada prestasi sekolah,
tetapi kurang berani mengambil resiko
|
Usaha yang besar di
subjek-subjek “stereotipikal laki-laki”
|
Mendorong kedua gender unggul
disemua subjek. Menghindari stereotip
|
Self-Esteem
|
Cenderung melihat diriny
sendiri lebih kompeten di bidang hubungan interpersonal
|
Lebih memiliki rasa percaya
diri untuk mrngrndalikan dan mengatasi masalah.
Lebih menilai kinerjanya
sendiri secara positif
|
Menunjukkan kepada semua
siswa bahwa mereka bisa berhasil di bidang-bidang yang kontrastereotip
|
Aspirasi Karier
|
Cenderung melihat dirinya
lebih collage-bound.
Cenderung melihat karier yang tidak akan mengganggu peran mereka di
masa depan.
|
Memiliki ekspektasi jangka
panjang yang lebih tinggi untuk dirinya sendiri
|
Menunjukkan otang-orang yang
sukses dalam karier di semua bidang sekaligus dalam keluarga
|
Hubungan Interpersonal
|
Cenderung lebih afiliatif dan
lebih banyak membentuk hubungan dekat.
Nyaman berada di situasi yang
kompetitif dan menyukai lingkungan yang kooperatif
|
Cenderung menunjukkan agresi
fisik yang lebih tinggi
|
Mengajari kedua gender
cara-cara berinteraksi dengan baik dan memeberikan lingkungan yang kooperatif
untuk mengakomodasi kecenderungan afiliatif anak perempuan.
|
D. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi
Latar Belakang
·
Budaya,
Etnis, Ras
Budaya
mengacu pada bagaimana anggota-anggota suatu kelompok memikirkan tentang
tidakan sosial dan resolusi masalah. Sedangkan etnis mengacu pada kelompok-kelompok yang memiliki warisan budaya
yang sama. Ras mengacu pada
kelompok-kelompok yang memiliki cciri-ciri sifat biologis yang sama.
Budaya
menggambarkan
istilah way of life kelompok secara
keseluruhan termasuk sejarah, tradisi, sikap dan nilai-nilai. Budaya adalah
bagiamana anggota-anggota suatu kelompok berpikir dan cara yang mereka lakukan
untuk mengatasi masalah dalam kehidupan kolektif. Budaya adalah sesuatu yang
dipelajari dan selalu berubah, tidak pernah statis.
Etnis
mengacu
pada kelompok yang memiliki bahasa dan identitas yang sama. Misalnya
orang-orang yang memiliki suku yang sama, keturunan jawa, padang, melayu,
batak, dll meskipun dalam satu kebangsaan Indonesia. Ras adalah istilah yang
diberikan kepada kelompok-kelompok yang memilki ciri-ciri biologis yang sama.
Dalam proses pembelajaran, banyak
siswa yang beragam budaya, etnis dan ras, dengan demikian terjadilah proses
akulturasi antar siswa. Untuk menangani siswa yang beragam guru harus
mengembangkan kondisi kelas dengan strategi pembelajaran yang dapat merespon
beragam kebutuhan siswa, terlepas dari latar belakang rasial atau etniknya dan
memastikan bahwa kurikulumnya adil dan relean secara kultural. Guru harus peka
terhadap dasar perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi siswa dikelas.
·
Perbedaan
Kelas Sosial
Beberapa karakteristik yang
menentukan identifikasi kelas sosial seseorang adalah : pekerjaan, penghasilan,
kekuasaan politis, dll. Hal ini mempengaruhi proses belajar siswa. Ada beberapa
contoh efek dari perbedaan kelas sosial yaitu, pengelompokkan berdasarkan kelas
sosial, ini cenderung akan mempengaruhi psikis siswa yang kelas sosialnya
rendah. Sehingga dapat terjadi perbedaan prestasi antara kelas sosial tingga
dengan kelas sosial rendah. Namun The
Culture of Education (1996)menunjukkan bagaimana belajar bersifat sosial
dan bagaimana intelegensi tumbuh selama orang saling berinteraksi di
masyarakat.
E. Implikasi Terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan
·
Faktor
Fisik
Dalam penyelenggaraan pendidikan,
perlu diperhatikn sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan
gangguan pada peserta didik. Misalnya: tempat didik yang kurang seuai, ruangan
yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga
untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta
didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstra kurikuler
kelompok olah raga, bela diri, dan sejenisnya.
·
Faktor
Psikososial
Perkembangan emosi peserta didik
sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam
hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman-teman,
perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan
sekolah. Oleh karena itu perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat
dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi
remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan
pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian.
Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya
maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
untuk mengurangi luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak
terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus
disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat
diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan yang tidak mungkin di
lakukan.
·
Faktor
Sosial-Kulture
Usia remaja adalah usia yang sedang
tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik
fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi
sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang
dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tau dan
mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung
dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkungan teman memgang
peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya
dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini
guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang
kekuasaan penuh sepeerti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap
sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pengelolaan
proses pembelajaran guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai
materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil
memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan
sesuai kebutuhan dari karakteristik anak.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa
memahami karakteristik umum peserta didik khususnya dari segi usia, gender dan
latar belakang sangatlah penting bagi pendidik yang mengajar dengan beragam
karakateristik siswa. Guru akan dapat mengetahui bagaimana mengatasi
karakteristik siswa pada usianya, menangani adanya perbedaan gender pada siswa
serta perbedaan latar belakang siswa (budaya, etnik, ras, kelas sosial)
sehingga guru dapat menyelenggarakan pendidikan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Modul
Psikologi Perkembangan, Universitas Negeri Jakarta, 2004
Ø Richard
I. Arends, Learning To Teach, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2008
Ø http://www.scribd.com/doc/86538676/Karakteristik-Peserta-Didik-Dalam-Proses-Pembelajaran
Ø http://guru-ina.blogspot.com/2012/03/karakteristik-siswa.html
Ø
http://onnyrudianto.wordpress.com/2011/07/24/beberapa-karakter-peserta-didik/
0 Response to "DOWNLOAD MAKALAH TENTANG ANALISIS KARAKTERISTIK UMUM PESERTA DIDIK (USIA, GENDER, LATAR BELAKANG)"
Posting Komentar