Teori motivasi terdiri dari dua pendekatan, yaitu pendekatan
isi/content approaches dan pendekatan proses/process approaches. Pendekatan
content meliputi teori hirarki kebutuhan abraham Maslow, teori ERG, teori
dua faktor dan teori kebutuhan McClelland, sedangkan pendekatan proses terdiri
dari teori pengharapan, teori keadilan, dan teori penetapan tujuan.
1. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow
Teori ini terdiri dari lima jenjang kebutuhan dasar manusia,
yaitu
a. Kebutuhan Psikologis/physiological needs
meliputi rasa lapar, haus, seksual, berlindung, dan kebutuhan fisik lainya.
b. Kebutuhan rasa aman/safety needs
meliputi rasa dilindungi dari bahasa fisik emosional.
c. Kebutuhan sosial/social needs meliputi
rasa kasih sayang kepemilikan, penerimaan dan persahabatan.
d. Kebutuhan penghargaan/esteem needs mencakup
faktor penghargaan internal seperti rasa hormat diri, otonomi, dan pencapaian,
serta faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian.
e. Kebutuhan aktualisasi diri/self
actualization needs yaitu dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapanya,
meliputi pertumbuhan, pancapaian potensi dan pemenuhan diri sendiri.
Teori ini di publikasikan sekitar tahun 1943, menurut maslow
kelima kebutuhan tersebut tersusun dalam suatu tangga hierarki. Secara umum
kebutuhan manusia muncul seperti anak tangga yang dapat di perkirakan. Ketika
kebutuhan fisiologis seseorang secara relatif sedah terpuaskan, maka akan
muncul kebutuhan rasa aman, dan demikian seterusnya menurut hierarki
kebutuhan, suatu langkah pada suatu waktu, sekali suatu kebutuhan terpuaskan,
maka akan mengaktifkan kebutuhan berikutnya pada hierarki yang lebih tinggi,
proses ini terus berlanjut sampai pada kebutuhan aktualisasi diri.
2. Teori ERG
Teori A. Maslow tidak didukung dengan bukti-bukti empiris
hingga Clayton Alderfer di olah kembali menjadi teori ERG (Existence,
Relatedness dan Growth). Menurut aldenfer ada tiga kebutuhan pokok yaitu
kebutuhan Exitence (sama dengan fisiologis dan rasa aman dari maslow),
kebutuhan relatedness (sama dengan kebutuhan sosial dan status dari maslow) dan
kebutuhan Growth (sama dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi dari
maslow). Teori ERG tidak menganggap kebutuhan sebagai sebuah hierarki yang
kaku, dimana seseorang harus memenuhi kebutuhan pada tingkat rendah dahulu
sebelum naik ketingkat selanjutnya.
3. Teori Dua Faktor
Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg didasarkan pada
hasil wawancara dengan 203 insinyur dan akuntan. Wawancara ini berusaha untuk
menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan. Dari hasil
wawancara di temukan ada faktor-faktor yang terpisah dan berbeda yang
berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja.
Faktor-faktor kepuasan kerja berkaitan dengan prestasi,
pengakuan, karakteristik pekerjaan, tanggung jawab, dan kemajuan. Faktor-faktor
ini berhubungan dengan output yang berkaitan dengan tugas yang sedang di
kerjakan. Faktor-faktor ini disebut sebagai motivator karena berhu bungan
dengan usaha yang kuat dan prestasi yang baik. Sementara itu daktor-faktor
ketidakpuasan berkaitan dengan konteks pekerjaan dan lingkungan, meliputi
kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan teknis, gaji, hubungan
antar pribadi dengan pengawas dan kondisi kerja. Faktor-faktor ini disebut sebagai
faktor hygiene. Menurut Herzberg, seseorang individu tidak akan mengalami
ketidakpuasan kerja saat dia tidak memiliki faktor hygiene.
Menurut teori ini kepuasan bukan lawan dari ketidakpuasan.
Lawan dari kepuasan adalah tanpa kepuasan, sedangkan lawan dari ketidakpuasan
adalah tanpa tidakpuasan.
4. Teori Kebutuhan McClelland
Teori ini dikembangkan oleh David McClelland dab
kawan-kawanya, yang menyatakan bahwa tiga kebutuhan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan motivasi individu. Ketiga kebutuhan tersebut adalah (Robbins dan
Judge,2007) :
a. Kebutuhan pencapaian/need of achievemennt,
yaitu dorongan untuk berhasil. Karakteristik individu yang memiliki kebutuhan
akan prestasi tinggi yangitu lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan tanggung jawab pribadi, umpan balik dan resiko tingkat moderat.
b. Kebutuhan akan kekuasaan/need for power, yaitu
kebutuhan untuk memiliki pengaruh, menjadi berpengaruh dan mengendalikan
individu lain.
c. Kebutuhan afiliasi/ need for affiliation,
yaitu keinginan untuk menjalin hubungan antar personal yang akrab dan ramah.
5. Teory harapan
Teori Harapan teori harapan/expectancy theory dikembangkan
oleh Viktor Vroom, yang menjelaskan bahwa kekuatan dari kecendrungan untuk
bertidak dalam cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa
tindakan tersebut akan di ikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari
hasil itu terhadap individu tersebut. Secara ringkas teori harapan menjelaskan
bahwa karyawan akan termovasi untuk mengeluarkan tingkat usaha yang
tinggi ketika mereka yakin bahwa usaha tersebut akan menghasilkan prestasi yang
baik. Yang pada giliranya akan menghasilkan penghargaan-penghargaan dan
penghargaan tersebut akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi mereka.
Teori harapan fokus pada tiga hubungan sebagai berikut :
a. Hubungan usaha-kinerja, kemungkinan yang
dirasakan oleh individu yang mengeluarkan usaha akan menghasilkan kinerja.
b. Hubungan kinerja-penghargaan, tingkat sejauh
mana individu memiliki keyakinan bahwa kinerja pada tingkat tertentu akan
menghasilkan pencapaian yang di harapkan.
c. Hubungan penghargaa-tujuan-tujuan
pribadi, tingkat sejauh mana penghargaan-penghargaan organisasi memuaskan
tujuan-tujuan atai kebutuhan pribadi dan daya tarik dari
penghargaan-penghargaan potensial bagi individu tersebut.
Kunci utama untuk memahami teori harapan adalah mengenai
tujuan-tujuan individu dan hubungan antara usaha dan kinerja individu, antara
individu dengan penghargaan organisasional, dan antara penghargaan
organisasional dnegan pemenuhan tujuan individu. Teori harapan sebagai sebuah
model kemungkinan sekaligus menjelaskan bahwa tidak ada prinsif yang bersifat
unversal untuk menjelaskan motivasi individu. (Robbins dan Judge,2007)
6. Teori Keadilan
Menurut J. Stacy Adams ada dua komponen penting dalam
transaksi antara karyawan dengan pengusaha, yaitu masukan/input dan
hasil/outcome. Berikut ini berbagai macam masukan dan hasil pertimbangan oleh
karyawan ketika mebuat suatu perbandingan.
Masukan/input
|
Hasil/outcome
|
a. Pendidikan/pelatihan
b. Keterampilan
c. Pengalaman
d. Kreativitas
e. Waktu
f. Senioritas
g. Kesetiaan pada organisasi
h. Usia
i. Kepribadian
j. Usaha yang di
keluarkan
k. Pribadi yang menonjol
|
a. Upah/bonus
b. Tunjangan
c. Keamanan kerja
d. Tugas-tugas yang
menantang
e. Promosi
f. Simbol status
g. Lingkungan kerja yang
aman
h. Kesempatan berkembang
i. Pengawasan
yang mendukung
j. Pengakuan/penghargaan
k. Partisipasi dalam
keputusan
|
Sumber : kreitner dan kinicki (2005)
Teori keadilan/equity theory menjelaskan bahwa karyawan akan
membandingkan antara masukan-masukan/input dan hasil/outcome pekerjaan mereka
dengan masukan-masukan hasil pekerjaan orang lain, kemudian merespon untuk
menghilangkan ketidakadilan. Ada empat perbandingan rujuan yang dapat di
gunakan oleh karyawan :
a. Diri-di dalam, pengalaman-pengalaman individu
karyawan dalam posisi yang berbeda di dalam organisasi karyawan tersebut saat
ini.
b. Diri-di luar, pengalaman-pengalaman individu
karyawan dalam posisi atau situasi di luar organisasi karyawan tersebut saat
ini.
c. Individu lain-di luar, individu atau
kelompok individu lain di luar organisasi karyawan
tersebut.
Seorang karyawan mungkin akan membandingkan diri mereka
sendiri dengan teman-teman, tetangga, rekan kerja dan kolega di perusahaan
lain, atau membandingkan pekerjaan mereka saat ini dengan pekerjaan mereka
sebelumnya. Karyawan yang memiliki masa jabatan lama, cenderung membuat
perbandingan denga rekan-rekan kerja mereka.
Setelah itu karyawan pada level lebih tinggi yang biasanya
seorang profesional, dengan tingiat pendidikan yang lebih tinggi, cenderung
membuat perbandingan dengan individu lain diluar (Robbin dan Judge, 2007).
Berdasarkan teori keadilan, ketika karyawan merasakan ketidak adilan mereka
akan berusaha untukmengurangi ketidakadilan tersebut dengan berbagai cara.
Cara-cara untuk mengurangi ketidakadilan dapat dilihat pada tabel berikut:
Cara/metode
|
contoh
|
1. Maningkatkan
masukan
|
• Bekerja lebih keras lagi
• Mengikuti sekolah, kuliah atau pelatihan khusus
|
2. Menurunkan
masukan
|
• Tidak bekerja terlalu keras
• Menggunakan waktu istirahat lebih lama
|
3. Menurunkan
hasil
|
• Minta kenaikan upah
• Minta jabatan atau pekerjaan baru
|
4. Menurunkan
hasil
|
• Minta upah yang lebih rendah
|
5. Meningkatkan
pekerjaan
|
• Berhenti bekerja
• Tidak masuk kerja
|
6. Secara
psikologis mengubah masukan atau hasil
|
• Meyakinkan diri bahwa masukanya tidak begitu
penting
• Meyakinkan diri bawha pekerjaanya membosankan dan
monoton
|
7. Secara
psikologis mengubah masukan atau output dengan dari perbandingan pihak lain
|
• Menyimpulkan diri bahwa individu lain bekerja
lebih keras
• Menyimpulkan diri bahwa individu lain memiliki
jabatan lebih penting
|
8. Mengubah
perbandingan dengan pihal lain
|
• Membandingkan diri dengan pekerjaan sebelumnya
• Memilih individu baru untuk perbandingan
|
Keadilan organisaional terdiri dari tiga komponen, yaitu
keadilan distributuf, keadilan prosedural dan keadilan interaksional. Keadilan
distributif adalah keadilan mengenai jumlah dan pemberian penghargaan di antara
individu-individu, keadilan prosedural adalah keadilan yang dirasakan dari
proses yang di gunakan untuk menentukan distribusi penghargaan, sedangkan
keadilan interksional adalah persepsi individu mengenai tingkat sejauh
mana dia di perlakukan dengan martabat, perhatian dan rasa hormat. (Robbin dan
Judge, 2007).
7. Teori penentuan tujuan
Menurut teori penentuan tujuan/goal setting theory bahwa
tujuan-tujuan yang spesifik dan sulit, dengan umpan balik, akan menghasilkan
tingkat kinerja yang lebih tinggi. Artinya bahwa tujuan spesifik akan
meningkatkan kinerja, tujuan yang sulit, ketika di terima, akan menghasilkan
kinerja yang lebih tinggi dari pada tujuan yang mudah, dan umpan balik akan
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari pada tanpa umpan balik.
Locke dan rekan-rekanya kemudian merumuskan suatu model
penentuan tujuan. Penentuan tujuan memiliki empat mekanisme yang berkaitan
dengan motivasi, yatitu (kreitner dan Kinicki,2005):
a. Tujuan mengarahkan perhatian. Secara pribadi tujuan
berarti memfokuskan perhatian pada sesuatu yang relefan dan penting.
b. Tujuan mengatur usaha. Tujuan tidak hanya
membauat persepsi individu menjadi lebih selektif, tetapi juga memotivasi untuk
bertindak.
c. Tujuan meningkatkan ketekunan. Ketekunan
berkaitan dengan usaha yang di lakukan untuk suatu tugas dalam jangka yang
lebih panjang.
d. Tujuan mendorong strategi dan tindakan. Tujuan
membantu individu untuk mengembangkan strategi dan rencana tindakan yang akan
di lakukan untuk mencapai tujuan.
Okey sekian dulu yach sob,,,pembahasan tentang teori motivasi dalam organisasi berdasarkan pendekata content,,,terimakasih sudah membaca dan berkunjung di blog ini. semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
0 Response to "MACAM-MACAM TEORI MOTIVASI DALAM ORGANISASI BERDASARKAN PENDEKATAN CONTENT"
Posting Komentar