Tidak semua calon pendidik mempunyai keberanian untuk
mengajar. Banyak penyebab yang membuat pendidik takut untuk mengajar. Padahal
yang sering terjadi, biasanya ketakutan-ketakuan itu muncul hanya ada dalam
pikiran seseorang, dan belum tentu akan terjadi pada saat mengajar. Agar tumbuh
keberanian pendidik dalam mengajar, salah satu yang bisa dilakukan adalah
mencari terlebih dahulu apa penyebab ketakutan yang menghalangi keberaniannya untuk
mengajar. Ketakutan-ketakutan tersebut biasanya ada dalam pikiran dan
perasaannya dan menjadi beban pada saat mengajar. Beban mental inilah yang
terkadang menjadikan proses belajar mengajar yang dilakukannya kurang efektif.
Beberapa faktor di bawah ini merupakan faktor yang dominan
menjadi ketakutan untuk menjadi pengajar. Ketakutan yang pertama ialah:
a) Merasa Tidak Mampu
Pendidik yang tidak mau menjadi guru ataupun pengajar
biasanya merasa dirinya tidak mampu untuk mengajar. Terkadang mereka
merasa bahwa mengajar adalah pekerjaan bagi orang-orang yang telah benar-benar
menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan, dan ia merasa belum menguasai
sepenuhnya. Ketakutan lain adalah bahwa selalu merasa tidak mampu menjelaskan
dengan baik mata pelajaran yang akan diajarkan. Pendidik juga merasa
tidak bisa melakukan proses belajar mengajar, karenanya ia merasa takut bahwa
apa yang diajarkan tidak bisa diterima dengan baik oleh peserta didik atau
murid-muridnya.
Padahal, yang sering terjadi adalah, biasanya ketakutan
seperti itu hanya ada dalam pikiran, karena saat kita sudah mulai mengajar,
ketakutan itu akan dengan sendirinya hilang. Karena itulah, seharusnya seorang
guru berani untuk mencoba.
b) Takut Kehilangan Kata-Kata
Salah satu ketakutan terbesar seseorang saat mengajar adalah
takut kehilangan kata-kata di tengah-tengah mengajar. Banyak faktor yang
mungkin terjadi yang menyebabkan calon pendidik atau pendidik kehilangan
kata-kata. Tetapi faktor utama adalah karena di dalam pikirannya terjadi apa yang
disebut sebagai “blank”, yaitu pikiran seakan kosong. Pada saat pikiran dalam
keadaan kosong, maka seorang guru tidak bisa mengucapkan kata-kata. Berbagai
kalimat yang disusun rapi seakan hilang atau menyangkut di tenggorokan.
Ditambah dengan kekalutan dan kepanikan, yang terjadi kemudian adalah keringat
dingin yang keluar pertanda ia mengalami nervous dan gugup.
Kondisi seperti inilah yang menjadi titik kritis dalam
proses belajar mengajar. Jika guru mampu keluar dari situasi kritis dengan
baik, maka ia akan mampu mengembalikan keadaan seperti semula. Tetapi jika ia
tidak mampu keluar dari situasi ini, kepanikan itu akan terus bertambah dan
merusak proses belajar mengajar secara keseluruhan. Ada beberapa sebab yang
memungkinkan guru mengalami kehilangan kata-kata. Salah satunya adalah karena
ia menghapalkan materi kata demi kata secara langsung. Akibatnya, saat ia lupa
akan satu kata atau kalimat, maka ia tidak bisa melanjutkan kalimat-kalimat
berikutnya.
Untuk bisa mengatasinya, cobalah untuk memahami materi
secara komprehensif sehingga tidak perlu menghapalkan semuanya kata per kata.
Jika takut lupa, buatlah poin-poin penting berupa catatan yang bisa dilakukan
di kertas kecil atau slide presentasi. Dengan menguasai gambar besar pengajaran
akan memudahkan bagi guru untuk menghadapi berbagai situasi apapun, termasuk
lupa akan apa yang akan diucapkan.
Kehilangan kata-kata bisa juga disebabkan karena tekanan
mental yang sangat kuat bahwa guru harus tampil baik. Tekanan untuk tampil
sempurna menjadikannya terbebani mental dan pikirannya yang mengakibatkan ia
kehilangan kata-kata. Salah satu cara untuk mengembalikan situasi menjadi lebih
baik adalah dengan membuat jeda beberapa menit. Jeda ini bisa dilakukan dengan
berbagai cara, mulai dari memberikan lembar kerja dan kuesioner yang harus
diisi oleh siswa, memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab secara
tertulis, memutar lagu atau video, membuat permainan kelompok, dan berbagai
aktifitas lain yang intinya melibatkan siswa.
Di satu sisi peserta mendapatkan variasi metodologi
sementara di sisi lain berbagai kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan
waktu bagi guru untuk berpikir sejenak, melihat-lihat materi yang ada, dan
mengembalikan kembali energi dan kepercayaan diri yang sempat hilang
sebelumnya.
c) Takut Melakukan Kesalahan
Biasanya guru menginginkan proses belajar mengajar yang
baik, sempurna, dan semua rencana bisa berjalan dengan lancar. Guru juga
menginginkan agar siswa bisa memahami apa yang disampaikan sehingga tujuan
pengajaran bisa tercapai. Namun yang harus disadari, bahwa setiap manusia
mempunyai potensi untuk berbuat kesalahan pada saat presentasi. Bukan saja
karena ia secara pribadi adalah manusia biasa, tetapi juga karena ia
berhubungan dengan banyak orang, di mana terdapat berbagai hal yang ada di luar
kontrolnya. Siswa misalnya, adalah orang lain yang ada di luar dirinya.
Dengan menyadari secara benar bahwa terdapat banyak faktor
luar pada saat ia mengajar, maka potensi kesalahan selalu mungkin terjadi.
Kesadaran ini akan memberikan pemahaman bahwa jika terjadi kesalahan adalah hal
manusiawi. Paradigma ini menjadi penting agar kita tidak kehilangan kepercayaan
diri dan panik pada saat terjadi kesalahan. Bahkan, kesalahan adalah cara
terbaik pengajar untuk terus belajar. Dengan mengetahui berbagai kesalahan yang
dilakukannya, ia akan segera bisa memperbaikinya di masa mendatang. Ketakutan
melakukan kesalahan hanya akan menghalanginya untuk bisa memperbaiki
keterampilan mengajarnya menjadi lebih baik. Semakin banyak melakukan kesalahan,
jika ia mampu belajar dari kesalahan tersebut, lambat laun akan semakin baik
cara mengajar yang dilakukannya.
Kesalahan pada saat mengajar jangan dianggap sebagai bencana
yang akan menghancurkan seluruh sendi kehidupan kita. Justru karena kesalahan
itulah proses belajar mengajar yang kita lakukan semakin membaik dari hari ke
hari. Yang harus dilakukan pada saat melakukan kesalahan adalah tetap tenang
dan berusaha untuk selalu menguasai keadaan. Kesalahan-kesalahan kecil,
misalnya spidol terjatuh pada saat menulis, atau menumpahkan air di atas meja,
atau salah dalam menjawab, dan berbagai kesalahan lain tidak perlu dihadapi
dengan kepanikan. Berusahalah untuk tetap tenang, perbaiki kesalahan yang ada,
dan teruskanlah mengajar seakan kesalahan itu tidak pernah terjadi.
Namun demikian, tentu saja tidak semua kesalahan bisa
ditolerir. Kesalahan fatal, salah materi misalnya adalah kesalahan besar yang
tidak boleh dilakukan pengajar profesional. Karena itulah, jika
kesalahan-kesalahan dan kekurangan yang terjadi bisa diperbaiki dari waktu ke
waktu, maka kesalahan tersebut akan semakin bisa diminimalisir. Keterampilan
seseorang tidak bisa didapatkan sekaligus dalam satu waktu. Jika kita
menginginkan tidak lagi melakukan kesalahan dalam waktu instan, hal itu sulit dilakukan.
Cara guru belajar dari kesalahan, bagaimana meminimalisir
kesalahan akan terjadi secara bertahap sedikit demi sedikit. Kunci dari semua
itu adalah jam terbang sehingga pada saat mengajar selanjutnya kesalahan dan
kekurangan yang terjadi bisa diperbaiki. Lakukan persiapan yang matang agar
kesalahan bisa diminimalisir. Sebelum proses belajar mengajar berjalan,
lakukanlah cek dan ricek terhadap seluruh peralatan dan persiapan mengajar yang
ada, apakah semua berjalan dengan baik atau belum. Jika semuanya sudah
dilakukan, kita tinggal menyerahkan semua pada Tuhan agar memberikan kemudahan.
Itu akan membuat kita menjadi lebih yakin dan tenang.
d) Takut Siswa Tidak Paham
Ketakutan selanjutnya dalam mengajar adalah takut bahwa apa
yang guru sampaikan tidak dipahami oleh siswa. Jika apa yang kita sampaikan
tidak dipahami, tentu hal itu akan merisaukan. Namun, ketakutan semacam ini
biasanya terjadi lebih karena kekhawatiran melihat situasi dan kondisi yang berkembang
selama proses belajar mengajar.
Untuk bisa mengatasi ketakutan semacam ini, persiapan materi
menjadi penting. Perkaya materi yang ada dengan berbagai hal yang kontekstual
sehingga membuat siswa mau memperhatikan. Keengganan memperhatikan inilah yang menjadi
awal dari rasa kegugupan kita seakan-akan mereka tidak memahami apa yang kita
bicarakan.
Persoalan gaya bahasa dan cara mengajar juga menjadi faktor
lain mengapa siswa tidak paham. Gaya bahasa untuk anak Sekolah Dasar tentu
berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama dan juga Sekolah Menengah Atas. Perlu
dibedakan gaya bahasa yang kita pakai sehingga memudahkan siswa dalam menangkap
apa yang kita jelaskan. Jika terlihat bahwa siswa diam dan tidak menunjukkan
reaksi, tidak perlu berkecil hati dulu. Mungkin mereka memang secara karakter
pribadi lebih banyak pendiam. Cobalah untuk memancing pertanyaan kepada mereka,
ataupun menawarkan diri jika ada yang ingin bertanya. Dengan membuka ruang
interaksi dengan siswa atau audien, diharapkan mulai ada respon yang muncul di
antara mereka.
e) Takut Tidak Bisa Menjawab
Satu sesi yang biasanya ingin dihindari oleh pengajar,
terutama pengajar yang baru memulai adalah sesi tanya jawab. Tanya jawab
dianggap sebagai salah satu hal yang menakutkan. Pertama, sebut saja takut
pertanyaan yang diajukan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dijawab. Ketakutan
lain adalah adanya pertanyaan-pertanyaan lain yang memang secara sengaja
ditujukan untuk menguji pengajar. Hal lain yang ditakutkan apakah jawabannya
memuaskan bagi si penanya, apakah terasa dangkal, atau bisa dipahami secara
baik atau tidak.
Berbagai pertanyaan dan ketakutan di atas memang wajar
mengemuka , dan menjawab pertanyaan secara baik adalah seni tersendiri yang
harus selalu dipelajari dan dikembangkan. Mempersiapkan sebanyak mungkin
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul akan membuat pengajar
lebih siap pada sesi tanya jawab.
f) Takut Peralatan Tidak
Berfungsi
Pada proses belajar mengajar modern sekarang ini, alat bantu
presentasi dan pengajaran dengan berbagai fiturnya yang menarik sudah menjadi
bagian tidak terpisahkan. Sudah banyak pengajar menggunakan berbagai peralatan
mengajar, terutama komputer ataupun laptop dan proyektor. Walaupun biasanya
sudah dipersiapkan dengan baik, terkadang yang terjadi, tidak semua peralatan
bisa berjalan dengan baik. Terkadang laptop yang sudah ada filenya
ternyata tidak cocok dengan proyektor yang tersedia. Ataupun terkadang
microphone bermasalah, karena mendengung ataupun mati.
Cara paling mudah untuk menghilangkan ketakutan ini adalah
dengan memeriksa semua peralatan yang ada apakah berfungsi semua atau tidak.
Nyalakan laptop dan mulailah mengecek apakah sesuai dengan projector yang
tersedia atau tidak. Jika sudah sesuai, maka tidak lagi menjadi soal. Akan
tetapi jika tidak sesuai, tentu harus dicari penyebabnya, apakah ada setting
yang harus disesuaikan atau ada masalah lain. Selesaikan masalah dengan segera
sebelum proses belajar mengajar dimulai.
Jangan lupa untuk menyiapkan rencana cadangan, karena terkadang
kemungkinan tidak berfungsinya peralatan itu sering terjadi. Rencana cadangan
itu misalnya dengan menyiapkan materi presentasi di dalam CD ataupun Fash Disk,
sehigga pada saat laptop tidak bisa dibuka atau tidak cocok dengan proyektor,
bisa digunakan laptop lain.
Perlu juga diperhatikan letak kabel-kabel yang tersambung ke
beberapa peralatan tersebut. Usahakan untuk tidak menghalangi jalan, dan
letakkanlah di tempat yang tidak banyak dilalui orang, di pojokan misalnya.
Kabel-kabel yang ada dirapihkan, agar tidak berserakan. Semua itu dilakukan
agar di tengah-tengah proses belajar mengajar tidak ada kabel yang tertendang
sehingga menyebabkan listrik mati, yang mengakibatkan matinya berbagai
peralatan tersebut.
g) Takut Mengajar Tidak Menarik
Setiap pengajar biasanya dibebani dengan satu tekad untuk
menjadikan proses belajar mengajarnya menarik di hadapan siswa. Tekad itu
begitu kuat karena ia ingin membuat kesan yang baik. Karena itulah biasanya ia
mempersiapkan segala sesuatunya secara matang. Materi pengajaran dipersiapkan
secara baik dan mendalam, desain slide presentasi dibuat dengan menarik,
penampilan juga diperhatikan. Pada intinya, ia mengelola semua faktor dengan
baik agar pengajarannya berkesan. Tuntutan untuk melakukan proses pengajaran
yang baik terkadang tidak hanya datang dari dirinya, tetapi juga biasanya
datang dari atasan atau supervisor yang membawahinya. Mereka biasanya menuntut
agar kita bisa menyampaikan sesuatu secara baik sehingga proses belajar
mengajar menjadi lebih efektif.
Dengan tuntutan yang begitu besar, terkadang bukan malah
membangkitkan motivasi guru untuk melakukannya lebih baik. Dalam beberapa
kasus, tuntutan besar ini menjadi beban mental yang berat. Ia terbebani untuk
bisa tampil sempurna di hadapan siswa. Beban berat itu akhirnya bisa menjadi
bumerang, karena pengajar akhirnya tampil tidak lepas, kaku, dan demam
panggung. Karena itu, sangat penting bagi pengajar untuk merasa rileks dan
lepas dalam mengajar. Kepercayaan diri yang kuat akan menjadi kunci bagaimana
membuat mengajar yang kita lakukan menarik. Kepercayaan diri yang tinggi
membuat apa yang kita sampaikan menjadi lebih meyakinkan.
Harus diakui, mengajar memang bukan perkara mudah.
Dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri yang kuat agar bisa menyakinkan
peserta didik bahwa apa yang disampaikannya berguna dan bermanfaat bagi orang
lain. Namun demikian, setiap orang pada dasarnya mampu mengajar. Persoalannya
sangat tergantung dari kemauan seseorang apakah ingin mengembangkan diri dalam
mengajar yang baik atau tidak.
0 Response to "BEBERAPA BENTUK KETAKUTAN GURU ATAU CALON GURU DALAM MENGAJAR"
Posting Komentar