Beberapa pakar mengemukakan jenis-jenis penelitian studi
kasus dalam penjelasan yang berbeda-beda. Perbedaan penentuan jenis tersebut
disebabkan oleh cara pandang masing-masing pakar terhadap posisi dan kedudukan
kasus di dalam penelitian. Meskipun demikian, secara umum, terdapat pandangan
yang sama di antara mereka, yaitu memposisikan dan memperlakukan obyek
penelitian sebagai kasus.
Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus Menurut Stake (2005)
Stake (2005) membagi penelitian studi kasus berdasarkan
karakteristik dan fungsi kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa
kasus bukanlah sekedar obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena
karakteristiknya yang khas. Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan
bahwa penelitian studi kasus bukanlah sekedar metoda penelitian, tetapi adalah
tentang bagaimana memilih kasus yang tepat untuk diteliti. Berdasarkan hal
tersebut, Stake (2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu:
1.Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study)
adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan maksud untuk yang pertama
kali dan terakhir kali meneliti tentang suatu kasus yang khusus. Hal ini
dilakukan tidak dengan maksud untuk menempatkan kasus tersebut mewakili dari
kasus lain, tetapi lebih kepada kekhususan dan keunikannya. Pada awalnya,
penelitianya mungkin tidak bermaksud untuk membangun teori dari penelitiannya,
tetapi kelak mungkin ia akan dapat membangun teori apabila kasus tersebut
memang menjadi satu-satunya di dunia. Pada umumnya, para peneliti studi kasus
mendalam ini bermaksud untuk meneliti atau menggali hal-hal yang mendasar yang
berada dibalik kasus tersebut.
2.Penelitian studi kasus intrumental
Penelitian studi kasus intrumental (instrumental case
study) adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus
untuk memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses
generalisasi. Dengan kata lain, kasus diposisikan sebagai sarana (instrumen)
untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan pemahaman tentang sesuatu yang
lain dari yang biasa dijelaskan. Melalui kasus yang ditelitinya, peneliti
bermaksud untuk menunjukkan adanya sesuatu yang khas yang dapat dipelajari dari
suatu kasus tersebut, yang berbeda dari penjelasan yang diperoleh dari
obyek-obyek lainnya.
3.Penelitian studi kasus jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or mutiple case
study) adalah penelitian studi kasus yang menggunakan jumlah kasus yang
banyak. Penelitian studi kasus ini adalah pengembangan dari penelitian studi
kasus instrmental, dengan menggunakan kasus yang banyak. Asumsi dari penggunaan
kasus yang banyak adalah bahwa kasus-kasus yang digunakan di dalam penelitian
studi kasus jamak mungkin secara individual tidak dapat menggambarkan
karakteristik umumnya. Masing-masing kasus mungkin menunjukkan sesuatu yang
sama atau berbeda-beda. Tetapi apabila dikaji secara bersama-sama atau secara
kolektif, dapat menjelaskan adanya benang merah di antara mereka, untuk
menjelaskan karakteristik umumnya.
Kasus-kasus di dalam penelitian studi kasus jamak dipilih
karena dipandang bahwa dengan memahami mereka secara kolektif, dapat
meningkatkan pemahaman terhadap sesuatu, dan bahkan dapat memperbaiki suatu
teori dengan menunjukkan fakta dan bukti yang lebih banyak. Stake (2005)
menunjukkan contoh-contoh penelitian studi kasus kolektif adalah dengan
menunjuk pada buku-buku kumpulan dari artikel-artikel yang membahas suatu isu
yang sama. Di dalam buku tersebut, editornya harus mampu menunjukkan benang
merah dari masing-masing artikel, sehingga pembacanya akan mendapatkan pemahaman
menyeluruh yang mendalam tentang isu tersebut berdasarkan kajian yang dilakukan
pada masing-masing artikel.
Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus Menurut Creswell (2007)
Sementara itu, Creswell (2007) menyatakan bahwa jenis-jenis
penelitian studi kasus ditentukan berdasarkan batasan dari kasus, seperti
seorang individu, beberapa individu, sekelompok, sebuah program atau sebuah
kegiatan. Disamping itu, jenis-jenis tersebut dapat ditentukan berdasarkan
penentuan maksud dari analisis kasusnya. Penjelasan Creswell tentang
jenis-jenis penelitian studi kasus secara umum mirip dengan Stake (2005),
karena memang berpedoman kepada penjelasan Stake. Berdasarkan maksud analisis
kasusnya tersebut, Creswell (2007), membagi penelitian studi kasus dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Penelitian studi kasus intrumental tunggal
Penelitian studi kasus instrumental tunggal (single
instrumental case study) adalah penelitian studi kasus yang dilakukan
dengan menggunakan sebuah kasus untuk menggambarkan suatu isu atau perhatian.
Pada penelitian ini, penelitinya memperhatikan dan mengkaji suatu isu yang
menarik perhatiannya, dan menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrumen)
untuk menggambarkannya secara terperinci.
2. Penelitian studi kasus jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or multiple case
study) adalah penelitian studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari
satu) isu atau kasus di dalam satu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus
pada hanya satu isu atau perhatian dan memenfaatkan banyak kasus untuk
menjelaskannya. Disamping itu, penelitian ini juga dapat hanya menggunakan satu
kasus (lokasi), tetapi dengan banyak isu atau perhatian yang diteliti. Pada
akhirnya, penelitian ini juga dapat bersifat sangat kompleks, karena terfokus
pada banyak isu atau perhatian dan menggunakan banyak kasus untuk menjelaskannya.
Yin (2003a, 2009) mengatakan bahwa untuk melakukan penelitian studi kasus jamak
ini, dapat menggunakan penelitian replikasi yang logis, yaitu dengan
menggunakan suatu prosedur yang sama yang diberlakukan untuk setiap isu atau
kasus. Peneliti kemudian melakukan generalisasi pada setiap isu atau kasus dan
memperbandingkannya pada akhir kajian.
3. Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study)
adalah penelitian yang dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan
keunikan yang tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik
sebagai lokasi, program, kejadian atau kegiatan. Penelitian studi kasus
mendalam ini mirip dengan penelitian naratif yang telah dijelaskan di depan,
tetapi memiliki prosedur kajian yang lebih terperinci kepada kasus dan
kaitannya dengan lingkungan disekitarnya secara terintegrasi dan apa adanya.
Lebih khusus lagi, penelitian studi kasus mendalam merupakan penelitian yang
sangat terikat pada konteksnya, atau dengan kata lain sangat terikat pada
lokusnya (site-case).
Pendapat Stake (2005) dan Creswell (2007) di atas jika
digambarkan secara diagramatis, dapat dilihat pada gambar di bawah. Pada gambar
tersebut juga dillustrasikan dengan contoh judul-judul yang menggambarkan isi
dari masing-masing jenis. Contoh penelitian studi kasus mendalam yang diberikan
dengan judul ‘Kemacetan Lalu-lintas di Kawasan Malioboro, Yogyakarta’,
menunjukan adanya keterpaduan antara kasus dengan lokasi penelitiannya.
Sementara itu, contoh untuk penelitian studi kasus instrumental tunggal yang
berjudul ‘Kemacetan Lalu Lintas di Yogyakarta, Studi Kasus: Kawasan Malioboro’,
dan contoh jamaknya adalah ‘Kemacetan Lalu Lintas di Yogyakarta, Studi Kasus:
Kawasan Gejayan dan Malioboro’, menunjukkan adanya penggunaan istilah ‘studi
kasus’. Penggunaan istilah tersebut secara khusus untuk menunjukkan bahwa kasus
yang dipergunakan bersifat sebagai sarana (instrumen) pembukti atas konsep atau
teori peneliti.
Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus Menurut Yin (2003a,
2009)
Sementara itu, Yin (2003a, 2009) membagi penelitian studi
kasus secara umum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi kasus dengan
menggunakan kasus tunggal dan jamak/ banyak. Disamping itu, ia juga
mengelompokkannya berdasarkan jumlah unit analisisnya, yaitu penelitian studi
kasus
holistik (holistic) yang menggunakan satu unit analisis dan
penelitian studi kasus terpancang (embedded) yang menggunakan beberapa
atau banyak unit analisis. Penelitian studi kasus disebut terpancang (embedded),
karena terikat (terpancang) pada unit-unit analisisnya yang telah
ditentukan. Unit analisis itu sendiri dibutuhkan untuk lebih memfokuskan
penelitian pada maksud dan tujuannya. Penentuan unit analisis ditentukan
melalui kajian teori.
Sementara itu, pada penelitian studi kasus holistik,
penelitian dilakukan lebih bebas dan terfokus pada kasus yang diteliti dan
tidak terikat pada unit analisis, karena unit analisisnya menyatu dalam
kasusnya itu sendiri.
Jika dikaitkan antara kedua cara pengelompokkan tersebut,
maka jenis-jenis penelitian studi kasus dapat disusun ke alam suatu matriks 2 x
2. Dengan demikian, menurut Yin (2003a, 2009), penelitian studi kasus dapat
terdiri dari 4 (empat) jenis.
1.Penelitian studi kasus tunggal holistik (jenis 1 dan 2)
Penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic single-case
study) adalah penelitian yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari
penelitian. Yin (2009) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk
menggunakan hanya satu kasus di dalam penelitian studi kasus, yaitu:
a) Kasus yang dipilih mampu menjadi bukti dari teori yang
telah dibangun dengan baik. Teori yang dibangun memiliki proposisi yang jelas,
yang sesuai dengan kasus tunggal yang dipilih sehingga dapat dipergunakan untuk
membuktikan kebenarannya.
b) Kasus yang dipilih merupakan kasus yang ekstrim atau
unik. Kasus tersebut dapat berupa keadaan, kejadian, program atau kegiatan yang
jarang terjadi, dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak untuk
diteliti sebagai suatu kasus.
c) Kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau perwakilan
dari kasus lain yang sama. Pada dasarnya, terdapat banyak kasus yang sama
dengan kasus yang dipilih, tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu dan
biaya, penelitian dapat dilakukan hanya pada satu kasus saja, yang dipandang
mampu menjadi representatif dari kasus lainnya.
d) Kasus dipilih karena merupakan kesempatan khusus bagi
penelitinya. Kesempatan tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti
untuk dapat meneliti kasus tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti
mungkin tidak memiliki akses untuk melakukan penelitian terhadap kasus
tersebut.
e) Kasus dipilih karena bersifat longitudinal, yaitu terjadi
dalam dua atau lebih pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat tepat
untuk penelitian yang dimaksudkan untuk membuktikan terjadinya perubahan pada
suatu kasus akibat berjalannya waktu.
Sementara itu, perbedaan antara penelitian studi kasus
holistik (jenis 1) dan terpancang (jenis 2) adalah pada jumlah unit analisis
yang digunakan. Pada jenis yang pertama, jumlah unit analisis yang digunakan
pada umumnya hanya satu atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak dapat
dijelaskan, karena terintegrasi dengan kasusnya. Dalam penelitian studi kasus
yang demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan karena kasus tersebut juga sekaligus
merupakan unit analisis dari penelitian.
Sedangkan jenis yang kedua, penelitian studi kasus
terpancang memiliki unit analisis lebih dari satu. Hal ini dapat terjadi karena
didasari oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis.
Tuntutan penggunaan lebih dari satu unit analisis biasanya disebabkan oleh
tujuan penelitian yang ingin menjelaskan hubungan secara komprehensif dan
detail setiap bagian dari kasus secara lebih mendalam. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa semakin banyak jenis unit analisis yang digunakan,
sifat alamiah penelitian akan semakin kabur, karena cenderung menjadi
penelitian yang terikat pada keberadaan unit analisisnya.
2.Penelitian studi kasus jamak (jenis 3 dan 4)
Pada dasarnya, penelitian studi kasus jamak adalah
penelitian yang menggunakan lebih dari satu kasus. Penggunaan jumlah kasus
lebih dari satu pada penelitian studi kasus pada umumnya dilakukan untuk
mendapatkan data yang lebih detail, sehingga diskripsi hasil penelitian menjadi
semakin jelas dan terperinci. Hal ini juga didorong oleh keinginan untuk
mengeneralisasi konsep atau teori yang dihasilkan. Dengan kata lain, penggunaan
jumlah kasus yang banyak dimaksudkan untuk menutupi kelemahan yang terdapat
pada penggunaan kasus tunggal, yang dianggap tidak dapat digeneralisasikan.
Proses analisis pada penelitian studi kasus jamak berbeda
dengan penelitian kuantitatif yang menggunakan jumlah responden yang banyak.
Pada peneltian kuantitatif, data dari responden dapat diolah secara
terintegrasi dengan formula tertentu, sehingga menghasilkan satu kesatuan
konsep dalam bentuk model hubungan antar data. Di dalam penelitian studi kasus
jamak, Yin (2003a, 2009) menyarankan menggunakan logika replikasi sebagai
pendekatan di dalam proses analisisnya. Pada proses ini, setiap kasus harus
mengalami prosedur penelitian yang sama, hingga menghasilkan hasil
penelitiannya masing-masing. Selanjutnya, hasil dari masing-masing penelitian
di perbandingkan, untuk menentukan kesamaan dan perbedaannya. Hasilnya dipergunakan
untuk menjelaskan pertanyaan penelitian pada umumnya dan khususnya pencapaian
atas maksud dan tujuan penelitian.
Jika dibuatkan dalam suatu diagram, jenis-jenis penelitian
studi kasus menurut Yin (2003a, 2009) in dapat dilihat pada gambar diagram pada
halaman berikut. Pada diagram tersebut juga dapat dilihat contoh judul-judul
penelitian yang menggambarkan isi dari masing-masing jenis. Contoh penelitian
studi kasus holistik tunggal yang diberikan dengan judul ‘Kemacetan Lalu-lintas
di Kawasan Malioboro, Yogyakarta’, dan jamaknya adalah ‘Kemacetan Lalu-lintas
di Kawasan Gejayan dan Malioboro, Yogyakarta’, menunjukan adanya keterpaduan
antara kasus dengan lokasi penelitiannya sebagai suatu penelitian yang
holistik. Sementara itu, contoh untuk penelitian studi kasus terpancang tunggal
yang berjudul ‘Pencampuran Moda Transportasi Sebagai Penyebab Kemacetan, Studi
Kasus: Kawasan Malioboro, Yogkyakarta’, dan contoh jamaknya adalah ‘Pencampuran
Moda Transportasi Sebagai Penyebab Kemacetan, Studi Kasus: Kawasan Malioboro
dan Gejayan, Yogkyakarta’, menunjukkan adanya penggunaan istilah ‘studi kasus’.
Penggunaan istilah tersebut secara khusus untuk menunjukkan bahwa kasus yang
dipergunakan bersifat sebagai sarana (instrumen) pembukti atas konsep atau
teori peneliti. Sementara judul utamanya ‘Pencampuran Moda Transportasi Sebagai
Penyebab Kemacetan’ menggambarkan unit analisis yang mengikat (memancang) fokus
penelitiannya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini:
Penjelasan penelitian studi kasus tunggal holistik menurut
Yin (2003a, 2009) di atas mirip dengan jenis penelitian studi kasus mendalam
yang dijelaskan oleh Stake (2005) dan Crewell (2007). Jenis penelitian ini pada
dasarnya menempatkan kasus sebagai obyek penelitian yang perlu diteliti untuk
mengungkapkan esensi mendalam yang terdapat di balik kasus, tanpa terikat pada
unit analisis, karena unit analisis penelitian ini menyatu dengan kasusnya.
Sementara itu, penelitian kasus jamak menurut Yin (2003a,
2009), khususnya yang bersifat holistik mirip dengan penjelasan penelitian
studi kasus jamak yang dijelaskan oleh Stake (2005) dan Crewell (2007). Yang
menarik adalah adanya penelitian studi kasus terpancang yang dijelaskan oleh
Yin (2003a, 2009), yang tidak dijelaskan oleh Stake (2005) dan Crewell (2007).
Keberadaan penelitian studi kasus terpancang ini sebenarnya menunjukkan bahwa
penelitian studi kasus dapat diarahkan pada fokus tertentu, sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitian, yaitu dengan menggunakan unit analisis. Jadi, unit
analisis sebenarnya merupakan bentuk upaya dari pengarahan penelitian studi
kasus tersebut. Unit analisis itu ditentukan melalui kajian teori. Dengan
demikian, penelitian studi kasus terpancang merupakan penelitian studi kasus
yang menggunakan paradigma positivistik.
0 Response to "PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KLASIFIKASI JENIS-JENIS PENELITIAN STUDI KASUS MENURUT STAKE, CRESWEEL DAN YIN "
Posting Komentar