Peserta didik atau anak didik adalah
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat
tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan
sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar
sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari
perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses
sosialisasi peserta didik.
Anak didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pendidikan. Tanpa anak didik, proses kependidikan tidak akan terlaksana. Oleh
karena itu pengertian tentang anak didik dirasa perlu diketahui dan dipahami
secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses pendidikannya nanti
tidak akan terjadi kemelencengan yang terlalu jauh dengan tujuan pendidikan
yang direncanakan.
Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan.
Paradigma di atas menjelaskan bahwasanya manusia / anak didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan.
Menurut Samsul Nizar (2002) beberapa hakikat peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu :
Paradigma di atas menjelaskan bahwasanya manusia / anak didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan.
Menurut Samsul Nizar (2002) beberapa hakikat peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu :
1.
Peserta didik bukan merupakan
miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunia sendiri.
2.
Peserta didik adalah manusia
yang memiliki diferensiasi priodesasi perkembangan dan pertumbuhan.
3.
Peserta didik adalah manusia
yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani
yang harus dipenuhi.
4.
Peserta didik adalah makhluk
Allah yang memiliki perbedaan individual.
5.
Peserta didik terdiri dari dua
unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
6.
Peserta didik adalah manusia
yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara
dinamis.
Pandangan Ibnu Khaldun Terhadap Anak Didik
Membangun peradaban yang tinggi harus dimulai dengan
memajukan pendidikan terlebih dahulu. Oleh karena itu maju tidaknya suatu
negara ditentukan oleh tingkat kualitas pendidikan di dalamnya. Semakin bagus
mutu / kualitas pendidikan suatu negara maka semakin maju peradaban yang
dibangunnya.
Anak didik sebagai salah satu komponen pendidikan di
dalamnya merupakan salah satu faktor terpenting dalam terlaksananya proses
pendidikan. Selain sebagai objek manusia juga sebagai subjek dalam pendidikan,
sehingga kedudukannya dalam proses kependidikan menempati posisi urgen sebagai
syarat terjadinya proses pendidikan.
Berangkat dari urgensitas pendidikan dalam membangun sebuah peradaban, maka banyak para kaum intelektual yang mencoba mengkajinya lebih dalam sampai keakar permasalahannya.
Berangkat dari urgensitas pendidikan dalam membangun sebuah peradaban, maka banyak para kaum intelektual yang mencoba mengkajinya lebih dalam sampai keakar permasalahannya.
Ibnu Khaldun, seseorang yang terkenal sebagai sejarawan, sosiolog, dan
juga antropolog, mencoba mengemukakan gagasan pemikirannya mengenai anak didik,
yang dalam hal ini anak didik menduduki objek sekaligus subjek dalam
pendidikan.
Menurut Husayn Ahmad Amin (1995), dengan latar belakang
seorang sosiolog, maka dalam bebagai kajiannya Ibn Khaldun bersandar sepenuhnya
kepada pengamatan terhadap fenomena sosial dalam berbagai bangsa yang di
dalamnya dia hidup.
Begitu pula dalam pemikirannya mengenai anak didik, ia mengaitkannya dengan aspek sosial yaitu hubungan anak didik dengan lingkungan dan masyarakat disekitarnya.
Begitu pula dalam pemikirannya mengenai anak didik, ia mengaitkannya dengan aspek sosial yaitu hubungan anak didik dengan lingkungan dan masyarakat disekitarnya.
Lebih lanjut diterangkan, Ibnu Khaldun melihat manusia
tidak terlalu menekankan pada segi kepribadiannya sebagaimana yang acapkali
dibicarakan para filosof, baik itu filosof dari golongan muslim atau
non-muslim. Ia lebih banyak melihat manusia dalam hubungannya dan interaksinya
dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Dalam konteks inilah ia sering
disebut sebagai salah seorang pendiri sosiolog dan antropolog.
Menurutnya, keberadaan masyarakat sangat penting untuk
kehidupan manusia, karena sesungguhnya manusia memiliki watak bermasyarakat.
Ini merupakan wujud implementasi dari kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial, yang secara harfiahnya selalu membutuhkan orang lain dalam
hidupnya. Salah satu contoh yaitu dengan adanya oganisasi kemasyarakatan.
Manusia bukan merupakan produk nenek moyangnya, akan tetapi,
lingkungan sosial, lingkungan alam, adat istiadat. Karena itu, lingkungan
sosial merupakan pemegang tanggungjawab dan sekaligus memberikan corak perilaku
seorang manusia. Hal ini memberikan arti, bahwa pendidikan menempati posisi
sentral dalam rangka membentuk manusia ideal yang diinginkan.
Pendidikan sebagai suatu upaya dalam membentuk manusia ideal,
mencoba mengajarkan dan mengajak manusia untuk berpikir mengenai segala sesuatu
yang ada di muka bumi, sehingga hasrat ingin tahunya dapat terpenuhi.
Ibn Khaldun memandang manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan berbagai makhluk lainnya. Manusia, kata Ibn Khaldun adalah makhluk berpikir. Oleh karena itu ia mampu melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi. Dan hal itu sebagai bukti bahwa manusia memang memiliki tingkatan berpikir yang lebih tinggi dibanding dengan makhluk lainnya.
Ibn Khaldun memandang manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan berbagai makhluk lainnya. Manusia, kata Ibn Khaldun adalah makhluk berpikir. Oleh karena itu ia mampu melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi. Dan hal itu sebagai bukti bahwa manusia memang memiliki tingkatan berpikir yang lebih tinggi dibanding dengan makhluk lainnya.
Disamping memiliki pemikiran yang dapat menolong dirinya untuk
menghasilkan kebutuhan hidupnya, manusia juga memiliki sikap sikap hidup
bermasyarakat yang kemudian dapat membentuk suatu masyarakat yang antara satu
dengan yang lainnya saling menolong. Dari keadaan manusia yang demikian itu
maka timbullah ilmu pengetahuan dan masyarakat. Ilmu yang demikian mesti
diperoleh dari orang lain yang telah lebih dahulu mengetahuinya. Mereka itulah
yang kemudian disebut guru. Agar tercapai proses pencapaian ilmu yang demikian
itu, maka perlu diselenggarakan kegiatan pendidikan.
Pada bagian lain, Ibn Khaldun berpendapat bahwa dalam proses belajar
atau menuntut ilmu pengetahuan, manusia disamping harus sungguh-sungguh juga
harus memiliki bakat. Menurutnya, dalam mencapai pengetahuan yang
bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membuuhkan ketekunan, tetapi juga
bakat. Berhasilnya suatu keahlian dalam satu bidang ilmu atau disiplin
memerlukan pengajaran.
Dalam Al Qur`an
sendiri manusia terdiri dari materi (jasad) dan immateri (ruh, jiwa, akal,
qalb). Jika dihubungkan dengan pendidikan, maka manusia yang diberi pendidikan
itu adalah jiwa dan akalnya. Pendidikan pada manusia adalah suatu proses
pengembangan potensi jiwa dan akal yang tumbuh secara wajar dan seimbang, dalam
masyarakat yang berkebudayaan.
0 Response to "PENGERTIAN PESERTA DIDIK SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PENDIDIKAN MENURUT PANDANGAN ISLAM"
Posting Komentar