Teori belajar operant conditioning
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol. Banyaknya penekanan per satuan waktu dihitung sebagai tingkat operant penekanan, sebelum terbentuk operant conditioning. Keadaan ini disebut garis dasar (base line), atau level operant. Pada saat itu belum ada makanan yang jatuh di tempat penampungan makanan. Selanjutnya langkah-langkah eksperimen dilakukan sebagai berikut :
Langkah-langkah seperti ini nampak bahwa tikus mendapat segelintir makanan, secara bertahap. Mula-mula, walaupun tikus masih jauh dari tombol, sudah diberi makanan, akan tetapi makin lama makin dekat tombol, baru diberi makanan, dan selanjutnya setelah tikus menekan tombol, baru ada makanan. Langkah seperti ini disebut pengarahan (shaping).Apabila eksperimenter menyajikan makanan hanya saat respons dilakukan pada waktu lampu menyala, dan hal ini dilakukan berulang-ulang, maka tikus akan menekan tombol, hanya kalau lampu menyala.
Eksperimen selanjutnya, tikus tersengat aliran listrik waktu tikus menekan tombol, maka akibatnya tikus tidak berani menekan tombol. Aliran listrik merupakan hukuman (punishment), yang menyebabkan tikus untuk sementara waktu tidak berani menekan tombol. Ternyata hukuman atau sering disebut pula sebagai negative reinforcer, hanya menekan perilaku selama hukuman diberikan, jadi tidak efektif dalam waktu yang lama. Maka Skinner tidak setuju adanya hukuman. Untuk ini Skinner menganjurkan, agar lingkungan diubah, sehingga tidak perlu ada hukuman.
Dalam eksperimen Skinner, dapat terjadi extinction, yaitu penurunan frekwensi secara drastis dalam conditioning respons, karena setelah beberapa kali tikus menekan tombol, tidak muncul makanan selaku reinforcer. Tetapi apabila dalam jangka waktu tertentu tikus menekan tombol lalu muncul makanan, maka terjadilah peningkatan conditioning respons secara drastis. Proses seperti ini disebut spontaneous recovery, dan terjadi tanpa ada latihan.Skinner dalam eksperimennya, memberi jadwal reinforcer sebagai berikut:
Keterangan mengenai jadwal pemberian hadiah :
Tokoh dari teori ini bernama Burrhus
Frederic Skinner, dan lebih terkenal dipanggil Skinner. Seperti Pavlov, Skinner
memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dengan respon,
tetapi Skinner memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang
dengan respon, tetapi Skinner membedakan dua macam respons, yaitu :
1)
Respons yang ditimbulkan oleh
perangsang tertentu dan disebut respondent respons. Jadi respon ini
timbulnya karena didahului perangsang tertentu. Perangsang seperti ini disebut eleciting
stimuli, dan hanya dapat menimbulkan respons secara relatif menetap.
Misalnya makanan hanya dapat menyebabkan keluarnya air liur.
2) Respon yang timbul dan berkembang
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Respons seperti ini disebut operant
respons atau instrumental respons. Perangsangnya disebut reinforcer,
karena perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Fokus teori Skinner pada jenis operant respon, sehingga teori
belajarnya disebut teori belajar operant conditioning.
a). Eksperimen dari Skinner
Skinner membuat eksperimen sebagai
berikut : dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan,
dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai
peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang
dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol. Banyaknya penekanan per satuan waktu dihitung sebagai tingkat operant penekanan, sebelum terbentuk operant conditioning. Keadaan ini disebut garis dasar (base line), atau level operant. Pada saat itu belum ada makanan yang jatuh di tempat penampungan makanan. Selanjutnya langkah-langkah eksperimen dilakukan sebagai berikut :
1) Waktu tikus jauh dari tempat makanan,
eksperimenter menjatuhkan makanan pada penampung makanan dan tikus memakannya.
2)
Eksperimenter menjatuhkan makanan,
setelah tikus bergerak kian kemari.
3)
Eksperimenter menjatuhkan makanan,
setelah tikus mendekati tombol.
4)
Setelah tikus menginjak tombol, baru
ada makanan yang jatuh di penampungan makanan.
5) Setiap tikus menginjak tombol, ada
makanan yang jatuh di penampungan makanan. Makin lama tikus makin sering
menginjak tombol.
Langkah-langkah seperti ini nampak bahwa tikus mendapat segelintir makanan, secara bertahap. Mula-mula, walaupun tikus masih jauh dari tombol, sudah diberi makanan, akan tetapi makin lama makin dekat tombol, baru diberi makanan, dan selanjutnya setelah tikus menekan tombol, baru ada makanan. Langkah seperti ini disebut pengarahan (shaping).Apabila eksperimenter menyajikan makanan hanya saat respons dilakukan pada waktu lampu menyala, dan hal ini dilakukan berulang-ulang, maka tikus akan menekan tombol, hanya kalau lampu menyala.
Eksperimen selanjutnya, tikus tersengat aliran listrik waktu tikus menekan tombol, maka akibatnya tikus tidak berani menekan tombol. Aliran listrik merupakan hukuman (punishment), yang menyebabkan tikus untuk sementara waktu tidak berani menekan tombol. Ternyata hukuman atau sering disebut pula sebagai negative reinforcer, hanya menekan perilaku selama hukuman diberikan, jadi tidak efektif dalam waktu yang lama. Maka Skinner tidak setuju adanya hukuman. Untuk ini Skinner menganjurkan, agar lingkungan diubah, sehingga tidak perlu ada hukuman.
Dalam eksperimen Skinner, dapat terjadi extinction, yaitu penurunan frekwensi secara drastis dalam conditioning respons, karena setelah beberapa kali tikus menekan tombol, tidak muncul makanan selaku reinforcer. Tetapi apabila dalam jangka waktu tertentu tikus menekan tombol lalu muncul makanan, maka terjadilah peningkatan conditioning respons secara drastis. Proses seperti ini disebut spontaneous recovery, dan terjadi tanpa ada latihan.Skinner dalam eksperimennya, memberi jadwal reinforcer sebagai berikut:
1)
Continuous reinforcer ( CRF )
2)
Fixed interval reinforcer ( FI )
3)
Fixed ratio reinforcer ( FR )
4)
Variabel interval reinforcer ( VI )
5)
Variable ratio reinforcer ( CR )
Keterangan mengenai jadwal pemberian hadiah :
1)
Continuous reinforcer ( CRF ).
Dalam CRF, setiap respons ada
reinforcer / reward.
2)
Fixed interval reinforcer ( FI )
18.0pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
Setiap interval waktu tertentu, secara
fix diberi hadiah / reinforcer. Misalnya, setiap tiga menit, diberi hadiah,
sehingga interval waktunya sebagai berikut : 3 menit ¾ 6 menit ¾ 9 menit ¾ 12 menit dan seterusnya.
Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar siswa membaca buku di perpustakaan dan mencatatnya dalam buku tulisnya, maka siswa diarahkan sebagai berikut :
Langkah-langkah secara umum, dapat dilakukan sebagai berikut :
3)
Fixed ratio reinforcer (FR)
Pada FR, setiap perbandingan yang fix,
diberi hadiah. Misalnya, setiap tiga kali tikus menekan tombol, diberi hadiah
satu. Setiap enam kali tikus menekan tombol diberi hadiah dua kali lipat,
setiap tikus menekan tombol sembilan kali, diberi hadiah tiga kali lipat, dan
seterusnya.
4)
Variabel interval reinforcer ( VI )
pada VI, tiap waktu bermacam-macam,
diberi hadiah.
5)
Variabel ratio reinforcer ( CR ).
Pada CR, setiap berapa kali tidak
tentu, diberi hadiah. Jadi kadang-kadnag diberi hadiah dan kadang-kadang tidak
diberi hadiah dalam waktu yang tidak tentu.
Dari berbagai jadwal pemberian
reinforcer ini, ternyata kecepatan berespons paling tinggi, ialah VR, kemudian
FR, selanjutnya VI, berikutnya FI, dan yang paling tidak cepat ialah CRF.
b).
Penerapan teori Skinner dalam belajar
1. Hasil belajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2.
Proses belajar harus mengikuti irama
dari yang belajar.
3.
Materi pelajaran, digunakan sistem
modul.
4.
Dalam proses pembelajaran, lebih
dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak
digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya
hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik,
diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable
rasio reinforcer.
7.
dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar siswa membaca buku di perpustakaan dan mencatatnya dalam buku tulisnya, maka siswa diarahkan sebagai berikut :
a)
Waktu pertama kali siswa datang di
perpustakaan, diberi hadiah berupa pujian, yang menyatakan bahwa siswa tersebut
rajin karena mau datang di perpustakaan.
b) Waktu kedua kali siswa datang di
perpustakaan, didiamkan saja, tetapi setelah dia membuka-buka katalog, baru
diberi pujian.
c) Waktu ketiga kalinya siswa datang di
perpustakaan, baru diberi pujian setelah dia menemukan buku yang diwajibkan
untuk dibawanya.
d) Waktu keempat kalinya dia ke
perpustakaan, setelah siswa membaca buku tersebut, baru diberi pujian, bahwa
dia siswa yang rajin, mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar, dan
didoakan mudah-mudahan dalam ujian dapat mendapat nilai yang baik.
Demikian seterusnya, dan hadiah baru
diberikan kepada siswa apabila siswa main mendekati tujuan, dan akhirnya hadiah
baru diberikan, setelah siswa mencatat hasil bacaannya dalam buku tulisnya.
Hadiah dapat berupa nilai yang baik. Langkah-langkah secara umum, dapat dilakukan sebagai berikut :
a)
Ditentukan hadiah apa yang diberikan.
b) Tugas yang akan dilakukan siswa
dianalisis, untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk
tingkah laku yang dimaksud. Selanjutnya komponen-komponen itu disusun dalam
urutan yang tepat untuk menuju tujuan.
c) Kalau komponen pertama telah dilakukan
siswa, maka hadiahnya diberikan. Hal itu mengakibatkan komponen tersebut makin
sering dilakukan. Kalau hal ini sudah terbentuk, komponen ke dua yang diberi
hadiah. Komponen pertama tidak diberi hadiah. Demikian selanjutnya, sampai
tingkah laku yang diharapkan terbentuk.
0 Response to "LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN TEORI BELAJAR "OPERANT CONDITIONING SKINNER" DALAM BELAJAR"
Posting Komentar