Kurikulum merupakan
inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan
pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum
yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum disusun
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan
pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum
berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Tujuan filsafat dan pendidikan
nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional
yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu
satuan pendidikan.
2.
Sosial budaya dan agama yang
berlaku dalam masyarakat kita.
3.
Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik
perkembangan peserta didik.
4.
Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5.
Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang
ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem
nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Keenam faktor tersebut saling
kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
a.
Filsafat dan tujuan pendidikan
Filsafat pendidikan mengandung
nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat
landasan, mau dibawa kemana pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat
pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi
landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta
perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan
dipengeruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita masyarakat, dan (2).
Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Nilai-nilai
filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan
dalam rangka pengembangan kurikulum.
Filsafat pendidikan sebagai sumber
tujuan. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan seseorang
atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita tentang model
manusia yang diharapakan sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh individu
dan masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan
kriteria yang bersifat umum dan obyektif. Hopkin dalam bukunya Interaction The
democratic Process, mengemukakan kriteria antara lain:
1)
Kejelasan, filsafat/keyakinan
harus jelas dan tidak boleh meragukan.
2) Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.
3) Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai
dengan kehidupan individu.
b. Sosial budaya dan agama yang berlaku di
masyarakat
Keadaan
sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari kehidupan kita. Keadaan sosial
budayalah yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta
didik. Sikap atau tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh
interaksi sosial yang membuat sseeorang untuk bertingkah laku yang sesuai
dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang membatasi tingkah
laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum.
c.
Perkembangan Peserta didik yang
menunjuk pada karateristik perkembangannya
Setiap peserta didik pasti mempunyai
karateristik yang berbeda. Dengan keadaan peserta didik yang memiliki perbedaan
dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan, tentunya juga ikut
ambil bagian dalam melandasi terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan harapan.
Kurikulum akan dibuat sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta
didiknya.
- Kedaaan lingkungan
Dalam arti yang luas,
lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi keseluruhan
faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi
ini. Faktor-faktor dalam ekosistem itu, meliputi:
1)
Lingkungan
manusiawi/interpersonal
2)
Lingkungan
sosial budaya/kultural
3)
Lingkungan
biologis, yang meliputi flora dan fauna
4)
Lingkungan
geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing
faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau
kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber
daya menusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial
budaya merupakan sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA).
Jadi ada tiga sumber daya yang terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
- Kebutuhan Pembangunan
Tujuan pokok
pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan
masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata.
Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju,
mandiri dan sejahtera.
Untuk
mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang
titik beratnya terletak pada pembangunan ekonomi yang seiring dan didukung oleh
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, serta upaya-upaya
pembangunan di sektor lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan pembangunan
sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yang bidang-bidang
industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi, pertambangan,
kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan telekomunikasi, koperasi,
pembangunan daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan, transmigrasi, energi
dan lingkungan hidup (GBHN, 1993).
Gambaran
tentang proses dan tujuan pembangunan tersebut di atas sekaligus menggambarkan
kebutuhan pembangunan secara kesuluruhan. Hal mana memberikan implikasi
tertentu terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata lain,
penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi harus disesuaikandan diarahkan
pada upaya –upaya dan kebutuhan pembangunan, yang mencakup pembangunan ekonomi
dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Penyelenggaraan
pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang bersifat mendukung
ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu masyarakat yang maju, mandiri, dan
sejahtera.
- Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pembangunan
didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka
mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek
terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya
masyarakat mandiri, maju dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan
tersebut, maka ada tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:
1) Pembangunan iptek harus berada dalam
keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia,
pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan
serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.
2) Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan
kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
3) Pembangunan iptek harus selaras (relevan)
dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan
lingkungan hidup.
4) Pembangunan iptek harus berpijak pada
upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan
pengembangan yang lebih tinggi.
5) Pembangunan iptek berdasarkan pada asas
pemanfaatannya yang dapat memberikan pemecahan masalah konkret dalam
pembangunan.
Penguasaan,
pemanfaatan, dan pengembangan ilmupengetahuan dan tekhnologi dilaksanakan oleh
berbagai pihak, yakni:
1) Pemerintah, yang mengembangkan dan
memanfaatkan iptek untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang.
2) Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu
untuk pengembangan masyarakat dan mengembangkannya secara swadaya.
3) Akademisis terutama di lingkungan
perguruan tinggi, mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan.
4) Pengusaha, untuk kepentingan meningkatan
produktivitas.
Nana Syaodih Sukmadinata
(1997) mengemukakan empat
landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis ; (2)
psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Untuk
lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan
tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat
memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella
Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak
sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu
sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahamu kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman
itu?
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya
melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta
didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan
belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi
lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual
seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran
filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Masing-masing
aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat
ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi
pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih
menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2. Landasan Psikologis
Nana
Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya.
Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu,
serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat
belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya
dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih
berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori
psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip
pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa
kompetensi merupakan ”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan
hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang
terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi”.
Selanjutnya, dikemukakan pula
tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
- Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
- Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
- Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
- Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;
- Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima
kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber
daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih
tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan
motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian
seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah
dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini.
Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan
dikembangkan.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum
dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan
pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.
Peserta
didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat
pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan
dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena
itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap
lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang
mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu
aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan
lainnya.
Sejalan
dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.
Israel
Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang
dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal,
nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pada
awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat.
Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal
manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang
tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil
kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat
Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama
yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan
cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan
cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu,
dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn)
dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang
ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan
dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh
karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
0 Response to "ARTIKEL TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM"
Posting Komentar