Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
Karakter
seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan
lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak,
akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan
akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari.
SMA
sebagai lembaga pendidikan tingkat lanjutan adalah salah satu sumber daya yang
penting. Sambil mengevaluasi tujuan kita, sangatlah penting untuk menyusun
kurikulum yang secara jelas memuat pendidikan karakter. Namun, semakin
singkatnya waktu studi serta mahalnya biaya pendidikan mendorong siswa menjadi siswa
yang pragmatis dalam mencapai cita-citanya.
Kegiatan
akademik sangat menuntut konsentrasi siswa sehingga porsi bagi kegiatan kegiatan
sosial menjadi semakin sedikit. Dorongan untuk berinteraksi secara sosial
dengan sesama sangat kurang, padahal hal ini sangat penting dalam pembentukan
karakter.
Berdasarkan
observasi singkat kepada para alumni, ditemukan bahwa banyak alumni yang ternyata
tidak siap terjun ke dunia perkuliahan. Daya tahan dan kemampuan beradaptasi
dalam lingkungan dan tekanan pekerjaan sering dikeluhkan sebagai kendala utama
yang menghambat pengembangan karir. Menyadari bahwa karakter individu tidak
bisa dibentuk hanya melalui satu atau dua kegiatan saja, maka akan disusun
kurikulum pembinaan karakter dalam mata pelajaran yang berkesinambungan dan terintegrasi
dalam pembelajaran, dimana proses tersebut juga melibatkan guru, karyawan, dan lembaga
lain dalam sekolah, sehingga manfaat pembinaan karakter dapat dirasakan.
2.
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
2.1.
Definisi Karakter
“Character
determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good
character is the inward motivation to do what is right, according to the
highest standard of behaviour, in every situation” (Hill, 2002).
Pendidikan
karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu
untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan
membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karakter
yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalam The Six Pillars of Character
yang dikeluarkan oleh Character Counts! Coalition ( a project of The Joseph
Institute of Ethics).
Enam
jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.
Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas,
jujur, dan loyal
b.
Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka
serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
c.
Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan
perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d.
Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan
menghormati orang lain.
e.
Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan
serta peduli terhadap lingkungan alam.
f.
Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin,
dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.
2.2.
Pendidikan Karakter di Negara Lain
Sumber
yang ada menunjukkan bahwa pendidikan karakter di beberapa negara dimulai sejak
pendidikan dasar, seperti di Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Apakah
ada bukti bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara
sistematis betul-betul memiliki efek positif dalam pencapaian akademis?
Jawabannya ya. Berikut akan diberikan abstrak dari beberapa studi hasil
pendidikan karakter di Amerika dan Cina. Pemerintah Amerika sangat mendukung
program pendidikan karakter yang diterapkan sejak pendidikan dasar. Hal ini
terlihat pada kebijakan pendidikan tiap-tiap negara bagian yang memberikan
porsi cukup besar dalam perancangan dan pelaksanaan pendidikan karakter. Hal
ini bisa terlihat pada banyaknya sumber pendidikan karakter di Amerika yang
bisa diperoleh. Kebanyakan, program-program dalam kurikulum pendidikan karakter
tersebut menekankan pada experiental study sebagai sarana pengembangan karakter
siswa. The Monk Study. Dalam penelitiannya, Mr. Doug Monk dari Kingwood Middle
School di Humble, Texas, membandingkan evaluasi para guru terhadap murid
sebelum dan sesudah diimplementasikannya kurikulum Lessons in Character. Dalam
kurikulum yang lebih banyak mengajak murid untuk berinteraksi dalam
kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan kepekaan mereka, telah memberikan
dampak positif dalam perubahan cara belajar, kepedulian dan rasa hormat
terhadap para staff sekolah, dan meningkatnya keterlibatan para murid secara sukarela dalam proyek-proyek kemanusiaan
(Brooks, 2005).
Di
negara Cina, dalam program reformasi pendidikan yang diinginkan oleh Deng
Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit diungkapkan tentang pentingnya
pendidikan karakter:
Throughout
the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that
reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or
woman of character and cultivating more constructive members of society (Li,
2005).
Karena
itu program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina
yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas. Li Lanqing,
seorang politikus dan birokrat Cina yang mempunyai pemahaman yang komprehensif
dan mendalam tentang pendidikan menekankan tentang bahayanya system pendidikan
yang terlalu menekankan hapalan, drilling, dan cara mengajar yang kaku,
termasuk sistem pendidikan yang berorientasi hanya untuk lulus dalam ujian.
Sebagai hasilnya, Cina yang relatif baru bangkit dari keterpurukan ekonomi,
sosial, dan budaya akibat Revolusi Kebudayaan yang dijalankan oleh Mao, bisa
begitu cepat mengejar ketertinggalannya dan menjadi Negara yang maju. Presiden
Jiang Zemin sendiri pernah mengumpulkan semua anggota Politburo khusus untuk
membahas bagaimana mengurangi beban pelajaran siswa melalui adopsi system pendidikan
yang patut secara umur dan menyenangkan, dan pengembangan seluruh aspek dimensi
manusia; aspek kognitif (intelektual), karakter, aestetika, dan fisik (atletik)
(Li, 2005).
Analisisnya
dengan pembelajaran TIK
Materi pengembangan karakter yang
akan dijadikan tujuan dalam program ini jika dikaitkan dengan pembelajaranan
TIK ditentukan berdasarkan hasil identifikasi karakter mahasiswa. Karakter
adalah variabel yang sangat sulit diukur, bahkan dengan alat psikotes
sekalipun. Bagaimanapun juga untuk dapat merancang suatu program pembinaan
karakter dengan tepat, harus dilakukan pengukuran terhadap karakter siswa.
Dibutuhkan alat dan perangkat untuk memberikan gambaran karakter individu
Output
dari tes yang dharapkan adalah nilai rendah, sedang, dan tinggi untuk
masing-masing karakter dalam pelajaran TIK untuk setiap siswa. Hasil ini akan
dibobotkan dan diperoleh total skor tiap karakter untuk keseluruhan siswa yang
diuji.
Penyusunan
program dalam pelajaran TIK, pengembangan karakter yang sistematis membutuhkan proses dan waktu yang cukup
panjang. Perlu dilakukan dalam materi pelajaran TIK untuk memprogramkan
pengembangan karakter berupa kegiatan live in di dalam sekolah selama beberapa minggu dan pekan kepedulian
bagi siswa
Setelah
program dilaksanakan, maka harus dilakukan evaluasi kegiatan dan pengukuran untuk
menilai efektivitas dari program yang sudah dilakukan. Kesulitan yang dihadapi
dalam hal ini adalah, seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa karakter
berkembang melalui sebuah proses, bukan hanya even yang berpengaruh sesaat
saja. Oleh karena itu, tentunya tidak valid jika tes karakter kembali
diterapkan sesaat setelah program selesai dijalankan.
HAMBATAN
– HAMBATAN
Belum
membudayanya pendidikan karakter di sekolah – sekolah untuk mata pelajaran TIK
menjadi tantangan tersendiri bagi upaya pengembangannya. Hal ini menyebabkan
baik pendidik maupun peserta didik belum terbiasa dengan model pendidikan
karakter. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk bisa merancang dan melaksanakan
program ini dengan efektif.
0 Response to "ARTIKEL PENDIDIKAN TENTANG UPAYA PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SMA"
Posting Komentar