MAKNA DAN ARTI DARI SEBUAH CITA-CITA BAGI ANAK MANUSIA
“Cita-citaku ingin jadi professor, cita-citaku ingin jadi
presiden… (beberapa jenis cita-cita yang sering anak manusia utarakan ketika
nanti suda besar mau jadi apa..?)
Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan
masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi
sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang
menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang
dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas
dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator
pengembangan diri namun bagi yang menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia
adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi untuk
melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari
pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya.
Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan
tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya,
cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang
tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
Bagaimanakah jadinya nanti jika kita memiliki beribu-ribu
batu bata, berpuluh-puluh karung semen dan berkubik-kubik pasir serta
bahan-bahan bangunan yang lain untuk membuat rumah namun kita tidak mempunyai
rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nanti. Alhasil,
mungkin kita akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh, gampang rubuh atau
bahkan kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumah pun.
Fenomena seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita
temui, cobalah tanya kepada beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan
melanjutkan studi di mana mereka atau apa yang akan mereka lakukan setelah
mereka lulus. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab tidak tahu, menjawab
dengan rasa ragu, atau mereka menjawab mereka akan memilih suatu jurusan
favorit di PTN tertentu. Apakah jurusan favorit tersebut mereka pilih karena
memang mereka tahu potensi mereka, tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan
di jurusan tersebut dan peluang-peluang yang dapat mereka raih kedepannya
karena berkuliah di jurusan tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka,
trend, karena mengikuti “anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih? Yang
terjadi selanjutnya adalah di saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari
mereka ada merasa jurusan yang dipilihnya tidak sesuai dengan apa yang dia
bayangkan atau tidak sesuai dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan
mengikuti ujian lagi di tahun depan atau malas-malasan belajar dengan Indeks
Prestasi Kumulatif alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, biaya
dan tenaga.
Dahulu ada sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah
berumur beberapa bulan dikurung dalam sebuah kurungan ayam yang ditutuipi kain.
Lalu di sekeliling kurungan tersebut disimpan berbagai macam benda yang
mewakili profesi seperti gitar (musisi),
spidol (pengajar/guru), sarung tinju (atlit),
pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang tua akan memperhatikan
benda apakah yang pertama kali diambil oleh balita tersebut, jika ia mengambil
terompet maka orang tua akan beranggapan sang bayi kelak akan menjadi seorang
musisi atau berpotensi menjadi seorang musisi. Namun tampaknya adat semacam ini
jarang dilakukan lagi. Nilai yang dapat diambil dari tradisi semacam ini adalah
bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi anaknya untuk
mengeksplorasi bakat dan minat yang dipunyainya. Dan membantu untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun
lebih dari itu ia adalah sebuah tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang
bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal,
mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita
lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya di tempat
yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai keridhaan Allah.
Cita-cita bukanlah hanya sebuah mimpi yang menjadikan diri
pribadi kita hanya bisa berkhayal
tentang masa yang akan datang namum cita-cita berawal dari sebuah mimpi yang
memotivasi kita untuk rajin, ulet dan penuh kerja keras untuk menggapainya, sesuai
dengan ungkapan ‘gantunglah cita-citamu setinggi langait’ namun berusalah untuk
menggapainya dengan giat dan rajin berusaha.
Demikian pembahasan singkat tentang makna dan arti sebuah
cita-cita, semoga bermanfaat buat sobat-sobat sekalian terutama buat
sobat-sobat pelajar.
0 Response to "MAKNA DAN ARTI DARI SEBUAH CITA-CITA BAGI ANAK MANUSIA"
Posting Komentar