Kurikulum 2013 benar-benar merupakan penafsiran Diknas
terhadap perubahan dunia ke masa depan. Tugas pemerintah memang memberikan
arahan lewat kompetensi dasar yang ada di kurikulum 2013, sedangkan tugas guru
adalah mengajarkan dengan cara yang kreatif.
Tiap perubahan pasti membawa guncangan, kini saatnya
sekolah-sekolah menolong guru-gurunya mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan
baik. Sekolah sebagai komunitas belajar, akan meminta guru-gurunya untuk
mengkaji kurikulum 2013 sekaligus meminta mereka bersikap fleksibel.
Perubahan yang paling mendasar sebenarnya adalah bagaimana
cara melatih guru-guru mengaplikasikan kurikulum 2013. Tips dan trik serta strategi
cara menggunakan kurikulum 2013 adalah yang lebih diperlukan oleh guru. Bagi
guru yang gemar menjadikan buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar, maka
baginya kurikulum 2013 akan terasa sama maknanya dengan kurikulum-kurikulum
sebelumnya.
Kurikulum 2013 terbuka untuk disiasati. Guru perlu belajar
mengembangkan kurikulum 2013 dengan cara mengembangkan indikator-indikator yang
ada menjadi kegiatan yang bermakna. Hampir pasti bisa ditebak, kegiatan pertama
ditahun ajaran disekolah-sekolah adalah mereview standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ada di kurikulum 2013.
Kompetensi guru professional adalah gabungan dari empat
aspek, yaitu; komunikator, kurikulum, strategi belajar, dan assessment yang
jitu. Kelas yang baik bukan cuma dilhat dari urusan kurikulum, sumber belajar,
dan fasilitas, tapi juga hubungan antar manusianya. Mengajar sesuai dengan
kurikulum memang penting, apalagi jika ditambah dengan guru yang mau melakukan
eksplorasi terhadap kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berguna sebagai peta, kreativitas
guru adalah energy untuk menapakinya.
Tugas guru ajarkan siswa sesuai target kurikulum, sambil
mempersiapkan mereka dengan ketrampilan hidup. Kurikulum yang padat membuat
guru merasa berharga tapi setelah itu kebingungan sendiri, semoga pada kurikulum
2013 hal itu tidak terjadi lagi. Sekolah yang efektif, memberikan keleluasaan
waktu bagi gurunya bersama-sama untuk membedah dan menelaah kurikulum 2013.
Jika konten kurikulum terlalu banyak dan menghimpit, guru cenderung kembali ke
pola lama, yaitu chalk and talk.
Murid stres bukan karena beban kurikulum, ia stres karena
cara komunikasi dan interaksi gurunya. Maka guru harus menganggap kurikulum
2013 itu sebagai kompas, ia memberikan arah apa yang mesti siswa kuasai. Para
guru sebaiknya mengatur dan mengelola waktunya dengan efektif, daripada
mengeluh tentang kurikulum yang gonta-ganti. Jangan sedikit-sedikit beralasan
target kurikulum, sebab siswa juga perlu tahu kenapa mereka mesti belajar hal
yang guru ajarkan.
Kurikulum di Indonesia sudah bagus, terlalu bagus malah,
tapi bagaimana memprosesnya ketika dikelas itu yang menjadi masalah. Sebenarnya
kurikulum ya itu-itu saja, tinggal bagaimana cara guru berusaha agar siswanya
paham itulah yang jauh lebih penting. Buat apa target kurikulum tercapai, tapi
siswa tidak enjoy yang pada akhirnya guru juga akan merasa kosong.
Guru sering melewatkan banyak moment yang berharga dari
siswanya saat mengajar hanya karena mengejar target kurikulum. Padahal tidak
ada kurikulum yang berat, yang ada adalah guru yang kurang terampil mengelola
waktu. Pada kurikulum 2013 diperlukan guru yang terbiasa berkolaborasi dan
bekerja sama, bahkan saat menentukan bahan ajar. Pada kurikulum 2013 diperlukan
guru dan sekolah yang mempunyai keahlian meracik kurikulum secara terpimpin dan
bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 banyak menjadi perbincangan sejak tahun 2013
lalu. Beberapa pakar pendidikan mengklaim bahwa kurikulum 2013 adalah solusi
pembelajaran di era ini, meskipun kurikulum akan selalu berkembang
mengikuti perkembangan zaman. Beberapa uji coba dan pelatihan implementasi
kurikulum 2013 sampai saat ini masih berlangsung. Kurikulum 2013 mengandalkan
pendekatan scientific yang pada hasil akhirnya adalah peningkatan
dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft
skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
Keluar dari layak dan tidaknya kurikulum 2013 sebenarnya
bukan tergantung dari kurikulumnya, tetapi bagaimana seorang pendidik
menerapkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tetapi apakah hanya guru
yang bertanggung jawab? Tentu tidak, seluruh komponen tentu saja sangat
berpengaruh pada keberhasilan kurikulum 2013. Siapakah mereka?
Pemerintah, Sekolah, Guru, Siswa, orangtua, dan peran serta masyarakat tentunya
sangat mempengaruhi.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah Bagaimana
membangun sebuah interaksi yang baik antara sekolah, Guru, Siswa, orangtua?
Pemerintah tentu saja sudah berupaya keras menyambut Kurikulum 2013, mulai dari
pelatihan hingga penyediaan bahan ajar yang dijadikan acuan guru. Nah, sekarang
bagaimana dengan sekolah? Institusi ini yang menjadi tolak ukur keberhasilan
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 tidak akan mudah jika interaksi antara sekolah,
guru, siswa dan orangtua tidak berjalan dengan baik. Interaksi ini begitu
penting karena dengan hadirnya kurikulum 2013 orangtua bisa mengetahui
perkembangan anaknya melalui interaksi dengan guru dan sekolah. Begitu juga
sebaliknya sekolah dan guru bisa setiap saat memantau perkembangan siswanya
dengan interaksi dengan orangtua.
Hadirnya Kelase yang merupakan jejaring sosial di
dunia pendidikan tentunya akan sangat efektif dalam menunjang interaksi
tersebut. Bagaimana tidak? Sekolah sebagai institusi bisa mengembangkan kelase
ini menjadi media yang sangat efektif untuk komunikasi di era ini. Orangtua
bisa setiap saat memantau, mengontrol, bahkan belajar bersama dalam satu wadah
kelase. Orangtua bisa berinteraksi kapan pun dan di manapun tanpa harus datang
ke sekolah setiap hari.
Yang menjadi kendala selanjutnya adalah apakah orang tua
mampu mempelajari dan menerapkan kelase ini? Solusinya adalah parenting
school di mana orang tua belajar bersama dan diskusi bersama untuk
mengembangkan kelase ini. Dengan parenting school inilah kelase
kita sosialisaikan kepada orangtua sekaligus menerapkannya. Dengan demikian
hadirnya kelase sangat menunjang keberhasilan kurikulum 2013 dengan membangun
interaksi positif dengan Institusi, guru, siswa, dan orangtua. Di sisi lain
sebagai orang tua jangan hanya menuntut anaknya untuk melek IT, orangtua pun
harus berlomba dengan anaknya agar IT bukan menjadi hal asing bagi mereka.
Sebuah keuntungan ganda bagi orang tua jika kelase ini bisa
dikembangkan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
kurikulum 2013 bukan hanya tugas dari sekolah saja tetapi kurikulum 2013 akan
berhasil jika ada interaksi positif
dari beberapa komponen pendukung yaitu Institusi, guru, siswa, dan orangtua.
Bagaimana cara mereka berinteraksi? Kelase adalah solusi efektif membangun interaksi tersebut. Bukan tidak mungkin
hadirnya kelase sangat menunjang keberhasilan sekolah dalam implementasi
kurikulum 2013 dari segi membangun sebuah interaksi positif Institusi, guru,
siswa, dam orangtua.
Sekian dulu yach,,,jika masih ada yang belum rekan-rekan pahami dari apa yang dibahas diatas dan masih ada yang belum tuntas,,Insya Allah akan Admin share kembali lewat postingan berikutnya, tetap berkunjung yach....
Terimakasih...
0 Response to "INTERAKSI YANG BAIK ANTAR SELURUH KOMPONEN SEKOLAH MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN KURIKULUM 2013"
Posting Komentar